1. They Started Attacking

21 2 0
                                    

"Ayolah, Tuan. Raja dan Tuan Maxwell sudah menunggu anda".

Pelayan itu terengah-engah mengejar Matthew yang sedari tadi berlari menghindari perintah yang diberikan kepada pelayan untuk memujuk Matthew ikut berlatih pedang hari ini. Tiba-tiba ia terpikir satu hal, "Baiklah, katakan pada Raja bahwa aku akan segera menyusul" Begitu ucapnya.

Wajah pelayan itu tampak lega, segera setelah ia menunduk mengiyakan ucapan Matthew, ia pun langsung berlari menuju tempat dimana Raja berada untuk memberitahukan pesan itu.

Matthew kemudian tertawa cekikikan, "Bodoh!" cibirnya sembari berlari untuk bersembunyi.
Sesaat ia membalikkan badan, tak sengaja Matthew menabrak seseorang.

Dan orang itu adalah Maxwell.
"Ketemu". ucapnya sembari tersenyum. Dengan segera Maxwell meraih tangan Matthew dan menariknya, "Aku tahu kau akan membohongi para pelayan lagi, jadi aku sendiri yang akan mencarimu", ucapnya.

Matthew tidak dapat melakukan apa-apa lagi bila Maxwell sendiri yang sudah menarik dan membawanya untuk berlatih seperti yang dilakukannya saat ini. "Kau curang, Max" lirih Matthew yang terlihat pasrah dan hanya dibalas tawa oleh Maxwell.

"Padahal kita masih berumur 13 tahun, harusnya kita tidak perlu melakukan latihan seperti ini 'kan?" keluh Matthew, dan hanya dibalas senyuman oleh Maxwell, "apa maksudmu? besok kita sudah berumur 14 tahun, bukan?" jawabnya dan kemudian menatap Matthew dengan mata yang berbinar mengingatkan bahwa esok adalah hari ulang tahun mereka berdua.

"Tetap saja! Bagiku kita masih dibawah umur. Lagi pula di zaman yang maju dan damai seperti ini tidak akan ada hal buruk yang terjadi. Perang sudah usai, kau tak perlu cemas, Max"

Maxwell mengalihkan pandangannya mengarah kedepan, "kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, Matt. Jangan terlalu sering bermain-main atau kau tak akan pernah dewasa"

Mendengar ucapan Maxwell tersebut membuat Matthew tertawa, "Kita manusia akan selalu tumbuh dewasa setiap harinya, Max. Contohnya adalah besok pertanda bahwa umur kita akan bertambah 'kan?"

Maxwell hanya dapat tersenyum menyikapi perkataan Matthew barusan, "ternyata kau tak paham maksudku. Ini bukan soal umur, namun sikap dan perilaku" jawabnya.

Matthew lantas menaikkan sebelah alisnya menandakan bahwa ia memang tak mengerti apa yang dikatakan Maxwell sejak awal. Melihat itu Maxwell lantas tertawa, "Begitulah wajah Matthy setiap kali ia tak paham ketika mendengar ucapanku" cibirnya membuat wajah Matthew berubah kesal.

"Diamlah kau, Maxwellier!"

***

Hari ini Matthew tak dapat lolos untuk tidak ikut latihan, mungkin karena tubuhnya jarang ia gunakan untuk hal yang seperti itu karenanya kini sekujur tubuhnya terasa pegal.

Ketika ia kembali mengingat latihan tadi siang, ia selalu terpukau melihat kemajuan yang ditunjukkan oleh saudara kembarnya. Maxwell begitu lihai menggunakan pedang itu.

Padahal umur mereka hanya berjarak 5 menit, fisik mereka juga tak jauh berbeda, namun bila melihat kemajuan Maxwell tadi membuat Matthew kagum, "Kau sungguh hebat, Max" bisiknya sembari tersenyum.

Satu hal sifat Matthew yang bahkan ia sendiri pun tidak menyadari bahwa ia memilikinya, adalah ia tidak pernah sedikitpun memiliki rasa iri dan dengki terhadap saudara kembarnya itu. Bahkan disaat kebanyakan orang memuji bahwa Maxwell lebih tampan dari Matthew pun ia tetap mendukung hal itu.

Matthew yang memiliki rambut berwarna hitam berkilau dan Maxwell dengan rambut yang berwarna abu-abu gelap serta senyumannya yang manis sering kali membuat para perempuan jatuh hati, karena secara fisik mereka berdua memanglah Pangeran yang tampan, namun sepertinya para perempuan lebih menggemari ketangguhan Maxwell dibanding Matthew.

LoyaltyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang