8. Second Meeting

13 1 0
                                    

Setelah 15 menit pertempuran berlangsung...

"Wah, wah, lagi-lagi si Dimitri itu memulai pertempuran yang mengasyikkan tanpaku". Acheron beserta kedua pelayannya memantau titik lokasi pertempuran dari kejauhan.
"Baiklah.. Victoria, Isabelle, mari kita bersenang-senang!"
"Tentu saja, Tuan Acheron!", dalam sekejap mata mereka bertiga langsung menghilang dan beberapa detik kemudian sudah berdiri tepat ditengah-tengah pertempuran.

Dimitri tersenyum, "Kau terlambat" sapa nya. "Apa aku melewatkan bagian terbaiknya?" tanya Acheron dan dibalas gelengan oleh Dimitri.
Acheron kemudian mengalihkan pandangannya ke sekitar sembari mengeluarkan pedangnya, ia lalu tersenyum, "Victoria, Isabelle, maju!" ia beserta kedua pelayannya pun langsung menyebar dan menyerang pasukan pemusnah Vampir itu hanya dengan beberapa serangan kecil, Dimitri yang hanya diam memantau apa yang baru saja terjadi pun tersengir, "Seperti yang diharapkan dari seorang Acheron, ia begitu menikmati pertarungannya" gumam pria itu.

Tak lama kemudian Maxwell yang sedari tadi hanya berdiri diatas gedung pun melompat turun bersama Nerezza, "Suara tawa orang itu begitu menggangguku" ucapnya, mendengar itu pun Dimitri lantas tertawa "Yah, begitulah Acheron" jawabnya.

Maxwell kemudian mulai mengeluarkan pedangnya, bersamaan dengan kedatangan beberapa pasukan yang baru saja tiba. "Akhirnya kau muncul juga" ungkap Maxwell dalam hati.

Nerezza menaikkan sebelah alisnya ia kemudian menatap lurus kedepan, "Aku mencium bau serigala" perempuan itu memiringkan kepalanya dengan kening yang berkerut, "Apa yang makhluk menjijikan itu lakukan disini? dan jumlah mereka lebih dari satu" ungkap perempuan itu tak senang.
Dimitri hanya tersenyum dengan wajah santainya seperti biasa, "Sepertinya para manusia rendahan itu telah mendapatkan beberapa sekutu" jelasnya.

"Apa kau tidak mengetahui bahwa para serigala itu telah membunuh leluhur ke 8?" tanya Acheron yang tiba-tiba berdiri disamping Dimitri sambil mengibas pedangnya yang sudah berlumuran darah.
Dimitri lantas menaikkan sebelah alisnya, "Ileana terbunuh oleh mereka?" tanyanya.
Acheron tersenyum sembari menjilat darah yang tersisa diujung pedangnya itu, "Sepertinya musuh bebuyutan kita sudah meningkatkan kekuatan mereka dengan pesat" jawabnya.

Dimitri kembali menampakkan wajah santainya, "Yah, wajar saja Ileana terbunuh, wanita itu begitu lemah" ucap pria itu.
Mendengar itu Nerezza lantas berdecak, "Cih! Ketika tangan Nona Cordelia telah mencekik lehermu hingga kau tak dapat berbuat apa-apa, apa itu yang kau sebut lemah?" tanyanya tak terima.

Dimitri tertawa mendengar ucapan Nerezza barusan, "Kau salah paham Nerezza, yang ku maksud dalam konteks ini adalah Ileana, namun kau malah membandingkan perbandingannya dengan Si Ratu Vampir"

"Karena kau mengatakan wanita itu lemah, jadi itu sama saja" balas perempuan itu tak mau kalah. Dimitri pun hanya dapat menganggukkan kepalanya pasrah, "Ya, ya, baiklah. Terserah kau saja" jawabnya.

Ditengah perdebatan itu, tanpa mereka sadari Maxwell telah menghilang. Ia sudah terlebih dahulu menyerang kearah musuh yang baru saja berdatangan. Maxwell sengaja mengincar pemimpin pasukan agar dapat bertemu langsung dengan sosok yang sedari tadi ia cari. Namun sebelum itu, ia hanya perlu membunuh orang-orang yang ada disekitar orang itu agar tidak ada yang mencurigainya.

Namun sepertinya Maxwell tidak perlu bersusah payah melakukan hal itu. Sosok yang sedari tadi ia cari sudah terlebih dahulu memisahkan dirinya dari kelompok.
Maxwell pun bergegas mengikuti langkah orang itu hingga mereka memasuki sebuah gedung yang sudah lama terbengkalai.
Sesaat sebelum masuk kedalam gedung itu Maxwell berhenti, sedari tadi ia berlari dan kini ia menghentikan langkahnya, entah mengapa muncul perasaan ragu.

Ia kemudian berjalan memasuki gedung itu, langkah kakinya menggema keseluruh isi gedung itu. Hingga ia menemukan seseorang sedang bersandar pada tembok diujung lorong.
Laki-laki itu hanya bersandar, ia bahkan tidak mengeluarkan pedangnya, hanya ada kedua tangannya yang terlipat didada.

LoyaltyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang