7. The Next Battle

14 1 0
                                    

"Setelah semua yang terjadi, hanya kami berempatlah yang tersisa dari klan" jelas Sebastian. "Sudah dapat dilihat dengan jelas bahwa kami kalah jumlah akan kaum mereka yang tak terhitung jumlahnya. Selama ini kami bersembunyi di wilayah Waldron tepatnya di bagian barat dari Kerajaan ini" sambungnya lagi.

"Setidaknya saat kami berada disana kami sudah berhasil menghabisi salah satu leluhur mereka yang memimpin wilayah tersebut, yaitu Ileana Goltry leluhur ke 8" ungkap Eldon.
"Bagaimana mungkin?!" tanya Zach.
"Jangan meremehkan bangsa kami, bung" sahut James.

"Kemungkinan besar bahwa sebagian Vampir yang selamat dan berada dibawah pimpinannya akan kembali ke kerajaan dan ikut bergabung pada unit pasukan mereka yang ada di wilayah ini" ujar Sebastian.
"Itu terdengar seperti serangan beruntun" sambung Viktor diiringi helaan nafasnya.
"Setidaknya kita memiliki banyak sekutu kali ini" ucap Zach diiringi senyuman.

Kedatangan para manusia serigala yang secara tiba-tiba itu membuat unit pasukan pemusnah Vampir terbantu, ditambah dengan fakta bahwa mereka telah membunuh salah satu Vampir leluhur itu membuktikan bahwa kekuatan mereka begitu kuat karena dapat menyamai kekuatan Vampir itu.

Disisi lain Matthew malah merasa sedikit khawatir dengan kedatangan para manusia serigala itu. Ia takut kalau para manusia serigala itu akan membunuh Maxwell, dan ia tidak ingin hal itu terjadi. Matthew tidak bermaksud untuk memihak para vampir itu namun fakta bahwa Maxwell kini adalah seorang vampir pun tidak dapat dipungkiri.

Sedari tadi Matthew hanya duduk di rooftop markas sambil mengacak-acak rambutnya frustasi seraya menggerang kesal. Tak lama kemudian angin dikala sore hari itu berhembus meniup wajahnya, perhatian Matthew pun teralihkan. "Sejuk.." lirihnya dalam hati. Matanya kemudian menatap matahari terbenam dari atas gedung ini dapat terlihat begitu jelas, "Bahkan ketika dunia sedang tidak baik-baik saja, ia masih bisa terbenam dengan cantiknya" ucap Matthew seraya tersenyum tipis.

Beberapa menit kemudian ia menghela nafasnya, "Aku harus melakukan sesuatu" gumamnya.

"Libatkan aku" sahut seseorang, ketika Matthew menoleh kearah sumber suara ternyata itu adalah Michelle sedang berdiri dibelakang Matthew beberapa langkah dengan senyuman yang melengkung dibibir tipisnya. "A-apa maksudmu??" Matthew terlihat mengalihkan pandangannya, Michelle lantas mendekati laki-laki itu, "Aku tahu kau sedang merencanakan sesuatu" balasnya sambil tersenyum licik dan itu cukup membuat Matthew kaget. "Kau tidak bisa melakukan segalanya sendirian, Matt" sambungnya.

Matthew kemudian menundukkan kepalanya, "Aku tidak ingin kau terlibat dan ikut disalahkan bila mereka mengetahui bahwa kau membantuku menyelamatkan Max yang mana posisinya kini adalah musuh dan juga seorang vampir" ungkapnya. Michelle lantas bergumam, ia lalu duduk disamping Matthew, "Pernyataanmu salah" ucapnya. "Jikalau mereka mengetahui rencanamu yang berniat untuk menyelamatkan mantan manusia yang kini telah berubah menjadi vampir yang tidak pernah meminum darah manusia dan juga merupakan saudara kembarmu sendiri.. mungkin mereka akan mengerti" jelas Michelle sambil tersengir. Matthew langsung menatap Michelle dengan tersenyum, "Kau benar!" ucapnya, wajahnya terlihat bersemangat kini.

"Nah, lantas bagaimana rencanamu? tidak mungkin bila kau menyelinap ke dalam Kerajaan yang dipenuhi Vampir itu dan menyelamatkannya begitu saja, bukan?" tanya Michelle. Matthew lantas tertawa kecil, "Tentu saja tidak. Lagi pula ia tidak mengingatku sama sekali" ungkapnya, "Pertama-tama aku harus mengembalikan ingatannya terlebih dahulu" sambung Matthew. Michelle hanya menaikkan sebelah alisnya, "Bagaimana?" tanyanya tidak mengerti.

"Disaat pertempuran selanjutnya! apa kau sudah mendengar tentang pertempuran selanjutnya dari mata-mata pasukan kita?" ucap Matthew terlihat begitu yakin, "Akan ku gunakan kesempatan itu!".

LoyaltyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang