01

99 68 28
                                    

PREMAN GARDAMESTA

Britha keluar dari kamarnya dengan lemas. Wajahnya lesu seperti tidak memiliki semangat hidup. Padahal hari ini adalah hari pertamanya memasuki sekolah baru.

"Mah...," rengek Britha.

Arumi yang sedang menyiapkan makan menoleh. Memandang anak gadis pertamanya sedang berdiri di pintu dapur.

"Kenapa lagi sih Britha Shacia Abygail"

Britha mendengus. Lalu mendekat ke meja makan dengan kaki yang di hentak-hentakkan kesal.

"Apa yang mamah lakukan itu tega!," Ucap Britha dramatis. Lalu melahap roti di atas meja yang memang sudah disiapkan mamahnya dengan kasar.

Arumi menggeleng tidak habis pikir dengan tingkah yang baru dilakukan oleh anak satunya ini.

"Kalo marah sama mamah itu ya nggak usah makan"

Britha menatap sengit ke arah mamahnya.

"Lagian sok-sokan marah ke mamah. Bagus kamu kaya gitu?"

"Mamah nyebelin!"

Britha mendorong piring makannya tadi. Lalu memandang Arumi dengan kesal. "Mamah tuh kenapa sih tega banget pindahin aku tiba-tiba kaya gini. Nggak bilang nggak apa-apa tiba-tiba langsung pindah. Sekarang kalo aku marah kaya gini aneh? Mamah salahin aku lagi?!"

Arumi menghela napas pelan. Hendak membuka mulut tapi suara Britha sudah membungkamnya lagi.

"Aku nggak apa-apa sebenarnya kalo mamah pindahin sekolah aku bukan di SMA Gardamesta. Tapi ini? Ah... Nggak habis pikir aku sama mamah"

"Udah ngomongnya?"

Britha membuang muka acuh.

"Britha, dengerin mamah..."

Britha diam, melipat kedua tangannya.

"Mamah pindahin sekolah kamu ke SMA Gardamesta bukan asal-asalan. Banyak pertimbangan sebelum akhirnya mamah milih kamu ke sana. Mamah mau yang terbaik buat kamu Britha."

Arumi menghela napas pelan. Lalu kembali melanjutkan ucapannya.

"Sebagai orang tua, tentunya mamah mau anak mamah dapet pendidikan yang baik. Dan berdasarkan hasil diskusi mamah dan papah waktu itu SMA Gardamesta inilah tempat baik untuk pendidikan kamu Britha"

"Lagian di sana kan ada Arion yang bakal jagain kamu, jadi mamah tenang", Lanjut Arumi.

Britha berdecak. Terbayang sosok Arion yang selalu mamahnya banggakan itu.

Arion Darmawangsa. Laki-laki tampan dan pintar yang sangat dicintai Britha.

Tapi itu dulu. Sebelum Britha melihat laki-laki itu tengah bercumbu dengan Siska, teman sebangkunya.

Sialan memang. Jika Arumi tau kelakuan laki-laki itu sudah dipastikan tidak akan sudi lagi mengucap namanya.

"Britha, tuh kan kebiasaan ngelamun", Arumi meledek. "Jangan mikirin Arion terus"

Diam-diam Britha mengumpat. Wajahnya memerah bukan karena malu melainkan karena kesal mendengar ucapan mamahnya yang selalu menyangkut pautkan dengan Arion.

"Udah ah mah, aku berangkat dulu"

"Naik apa ke sana?"

"Bus ajalah mah"

Arumi tersenyum simpul. "Okey deh jalan yang bener yaa"

"Iyaa mamah bawel"

♪♪♪

Boom Boom HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang