08🍜

25 15 5
                                    

Ziva tidak bicara apapun sejak pulang dari kantor.

Sesampai dirumah Adit. Gadis itu langsung masuk tanpa berbicara padanya. Terlihat sekali jika ada sesuatu yang terjadi dan Adit belum berani langsung bertanya.

Adit memutuskan untuk duduk di sofa ruang TV yang ada di depan kamar Ziva. Ia mengambil ponselnya untuk memeriksa apakah ada notif masuk dan kebanyakan dari pegawai cafenya.

Reno : Bos menu di cafe tambahin bakso kenagan mantan enak kayaknya

Reno : Pasti viral bos

Reno : Gue kirim contohnya ya

Reno : sent a photo

Marsha : Bos laporan keuangan udah gue taruh di atas meja

Marsha : Oh iya, tadi uangnya lebih 300k dari target yang dibilang bos kemarin. Jadi gue ambil uangnya buat beli kuota

Marsha : Thanks, lop u boss!

Adit menutup ponselnya tanya minat membalas. Ia menoleh kebelakang dan ternyata pintu kamar Ziva masih tertutup rapat.

Lelaki itu bangkit, mengetuk pintu kamar Ziva.

Tok tok tok!

Masih sama, Ziva belum mau membuka.

Tok tok tok!

Setelah tiga kali Adit mengetuk barulah muncul Ziva dengan ekspresi lesu.

"Ada apa dit?" tanyanya.

"Lo ada masalah? Kenapa muka lo kaya gitu" Adit mencoba basa-basi.

Ziva langsung tersenyum seolah tak terjadi apa apa padanya. "Enggak, gue lagi nggak ada masalah apa-apa ini cuma cape aja. Oh iya lo mau gue masakin apa besok?", katanya sambil menyelipkan anak rambutnya yang jatuh.

Adit mengernyit. "Lo serius nggak ada masalah apa pun?"

"Iya", jawab Ziva cepat.

Adit melipat kedua tangannya di depan dada. "Gue kenal lo bukan sehari atau dua hari dan ini gue tahu ada yang nggak beres sama lo, tapi kalo lo emang belum mau cerita its okey. Tapi lo harus ingat ini. Lo nggak sendiri Ziva, ada gue".

"Jangan pernah takut banyak yang sayang dan peduli sama lo", lanjutnya.

Ziva mendengkus geli, tapi tetap mendengarkan nasihat penting barusan.

"Lo sekarang jadi pinter ngomong ya" ucapnya sambil mencubit hidung Adit membuat lelaki itu menjauh.

"Nggak usah mulai deh anjir" Adit berdecak.

Ziva jadi terkekeh pelan. "Gue beruntung banget deh punya sahabat kaya lo"

Adit mencibir. "Baru sadar lo" ucapnya.

Ziva tersenyum kecil. "Makasih ya", ucap Ziva sungguh-sungguh.

"Buat apa?"

"Kedatangan lo dalam hidup gue. Gue nggak tahu lagi kalo misalnya nggak ada lo disini. Sorry ya dit, gue belum bisa balas kebaikan lo"

Adit perlahan menggenggam tangan Ziva. Menatap gadis itu lekat.

"Selagi gue bisa, gue bakal terus bantu lo Ziva. Nggak perlu lo balas, cukup terus senyum kaya gini ya..."

Ziva jadi terbungkam. Tak menyangka Adit akan seperti ini.

"Gue bener-bener ngerasa beruntung banget punya lo"

"Ya gue juga"

Ziva tersenyum senang lalu reflek memeluk Adit.

Adit hanya diam terpaku melihat reaksi Ziva.Tak menyangkan bahwa gadis itu akan memeluknya. Meski beberapa kali Ziva dan dirinya pernah berpelukan entah kenapa sekarang rasanya berbeda.

Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.

Adit harap ini bukan perasaan cinta. Karena ia tak ingin persahabatannya dengan Ziva yang sudah berjalan kurang lebih delapan tahun itu jadi berantakan.




Bersambung...

Boom Boom HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang