Sebuah Pesan

67 48 6
                                    

Happy Reading!


Jam sudah menunjukkan pukul 00.35 namun Gladis masih saja terjaga. Gadis dengan baju tidur bergambar hello kitty itu masih betah duduk di meja belajar yang menghadap langsung dengan jendela kamar yang kini sedang menampilkan hujan deras disana.

Tangannya sibuk mencoret-coret buku diary hitamnya. Menceritakan kejadian siang tadi saat dirinya bertemu dengan Gerald hingga akhirnya diantar pulang oleh murid baru disekolahnya itu.

Gerald Adaratana namanya.
Si murid baru yang selalu caper.

Entah aku yang terlalu merasa atu memang benar adanya. Laki-laki itu selalu mengusik ku. Sungguh! Laki-laki itu begitu mengesalkan hingga membuatku selalu mengumpat kasar.


Tadi siang sudah tiga kali laki-laki itu membuatku kesal. Pertama, saat tak sengaja bertabrakan di depan UKS. Ya memang sih karena aku yang salah, tapi kenapa dia harus minta kenalan? Kan yang minta kenalan duluan Embun bukan aku.

Untuk yang kedua adalah saat kejadian dikantin, nah ini saat kak Amel anak XII IPS 3 beserta dayang-dayangnya itu menggangguku. Dia datang bersikap seolah-olah pahlawan untuk aku. Ya aku berterimakasih karena itu.  Namun jujur aku tak suka akan hal itu.
Aku merasa dipandang lemah saat orang lain ikut campur urusanku apalagi hanya karena sebuah masalah kecil seperti tadi. Aku masih bisa mengurusnya sendiri:)

Nah dan untuk yang ketiga adalah saat dirinya menawariku pulang bersama, oh ralat maksud aku adalah MEMAKSA pulang bersama. Sudah begitu modus pula minta dipeluk! Sialan sekali memang! Maafkan aku tuhan aku kelepasan.

Entah apa maksudmu mendekatkan aku padanya, jika kehadiran dia untuk menguji keimanan ku, kamu telah berhasil tuhan:)

—Aug 2021

Gladis tersenyum puas melihat coretan tangannya pada lembar buku diary. Tanganya terulur lembut mengusap buku itu sambil tersenyum. "Emang cuma kamu doang yang bisa aku andelin buat curhat"

Ceklek

Pintu kamar Gladis memperlihatkan wanita paruh baya  melipat tangan, menatap tajam kedepan. "Kenapa belum tidur Gladis Maureta Anggelin!"


"Eh si bunda" Gladis tersenyum lebar melihatkan gigi polosnya. "Bunda mau apa nih tumben-tumbenan masuk ke kamar Gladis"

Amara berdecak kesal menghampiri Gladis. Tanganya terulur merebut buku bersampul hitam diatas meja. "Nulis lagi nulis lagi! Kamu mau bunda sita buku diary kamu ini hah?!" bentak Amara.

"Aduh bunda jangan marah-marah mulu doang udah malah nih bobok aja yuk"

"Tau malem malah sibuk nulis aja dari tadi"

Gladis mengusap belakang tengkuknya canggung sambil melirik Amara takut-takut. "Yamaap, Gladis tadi ga bisa tidur bunda" ucapnya pelan.

Amara menghembuskankan nafas. Matanya menatap lekat anak gadis semata wayangnya itu. "Bunda ga pernah larang kamu buat nulis kamu tau itu kan?"


Gladis mengangguk.

'Tapi bunda ga mau kamu ga inget waktu sampe begadang kaya gini"

Gladis mengangguk kembali.

"Bunda gamau kamu sakit lagi Gladis"

Gladis menangkup pipi Amara dengan lembut. Bibirnya tertarik membentuk segaris senyuman. "Aku ga bakal sakit lagi bunda, I'm strong! Bunda tau itu kan? Jadi jangan terlalu khawatir lagi ya bundaku sayang"

"Bunda takut kalo tiba-tiba kamu ninggalin bunda."


Gladis menggeleng dengan tegas. "Gaada yang bisa bikin aku pergi ninggalin bunda"

"Kecuali kematian", lanjut Gladis dalam hati.

Amara tersenyum simpul mendengar ucapan Gladis. Dengan cepat wanita itu menarik Gladis dalam dekapannya sambil sesekali mengelus pelan rambut panjang Gladis. "Jangan tinggalin bunda ya sayang"

"Pasti bunda"

Amara mengurai pelan pelukannya. Wanita itu kembali menatap Gladis lekat sambil mengusap lembut pipinya. "Sekarang kamu tidur ya princess, jangan begadang lagi!" ucap Amara tegas.

"Oke siap. Sekarang bunda keluar ya aku mau siap-siap tidur nih"

Cup

"Good Night"

Gladis tersenyum tipis memandang punggung Amara yang perlahan menjauh dari kamar. Dirinya bangkit sejenak untuk memastiskan Amara sudah masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu.

Matanya beralih pada buku diary di atas kasur yang tadi diambil oleh Amara. Kemudian meletakkan lagi ketempat asalnya, laci meja.

"Ah ngantuknya, tidur dulu ah" ucap Gladis dengan mata sayunya. Dengan pelan dirinya pun berjalan menghampiri ranjang birunya. Namun langkahnya terhenti saat mendengar getaran ponsel di atas nakasnya.

"Ini siapa sih yang chat jam segini kurang kerjaan banget" dengus Gladis sebal.

Dengan terpaksa dirinya pun melihat pesan yang baru masuk kedalam ponselnya. Matanya melebar sempurna begitu menyadari siapa pengirim pesan yang barusan masuk dalam ponselnya.

085727******

Masih mikirin gue ya sampe ga bisa tidur jam segini? Jangan terlalu dipikirin tuan putri besok pagi kita kan ketemu lagi🐌❤

#GeraldTampanMenawan







"Dasar cowok gila"








Boom Boom HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang