Bab 4

5 0 0
                                    

"Apa? Jana jelaskan pada ibu siapa pria ini?" Itu adalah pertanyaan sederhana yang keluar dari ibunya Jana setelah Gavin menyelesaikan penjelasannya. Tatapan antusiasnya kini berubah menjadi waspada. Oh, apa Gavin dicurigai sekarang? Kenapa situasinya menjadi terbalik begini?

"Dia seorang detektif, Bu. Biarkan dia memeriksa rumah kita," jelas Jana. Ibunya kembali menatap Gavin dengan pandangan berbeda.

"Kau yakin dia seorang detektif? Wajahnya terlihat mesum," ucap sang ibu ragu. Jana tak tahan lagi menahan tawanya atas pendapat spontan itu, ucapan tersebut memang ada benarnya. Sedangkan Gavin ingin sekali menutup mulut Jana yang tertawa lebar menertawainya. Baru kali ini ada seseorang yang meragukan keabsahannya sebagai seorang detektif. What the hell?!

"Kenapa kau tertawa? Jana, ibu serius. Bagaimana jika dia ternyata orang jahat yang berniat buruk pada kita?" Orang jahat? Gavin tak habis pikir kenapa wanita tua itu begitu menyebalkan. Jika tidak ingat siapa dirinya saat ini, Gavin mungkin akan mengirim wanita itu ke Antartika. Seenaknya saja kalau bicara.

Jana tak bisa menghentikan tawanya sampai dia melihat tatapan tajam Gavin mengarah padanya. Barulah dia berhenti dengan berdeham pelan. "Tidak apa-apa, Bu. Dia detektif sungguhan yang dibayar Tuan Thomas untuk mencari berlian dan pencurinya. Dan sekarang rumah kita harus diperiksa."

"Apa? Jadi dia menjadikanmu tersangka pencurian? Kau tidak mencuri berlian itu, 'kan?" Jana menggeleng tegas.

"Yasudah tidak usah memeriksa rumah ini, lagipula ibu percaya padamu. Kau anak ibu, dan ibu tak pernah mengajarimu untuk menjadi pencuri. Terlebih keluarga kita sudah lama bekerja di rumah itu dari zaman nenekmu." Gavin masih setia mendengarkan meskipun sesekali mengepalkan tangannya menahan kesal dan gemas. Kenapa orang-orang itu berbicara seolah dia hanyalah bayangan tak kasat mata.

"Iya, aku juga tidak mungkin mencuri berlian itu. Tapi, kita tetap harus mengikuti prosedurnya untuk membuktikan bahwa kita bukan pencurinya. Jadi, biarkan detektif Gavin menjalankan tugasnya." Setelah mendengar penjelasan Jana wanita tua itu akhirnya mengalah dan membiarkan Gavin menyisir seisi rumah yang hanya berukuran satu petak itu. Tak ada apapun di sana, bahkan barang-barang pun hanya ada sedikit. Gavin tidak melihat apapun lagi selain alat masak, kasur, lemari pakaian, kursi kayu tua, dan benda-benda kecil lainnya.

"Baiklah, aku tak menemukan apapun di sini. Mohon maaf sebelumnya jika kedatanganku membuat kalian merasa tidak nyaman. Aku hanya bertugas, Jana, kau masih hutang penjelasan padaku tentang mengapa rantai kalung berlian itu ada di kamar pelayan milikmu." Gavin sebenarnya sudah tidak tertarik lagi berbicara terlalu banyak. Dia tersinggung dikatai mesum, padahal kenyataannya Gavin hanya mencintai ciptaan Tuhan. So what? Apa yang salah dengan hal itu? Tapi ibunya Jana memandangnya seperti seorang penjahat kelamin saja. Untung saja Gavin baik hati dan masih mau memaafkan tuduhan keji itu.

"Aku tidak tahu kenapa rantai itu ada di sana. Lagipula aku tak tidur di sana lagi, kenapa kau masih meneror ku? Mungkin saja orang lain sengaja menaruhnya untuk menghilangkan jejak?" Gavin terdiam. Benar juga apa yang dikatakan Jana. Baiklah, kali ini dia akan menahan dulu segala informasi yang ada.

"Baiklah. Aku akan menyelidiki hal ini lebih lanjut, tapi kau akan tetap dalam pengawasan." Jana mengangguk. Setelah itu Gavin kembali ke rumah Thomas untuk memeriksa kalungnya. Mungkin akan ada sidik jari si pencuri di sana.

***

Gavin memasuki mansion megah yang baru ia sadari begitu sunyi di malam hari. Apalagi semua pekerja diliburkan dan hanya ada dua orang yang tidur di mansion. Gavin menjadi pengecualian. Ia mengeratkan jaket, entah kenapa udara malam ini terasa lebih dingin dari sebelumnya. Padahal ini masih musim panas, apa suhu air conditioner berubah lebih rendah? Mungkin saja. Gavin tak peduli, pikirannya kembali memikirkan siapa yang sekiranya memiliki motif untuk mencuri berlian itu.

Tapi langkahnya terhenti begitu Gavin melihat bayangan hitam lewat di antara dinding menuju bagian belakang mansion. Dilihat dari kepekatan bayangan itu sepertinya bukan sosok hantu seperti di film horor. Tapi manusia. Gavin yang penasaran akhirnya memutar arah mengikuti bayangan tersebut pergi. Bayangan itu semakin jelas saat Gavin mendekat, suara langkah kakinya bahkan bisa Gavin dengar dengan jelas. Melihat postur tubuhnya, Gavin yakin bayangan itu milik seorang pria.

Tak lama kemudian Gavin berhenti dan bersembunyi di tembok dekat pintu belakang. Bayangan itu berbalik menatap belakang tubuhnya. Mungkin karena merasa diikuti. Sedangkan Gavin menyipitkan mata diantara gelapnya malam. Dia bisa melihat dengan jelas jika pria itu adalah Kasmir. Sopir pribadi Tuan Thomas.

Pertanyaannya, sedang apa sopir itu berkeliaran malam-malam? Mencurigakan. Gavin harus memantaunya dulu, dia tak boleh menggunakan teknik interogasi seperti biasanya. Kali ini akan lebih baik jika dia bisa menangkap basah si pencuri. Lihat saja, Gavin pasti akan menemukan dalangnya. Sementara sisi lain dirinya meringis sedih karena kasusnya tidak jadi selesai lebih cepat. Pencuri itu seolah sengaja mengerjainya agar tidak bisa pergi liburan bertemu gadis Hawaii. Holly shit!

***

"Apa? Bagaimana bisa tak ada sidik jari yang ditemukan pada rantai kalung itu?" tanya Gavin heran entah pada siapa. Dia sedang berada di kamarnya.

Dia sampai berkali-kali mengecek ulang hasilnya yang menunjukkan jika rantai itu tidak memiliki sidik jari siapapun. Ini sungguh diluar dugaan. Petunjuk satu-satunya justru tak bisa diandalkan. Jam telah menunjukkan pukul satu dini hari, tapi Gavin tidak bisa tidur memikirkan keanehan ini.

Mungkin si pelaku telah cukup ahli sehingga membalut tangannya dengan sarung tangan sebelum mencuri berlian. Benar juga. Pencuri sekarang bukan main canggihnya, Gavin tidak boleh sampai lengah. Mau tidak mau dia harus lebih teliti lagi mencari bukti dan petunjuk lain di rumah ini. Dia percaya, sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Begitupun dengan seorang pencuri, pencuri profesional sekalipun akan ada saatnya lengah dan terbongkar semua kejahatannya. Ayolah! Gavin sudah terlampau sering menyelesaikan kasus penggelapan dana di kalangan pejabat. Koruptor itu tidak ada habisnya meskipun sering diberantas. Seperti sudah menjadi tradisi yang sulit dihilangkan.

Dan sekarang hanya tentang pencurian berlian. Seharusnya ini lebih mudah dari memberantas koruptor bukan? Kita lihat besok. Gavin tidak akan main-main lagi sekarang. Tuhan, dia ingin segera ke pantai. Otaknya butuh penyegaran setelah sebelumnya menyelesaikan kasus pembunuhan. Ini harus segera dibereskan.

Gavin berjanji pada dirinya sendiri, sebelum jatah liburnya habis, dia harus melihat bokong gadis Hawaii. Ya, harus.

***

Keesokan harinya Gavin terkejut saat Kasmir datang menemuinya untuk meminta izin pulang kampung.

"Tuan Gavin tolong berikan saya izin untuk pulang kampung. Istri saya jatuh sakit dan di rumah tidak ada yang menemaninya. Sebelumnya saya sudah meminta izin tuan Thomas, tapi kata beliau aku tidak bisa pulang jika tidak seizin Tuan Gavin." Tidakkah ini terlalu tiba-tiba untuk pulang kampung di saat ada masalah yang terjadi di mansion? Gavin rasa ini cukup mencurigakan. Dan dari alasan pria paruh baya itu, sepertinya dia memiliki motif yang masuk akal untuk mencuri berlian. Istrinya sakit dan tentu dia butuh uang berobat bukan? Baiklah. Gavin sudah memikirkan sebuah ide.

"Aku izinkan kau pulang, tapi hanya dua hari. Mengingat situsnya masih genting. Bagaimana setuju?" tawar Gavin dengan tenang. Dia melipat tangan di dada seraya menatap Kasmir dengan seksama. Mereka sedang berada di ruang tamu setelah Gavin terburu-buru mandi dan bersiap begitu Jana memanggilnya untuk turun karena Kasmir ingin meminta izin pulang. Bahkan kemeja pria itu belum terkancing sempurna karena terburu-buru. Masih menyisakan dua kancing teratas yang terbuka. Jana tersipu melihat betapa bidang bagian yang mengintip itu.

"Tentu saja, terima kasih sudah memberikan izin. Saya akan kembali dua hari lagi. Sampaikan salam saya kepada Tuan, kalau begitu aku akan langsung pamit sekarang juga. Sekali lagi terima kasih, Anda benar-benar pria yang baik."

Gavin hanya mengangguk sekilas. Tentu saja ini bagian dari rencana Gavin. Dia akan mengikuti pria itu diam-diam.

"Tuan, aku sudah menyiapkan sarapan untuk Anda." Jana datang setelah Kasmir pergi. Gavin menoleh dan tersenyum manis, Jana sampai bergidik melihatnya. Aneh rasanya saat melihat Gavin tak lagi menunjukkan sikap mesum atau nyelenehnya. Auranya sangat mencekam.

***

A/n: huhu malam sekali, aku labil mau up aka jangan karena sebenernya ini belum menjelaskan semua point yang mesti ada di bab 4 wkwk. Tapi udah 1200, takutnya bossn. Jadi aku lanjutkan di bab 5 aja yes.

Catch Me (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang