Bab 6

0 0 0
                                    

Setelah menitip pesan pada Jana, Gavin meneruskan makannya di kamar. Dia harus meninjau ulang informasi yang sudah terkumpul. Kepalanya mendadak pening melihat tanggal yang menandakan Gavin sudah membuang banyak waktu. Kasus ini nyatanya tak sesederhana yang ia kira sejak awal. Tersangkanya sangat licik atau mungkin tidak? Gavin merasa ada yang janggal di sini. Tapi dia belum bisa memastikan apa pun sekarang.

Tak lama kemudian pintu kamarnya diketuk dari luar. "Detektif Gavin, Willy sudah setuju dan akan menunggu di halaman belakang setelah makan malam." Itu suara Jana.

"Iya, aku akan ke sana nanti." Bagus, semoga saja kali ini pelakunya bisa terungkap.

Melangkah pelan, Gavin bergerak menuju halaman mansion yang luas, terlebih kebun anggur membentang luas sejauh mata memandang. Willy pasti kerepotan sekali mengurus kebun itu sendirian di hari liburnya.

"Selamat malam," sapa Gavin seraya menduduki sebuah bangku kayu yang tersedia di taman.

"Malam, anda mengejutkan sekali. Ada apa memanggil saya untuk bertemu?" tanya Willy canggung sekali.

"Langsung saja ke inti, aku sudah lelah bertele-tele. Sejak kapan kau bekerja di sini?" tanya Gavin.

"Aku sudah bekerja di sini sepuluh tahun, Tuan." Gavin menoleh dikarenakan cukup terkejut dengan jawaban santai itu. Selama itu Willy bekerja pada Thomas?

"Waw, kau betah di sini? Menurutmu nyonya Wilson bagaimana?" Gavin mencoba memberikan pancingan.

"Aku butuh uang, tentu akan menyamankan diri di sini. Aku memiliki hutang yang cukup besar pada bank. Waktu itu tuan Thomas melihatku yang kacau karena hidup luntang-lantung di jalanan, midp gelandangan. Ah, mungkin memang gelandangan. Tapi sejak bekerja pada tuan Thomas semuanya berubah. Aku mulai bisa lebih menghargai hidup dan yang paling aku syukuri adalah ketika tuan Thomas dengan baiknya mau membantu membayarkan semua hutangku. Padahal jumlahnya lumayan banyak. Tuan sangat baik padaku," jelas Willy. Gavin terdiam dengan segala spekulasi di kepalanya.

"Lalu menurutmu siapa yang mencuri kalung berlian nyonya?" tanya Gavin lagi. Willy terlihat membulatkan matanya terkejut.

"Eh? Kenapa Anda bertanya padaku? Aku tentu tidak tahu, tapi kurasa kalung itu tidak dicuri. Karena saat itu aku tidak menemukan siapapun masuk ke rumah. Sayangnya cctv di sini hanya di luar rumah saja. Jadi aku tidak tahu menahu ketika kalung itu hilang."

"Baik, selanjutnya kemana kamu saat berlian itu hilang?" tanya Gavin semakin menggali informasi.

"Aku sedang membeli pupuk untuk tanaman di kebun." Willy menjelaskan begitu lancar. Gavin sebenarnya nyaris merasa Willy bukan pelakunya. Tapi, dia tidak bisa cepat menyimpulkan. Bisa saja ini hanya jebakan atau topeng

"Baiklah. Cukup sampai sini dulu, terima kasih sudah mau mengobrol." Gavin membereskan catatan dan berjalan kembali ke kamar. Dia sangat lelah karena kekurangan istirahat. Tak adakah yang tahu betapa inginnya Gavin menceburkan diri ke air laut yang menyegarkan.

***

Hari berganti dan Gavin masih belum menemukan titik terang secuil pun. Padahal kepalanya sudah nyaris meledak mengait-ngaitkan informasi dan menebak-nebak siapa yang berkemungkinan besar menjadi pencuri di mansion ini. Tapi hasilnya tak ada satupun yang mengarah pada orang-orang yang sudah dia interogasi dan pantau. Mereka semua bahkan bisa masuk kategori pekerja yang royal terhadap tuannya.

Karena tak ingin kepalanya meledak sungguhan Gavin memutuskan untuk mengendurkan penyelidikan. Mungkin dengan begitu, pencurinya akan lengah sehingga Gavin bisa menangkapnya dengan mudah. Sekarang ia tengah bermain dengan Grasia. Anjing jenis Samoyed itu sangat lincah dan pintar. Gavin sampai dibuat gemas karena anjing itu selalu tahu dimana Gavin menyembunyikan mainan atau makanannya.

Mungkin nanti Gavin akan membeli peliharaan juga. Biar dia yang jomblo bisa sedikit terhibur. Meskipun memecahkan kasus sudah seperti tantangan yang menghibur jika di hari kerja, tapi tetap saja ada yang kurang.

Woofh....

Gavin tersenyum kecil saat Grasia kembali padanya dengan tulang mainan di gigit.

"Anak pintar, ayo kita kembali. Ini sudah malam, kau pasti kelelahan bermain terus." Ah, Gavin sepertinya tertular oleh Jana yang suka berbicara dengan hewan. Dia baru sadar hal itu cukup menghibur.

***

Di tengah kegalauan Gavin berbaring telentang di ranjang kamar tamu yang sudah hampir satu Minggu dia tempati. Ia kembali teringat saat menyisir mansion Thomas dan menemukan rantai kalung, tapi Jana terbukti tidak melakukan pencurian, begitupun dengan Kasmir dan Willy. Saat sedang sibuk berpikir tiba-tiba saja Gavin teringat kotoran anjing. Apa hal itu lazim? Maksudnya bagaimana bisa kotoran itu ada di sana? Setahunya Grasia selalu dalam pengawasan Willy. Tidak mungkin anjing itu berkeliaran di rumah, tunggu! Itu bisa saja terjadi jika Willy sedang lengah. Tapi apa mungkin seekor anjing bisa mencuri berlian?

Tidak masuk akal. Astaga! Semuanya semakin rumit saja. Sepertinya Gavin harus menyisir ulang seisi rumah ini hingga keluarnya. Jangan sampai ada yang ia lewatkan lagi. Benar, mungkin saja berlian itu tak pernah dicuri seperti kata Willy. Melainkan sang nyonya lupa simpan, atau terbawa oleh hal lain sehingga tidak lagi pada tempatnya. Lagipula jika benar kalung itu dicuri, rasanya agak aneh mengingat perhiasan lain masih berada di tempatnya dengan aman. Pencuri tidak akan menyia-nyiakan perhiasan lain jika memutuskan mencuri. Dan kasus ini memang aneh, Gavin bahkan sempat merasa gagal menjadi detektif yang digadang-gadang tak pernah gagal menemukan pelaku kejahatan. Di dalam kasus terberat sekalipun, Gavin bisa menemukan pelaku dalan waktu relatif singkat. Tapi sekarang? Hanya sebuah pencurian, namun sudah banyak waktu terbuang percuma.

Gavin akhirnya keluar kamar saat jam menunjukkan pukul sebelas malam. Ini waktu yang tepat untuk penelusuran, di saat orang lain tidur nyenyak Gavin akan mencari berlian itu sampai dapat. Suasana mansion cukup sunyi dan agak horor memang, tapi Gavin tidak takut dengan hantu. Apalagi hantunya sexy. Ah mungkin dia akan minta terus-terusan dihantui.

Klontang....

Suara apa itu? Gavin mendengar benda jatuh, apa ada maling baru? Ah atau jangan-jangan hantu? Jika iya, Gavin akan menarik lagi ucapannya yang mengatakan tidak takut hantu. Karena faktanya dia merasa berdebar sekarang. Takut-takut hantu itu muncul di depannya seperti dalam film horor.

Mengabaikan rasa takutnya, Gavin melanjutkan langkah ke bagian yang belum pernah dia telusuri. Dari mulai halaman depan sampai belakang mansion. Keringat bahkan sudah membasahi sekujur tubuh, rasanya sia-sia saja mandi malam yang dia lakukan sebelum memutuskan keluar kamar. Terkutuk lah mansion Thomas yang luas sekali, Gavin sampai kelelahan berkeliling seperti orang kehabisan pekerjaan saja.

Omong-omong suara tadi hanya berasal dari angin kencang yang menerpa seng di dekat sangkar burung. Huh, bikin paranoid saja. Sekarang Gavin sudah berpindah ke halaman belakang mansion yang gelap, rasanya seperti di dunia lain. Hamparan kebun anggur di depan sana sungguh membuat suasana semakin buruk. Tak hanya ada kebun anggur saja, di sana juga ada kandang sapi, kambing, ayam, bahkan kolam ikan yang mungkin akan terlihat indah jika di siang hari. Nyatanya sekarang terlalu gelap jadi Gavin tak begitu menikmati hal itu. Penerangan hanya berasal dari senter yang dia bawa.

Satu kali, dua kali, tiga kali berkeliling di sekitar mansion tetap saja tak membantu Gavin menemukan berlian sialan itu. Ia kembali ke dalam menuju dapur untuk mengambil minum karena tenggorokannya terasa kering kerontang. Tapi tiba-tiba saja sesuatu menggigit celana bagian bawahnya. Gavin sontak membeku di tempat. Apa itu? Tidak mungkin hantu kan?

Gavin seperti melakukan gerakan slow motion saat kepalanya menunduk kebawah dengan patah-patah. Sampai apa yang dilihatnya sungguh membuat Gavin tak bisa berkata-kata.

***

A/n: yeay, hari ini up dua bab sekaligus wkwk.

Catch Me (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang