•
•
Malam itu Taehyung menyisihkan waktunya sendirian selama sejam di rumah tempatnya beristirahat, sebelum ia mengemas barang. Ia metakkannya beberapa tangkai bunga mawar yang ia beli di pasar ke dalam sebuah gelas air, agar tetap terjaga mekar. Setelahnya, pria itu menelan beberapa butir pil pahit penahan sakit untuk mengusir rasa sakitnya. Dan meneguk secangkir teh jagung tradisional korea yang sudah ia siapkan sebelumnya.
Lelaki jangkung itu mengobrak-abrik isi lemari nya, dan mengambil sebuah kardus yang sudah sedikit berdebu. Dilihatnya beberapa benda yang mengingatkannya pada beberapa tahun yang sudah berlalu. Sebuah camera analog Fujica buatan Jepang, yang membuat sebuah tragedi dan sejarah dihidupnya. Membuat seorang Kim Taehyung berhenti menjadi serigala berdarah dingin. Ia menghela nafas nya dalam, sembari mengigit bibir bawahnya penuh dengan penyesalan. Air matanya terjatuh setelah ia melihat sebuah foto dengan bercak darah yang menempel di kertas foto usang itu. Foto dari seseorang yang sangat ia cintai sekarang, Jung Hoseok lelaki manis yang selalu membuat hatinya menghangat saat tersemyum.
"Aku memang brengsek. Maafkan aku Jung Hoseok.." tangisnya sembari memeluk erat semua benda-benda yang ia keluarkan dari kardusnya.
Dadanya teramat sesak,— Taehyung menyalakan kipas angin listrik di dekat tempat tidur gantungnya dan berbaring telentang selama lima belas menit dalam bayangan mawar, seraya berupaya keras menghalau pikiran tentang kematian seseorang yang ia bunuh beberapa tahun lalu.
Pertengahan bulan Mei yang panjang telah pudar menjadi malam. Selain redupnya sinar bulan malam yang menerobos bongkah-bongkah awan putih lembut. Sepanjang jalan nampak terlihat berkas-berkas pucat akibat percikan kabut sehabis aksi demokrasi pemberontakan, hanya kegelapan yang menyelimuti Gwangju malam itu. Di seluruh penjuru kota itu, senapan mesin dan tembakan mencabik-cabik kesunyian malam tanpa henti seperti anjing yang menyalak-nyalak di sebuah peternakan terpencil. Mahasiswa dan para penduduk asli Gwangju masih sengit bertempur dengan para orang-orang bengis berdarah dingin, —orang ditraktor yang tak suka jika ada yang menghalangi tujuan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
'Ephemeral • ᴠʜᴏᴘᴇ ✔️
Historical FictionTakdir mempertemukan mereka karena luka lama. Tahun-tahun demokrasi yang begitu menyesakkan semuanya. Sebuah kehancuran karena pemerintahan yang selalu mencekik pribumi dengan kekuasaannya. Era 80'an dimana kesenjangan dan birokrasi politik begitu p...