Deg!
June menepis jari jemari Bobby yang berakhir di dagunya. Tidak kasar, namun lumayan kuat sehingga Bobby tanpa sadar membulatkan kedua matanya. June mungkin akan menjadi pribadi yang munafik kali ini. Karena apa yang ia lakukan barusan sangat berbanding terbalik dari deguban jantungnya yang menggila.
Ia memasang raut wajah sangat terganggu, tidak peduli dengan Bobby yang mungkin menganggapnya sangat berlebihan.
Jangan salahkan June, karena prinsip seseorang lagi-lagi tak bisa dikendalikan begitu mudah.
Dan ini menjadi tantangan tersendiri bagi Bobby untuk membuat June sedikit lebih terbuka lagi menyikapi kehadirannya.
"Sorry," kata Bobby sedikit tercekat.
June melirik ke arah Ibu, yang untungnya tidak terganggu sama sekali dengan kejadian diantara mereka barusan, "ini terlalu tiba-tiba buat gue, just please a lil bit more slow down, won't you?"
"Sure," kata Bobby menyetujui mau laki-laki itu, "sure."
Gue udah sangat tergila-gila tampaknya, ya?
Ini kedua kalinya di dalam hidupnya ia ngotot berlebihan seperti ini agar orang lain mau menerima kehadirannya. Pertama, mantan istrinya, dan kini June. Karena tentu saja, masih banyak yang jelas-jelas mau dengan dirinya tanpa perlu usaha lebih.
Namun, entah mengapa kali ini, Juan Praga membuat dirinya semakin tidak masuk akal.
*
*
*
"Lo cuma tinggal sendiri?"Setelah beberapa jam kemudian, setelah menikmati sarapan, dan mengobrol sangat banyak tentang June, tentang keluarganya, yang bisa dipastikan bahwa sebenarnya June hanya mengobrol dengan Sang Ibunda, dibandingkan kepada dirinya, mereka berdua berakhir membersihkan peralatan masak dan bekas makan mereka tadi.
Inisiatif Bobby, awalnya, ini caranya agar mereka berdua bisa mendapatkan komunikasi dua arah, tidak sedikit-sedikit hanya dia yang bertanya. Ia ingin setidaknya June menunjukkan rasa ingin tahu terhadap hidupnya. Walau kemungkinannya sangat kecil. Ia hanya ingin June tahu bagaimana hidupnya, tanpa ia harus bercerita terlebih dahulu, mengingat rasa penasaran laki-laki itu terhadap apapun sangat-sangat minim.
"Iya," jawab Bobby, senyumnya terangkat walau tidak sangat lebar, ia harus pintar-pintar menahan dirinya kali ini.
June mengangguk-anggukkan kepalanya saja. Tangannya lagi-lagi menerima sebuah piring yang baru saja dibilas oleh Bobby untuk ia lap lalu ia taruh di rak bersih. Kemudian, "setelah lo cerai?"
Sebelah alis Bobby terangkat naik, ini yang ia inginkan, "iya dong, Juan, masa setelah pisah masih satu rumah," kata Bobby lagi mencoba bergurau.
Tahan, Bobby, tahan... Jangan jawab dengan jawaban konyol lagi.
Ia menghembuskan napasnya pelan, mencoba mencari kalimat yang tepat, "lagian juga, kan, si mantan istri waktu itu udah ada yang lain, jadi emang sengaja gue buat prosesnya lebih cepat."
Yang lain?
"Ah..." June baru paham setelah ia ingat dengan kalimat Lea beberapa waktu lalu.
"Lo anak satu-satunya, ya?" tanya June lagi, dengan intonasi yang sudah sangat santai.
"Iya, bapak sama ibu di Aussie, so, ya, gue cuma punya Lea."
Dan lo, secepatnya.
"Pantes lo terkesan sangat akrab dengan Andira, mungkin karena lo anak satu-satunya. Sejujurnya membuat gue sedikit cemburu," masih dengan intonasi santai, June tiba-tiba memutuskan untuk jujur perihal perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
R e n d e z v o u s - Koo Junhoe & Kim Jiwon [Completed]
FanfictieMasa lalu adalah momok. Ada banyak alasan orang-orang menutupi bagian hidup yang sarat akan pelajaran itu. Entah malu, atau mungkin sangat menyakitkan. Untuk Bobby Satya, ia memilih menjadikan masa lalunya sebagai alasannya untuk bertahan di dalam h...