Bel istirahat berbunyi, semua murid di kelas 10 IPS 3 mulai bergerak cepat membereskan buku di atas meja.Lean mengambil ponselnya di dalam tas kemudian menoleh ke arah Navea yang masih sibuk merunduk membaca buku.
"Lo nggak ke kantin?" Tanya Lean membuka suara.
Navea mengangkat wajah, ia menggeleng sekilas kemudian lanjut berpikir dengan soalnya.
Seorang pemuda tampan mendekat, Kavin namanya. Cowok ini seakan memiliki garis wajah kalem yang mampu membuat semua cewek disana melebur. Tapi sifat cowok ini merubah segalanya, ia tak ada bedanya dengan Lean.
"Buruan ih, lemot lu. Nathan dah duluan noh."
Lean mendengus, "rewel amat."
Kavin mencibir, ia berbalik tak peduli banyak segera pergi dari sana.
Lean menoleh lagi ke arah Navea yang masih pada posisinya. Detik berikutnya ia melangkah pergi mengikuti Kavin yang sudah di ambang pintu.
Navea mengernyit, membaca pelan-pelan soal rumit itu berkali-kali.
"X nya udah ketemu, Y nya kenapa susah banget sih?" Kata Navea pelan, namun ia tak sadar bahwa suaranya cukup terdengar di kelas sana.
"Eh apa X nya salah ya?" Kata Navea melihat buku catatannya. Ia kembali melirik buku tebalnya, kemudian beralih ke buku catatan. Begitu terus sampai ia mengerti, sesekali ia akan melirik ke arah papan tulis di depan sana melihat angka-angka yang masih tertera.
Navea melebarkan mata saat melihat kelas sudah sepi. Detik berikutnya ia tersadar segera merogoh tas ransel mengeluarkan roti yang tadi pagi sempat dibeli. Kedua tangannya sibuk membuka bungkus plastik kemudian mulai melahapnya dengan gigitan besar.
Masih dengan kunyahan penuh di mulut, pikirannya tetap tertuju pada coretan soal di buku.
"Belajar boleh, tapi jangan lupa makan."
Navea mengangkat alis, melihat seseorang menaruh dua kotak stereofoam di atas mejanya. Cewek ini melirik, mengetahui Lean yang menarik kursinya menghadap belakang.
"Apa?"
"Gue mau makan disini, di kantin panas," Kata Lean seraya mengeluarkan kotak putih di atas meja, "satu buat gue," Ujarnya menaruh stereofoam, "ini buat lo, yeayy!! Happy eating!" Lanjutnya riang seperti anak balita.
"Apaan sih Le," Kata Navea kesal sendiri, "gue juga lagi makan," Lanjutnya menggigit kembali sisa rotinya.
Lean mendecak, "setdah, lo orang Indo bukan sih??"
"Ya lo pikir?!"
"Ciri khas orang indo tuh kalo belum makan nasi gak kenyang," Kata Lean jadi kesal, "gak usah begayaan sok nolak lo, perut lo laper kan."
Navea refleks mendelik, "sok tau lo!"
"Ah lelet lo Na!" Lean menarik kembali stereofoam di depan Navea, "sini dah gua suap!" Kata Lean sudah mengambil ancang, membuat Navea segera mengambil lagi kotaknya.
"Bawel anjir!" Ujar Navea galak mengambil alih sendok plastik dari tangan Lean.
Lean mengulum bibirnya yang hampir tersenyum. Dengan tangan meraih sendok miliknya, pemuda ini jadi gemas sendiri melihat Navea yang kesal.
Navea mendecak, "kenapa harus ada timun sih?!" Katanya setelah membuka tutup kotak.
Lean yang hendak memasukan nasinya ke dalam mulut jadi urung, "lah? Lo nggak suka timun?" Tanya Lean memperhatikan Navea yang menyisihkan potongan timun.
"Kalo gua ngomel ya gak suka."
"Na, buset dah jan galak galak napa," Kata Lean. "Betewe, gua juga gak suka timun sih, gua gak srek sama airnya," Lanjut pemuda itu jadi menceritakan dirinya.
"Tapi sorry, gue gak nanya."
Lean mencibir, "mau tukeran sama punya gue gak??" Tawar Lean menunjuk miliknya yang tak ada timun, karena tadi sewaktu membeli Lean sengaja tak menaruh timun di salah satu kotak stereofoam.
Navea melirik sekilas kemudian menggeleng, "udah biar, gue pinggirin aja," Katanya sambil membalikan nasi, mencari cari kali aja masih ada timun yang terselip.
"Okey," Jawab Lean santai mulai melahap nasinya
Sampai Kavin yang ingin masuk ke dalam kelas jadi mengurungkan niat, dengan Nathan yang mengintip kecil di belakang Kavin. Mereka berdua sudah bertumpuk, melihat Lean dengan cewek baru itu di kelasnya.
Kavin menegakkan tubuh membuat Nathan diatas yang tadi menumpu tubuhnya ikut menegakkan diri.
"Sejak kapan?" Tanya cowok berkulit sawo matang itu, Nathan namanya.
Kavin mengendikkan bahu, "nggak tau, tadi pagi dah sok akrab."
"Si Lean mainnya mulus bener dah."
Kavin mengangguk, "buaya sebenarnya adalah Lean."
"Iyha, karna disini aku kupu-kupu," Katanya dengan tangan mengepak, seakan terbang di angkasa.
Kavin mendelik, "kupu-kupu susah ditangkap."
"Ya kan emang itu gue!" Kata Nathan sedikit nyolot, "cool, damagenya kerasa," lanjutnya menyugar rambutnya ke belakang membuat Kavin memasang wajah eneg.
A/n:
Kek....apa ya.....
GARA GARA UN VILLAGE NYA BAEKHYUN GUA JADI KESERINGAN NONTONIN KONTENNYA......hhhhhh, pgen punya cowo humor kek baeky :(((((((
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Twilight
Novela JuvenilLean Jun Darren Cowok tampan yang jago tebar pesona sana sini, hanya untuk mendapatkan degem gemes, walau dirinya juga berada di tingkatan paling junior. Pandai bermain games, tapi juga pandai mempermainkan hati wanita. Memiliki teman berandal, dan...