Kelas pagi itu terlihat sangat sunyi dari kelas-kelas sebelum nya, aku melirik ke depan. Tempat guru ku berada. Lalu melihat sekitar kelas. Suasana kelas benar benar hening, seluruh teman kelas ku sepertinya sangat serius memperhatikan penjelasan guru di depan.
Aku menghela napas panjang, hari ini ntah mengapa aku tidak mood belajar.
"Irene" Bisik teman sebangku ku, tepat di telinga kanan ku.
Aku menghadap nya sambil menatap nya bingung, ketika dia mengarah kan dagu nya ke arah kanan seperti menunjuk sesuatu, "Kenapa?" Aku balas berbisik.
"Liat jennie"
Dahi ku mengerut bahkan alis ku hampir menyatu karena bingung, namun aku tetap mengikuti perintah teman ku itu. Melihat ke meja sebelah kami, tempat jennie berada.
Tepat ketika aku melihat jennie, mata ku langsung melotot kaget. Tentu saja aku kaget, karena jennie sedang sibuk membuka kancing atas baju nya. Sepertinya ia kepanasan.
"Ahahaha" teman sebangku ku atau sering di sapa joy, tertawa puas ketika melihat reaksi ku.
Aku melototi nya. Lalu sengaja mendengus kasar sebelum menatap ke depan lagi, pura pura sibuk memperhatikan pelajaran kimia.
Joy masih menahan tawa nya di sebelah ku, wajah nya memerah karena tawa yang ia tahan.
Bukan tanpa sebab ia begitu, joy adalah salah satu dari orang orang yang mengira aku dan jennie mempunyai hubungan lebih dari teman.
Padahal aku dan jennie hanya berteman dekat. Hampir seluruh teman kelas ku mengira kami berkencan karena setiap weekend aku akan menghabiskan akhir pekan ku di rumah nya.
Aku menghembuskan napas kasar, ketika tawa joy mengelegar. Untung guru kimia kami sudah keluar kelas.
"Apa yang lucu?" Jennie bertanya sambil merapihkan buku buku nya
"Irene tadi blushing karena liat kamu" joy menaik turunkan alis nya, membuat aku memutar bola mata ku malas. Sedangkan jennie hanya menatap ku dan joy bergantian dengan wajah bingung nya
"Padahal aku nggak blushing" jawab ku kesal, mereka sering sekali mengoda aku dan jennie. Padahal kami benar benar hanya teman.
Jennie tak ingin ambil pusing, ia hanya menaikan bahu nya acuh. Hal seperti ini memang sering terjadi, kami berdua bahkan sudah sangat terbiasa.
——
"Sekarang pelajaran fisika kan?" Jennie bertanya, kami berdua sudah berjalan menuju kelas fisika yang berada di dekat perpustakaan. Meningalkan joy yang terlalu lama merapihkan buku nya.
Sebenarnya bukan itu alasan aku meningalkan nya, aku cukup kesal karena dia selalu mengodaku dan jennie. Seolah seolah kami berkencan.
"Iyaa, abis fisika pelajaran bahasa prancis?" Jennie mengangukan kepala nya. Kami berdua menyelusuri koridor yang sepi, menuju ke ujung kelas, tempat kami akan belajar fisika.
Di sekolah ini tidak ada kelas tetap untuk pelajaran, kami akan berpindah pindah kelas untuk pelajaran selanjut nya. Masing masing pelajaran mempunyai kelas yang berbeda.
"Besok kamu nginep di rumah aku?"
"Emang besok libur?" Aku mengangkat sebelah alis ku
"Emang kamu nggak liat pengumuman di grup kelas? Kan udah di info in sama miss rena besok libur"
Aku buru buru membuka phonsel ku, mengklik dengan cepat kode ponsel yang ada terpampang di layar. Dan benar saja ada pesan dari miss rena wali kelas kami. Menginfokan bahwa besok kami akan libur selama tiga hari.
"Besok kamu di rumah sendirian?" Aku bertanya sambil menatap jennie di sebelahku.
Alis jennie menyatu seperti sedang mengingat ingat sesuatu, "mommy sama daddy aku kayak nya besok nggak ada di rumah, tapi seulgi ada di rumah"
Aku tersenyum, "okeee. Nanti pas pulang aku langsung bareng kamu aja ya"
Alis jennie terangkat, "langsung nginep? Emang kamu nggak izin dulu rene?"
"Nanti aja aku telpon bunda aku, terus minta anterin baju deh" aku tertawa, sedangkan jennie hanya mengelengkan kepala nya.
***
"Berarti besok kamu nggak latihan cheerleaders?"
Jennie yang tadi sibuk dengan phonsel nya langsung mengalihkan pandangan nya ke arah ku, lalu mengelengkan kepala nya. "Enggak, minggu depan juga nggak ada latihan"
"Kok mingdep nya juga libur?" Tanya ku bingung
"Aneh kan? Kemarin aja sibuk nyuruh latihan, sekarang malah di kasih libur. Emang rada keknya" jennie mengoceh kesal, aku tertawa mendengar kata 'rada' yang jennie tunjukan kepada pelatih nya. Jennie memang sedikit tidak suka pada pelatih cheerleaders nya.
Kami berdua sekarang sudah berada di mobil jennie, dengan pak dejard sebagai sopir nya.
"Eh rene kita ke sekolah seulgi dulu gapapa kan?"
Aku terdiam beberapa detik, sebelum berkata "dia bakal bareng sama kita?"
Jennie menganguk, "iyaa"
"Tapi bukan nya biasa nya seulgi pulang jam 6 sore ya? Bukan jam 3 sore kayak kita"
Jennie mengangkat bahu, "kayak nya pulang nya di percepat karena besok juga sekolah dia libur"
Aku menganguk, "eh nanti kita nonton apa pas di rumah kamu?"
"Aku banyak nih list film yang mau aku tonton bareng kamu" jennie berbicara dengan sangat semangat, aku mendengarkan nya dengan senyuman lebar. Sangat lucu melihat jennie mengomel seperti itu
Tapi sebenarnya aku punya rahasia, yang tidak bisa aku katakan kepada jennie. Namun cepat atau lambat aku harus mengatakan kepada nya.
——
"Hallo, aku udah di depan gerbang sekolah nih"
"....."
"Ihh cepetan, besok aja pulangin buku nya"
"....."
"Yaudah buru, kalau lama aku tingalin"
Jennie sedang menelpon seulgi atau sebenarnya saudara kembar nya. Sedangkan aku sibuk memperhatikan area sekolah seulgi melalui jendela mobil.
Tak lama sosok perempuan dengan rok hitam pendek dan kemeja putih yang di balutkan blazer hitam, khas seragam sekolah nya. Berjalan menuju mobil kami berada. Rambut perempuan itu di ikat kuncir kuda. Rambut halus yang berada di area jidat nya, membuat kesan imut memancar dari wajah orang itu
Tepat ketika perempuan itu atau di pangil seulgi, membuka pintu mobil. Jennie langsung mengomel dan melipat kedua tangan nya di perut "Lama banget tau"
Aku refleks mengeser tubuh ku dan menahan nafas, ketika seulgi duduk di samping ku. Aku berada di tengah tengah mereka berdua.
Seulgi memutar bola mata nya malas, "cuman 5 menit kok lama, dasar kamu aja yang gak sabaran"
Dua kembar itu lanjut saling adu argumen bahkan ketika mobil sudah lanjut berjalan. Aku sudah terbiasa dengan situasi seperti ini. Mereka memang sering sekali berkelahi hanya karena masalah sepele.
"Rene kalau di sekolah jennie suka tebar pesona sama guru guru ganteng kan?"
"Hah? Oh iyaa ahahaha" aku tertawa cangung, karena pertanyaan seulgi yang tiba tiba.
Untung saja mereka berdua langsung memecah kecangungan yang aku rasakan karena mereka lagi lagi lanjut beradu argumen.
"Ehh boong itu, aku mana pernah kayak gitu" jennie melototi ku, aku hanya bisa membalas dengan senyuman manis tanda perminta maaf.
"Irene mah gapernah bohong, emang kamu apa tukang bohong"
Senyumku mengembang ketika mendengar ucapan seulgi.