Ruang

374 61 8
                                    

Seminggu berlalu setelah pertengkaran antara Seungyoun dengan Seulgi. Keduanya masih sama-sama diam. Seolah mengabaikan eksistensi satu sama lain. Hal yang sesungguhnya sangat menyiksa sebab keduanya terbiasa bertumpu satu sama lain. Namun ego Seungyoun masih tinggi dan Seulgi masih memilih untuk tetap seperti ini. Setidaknya sampai urusannya dengan Moonbyul selesai.

Seulgi menghela nafas lelah sembari melihat koper kecil miliknya. Ia lalu melirik tiket di atas nakas miliknya. Tiket pesawat menuju kota kelahirannya.

Iya, Seulgi akan kembali. Setelah bertahun-tahun melarikan diri dan bersembunyi.

Inilah alasannya memicu pertengkaran dengan Seungyoun. Jika adiknya itu tau, pasti ia akan melarang keras atau buruknya lagi memaksa untuk ikut.

Seulgi tidak bisa membiarkan itu terjadi.

Kepergiannya bukan untuk kembali ke rumah orang tuanya. Ia dimintai tolong oleh Moonbyul untuk menemui salah satu kerabat Moonbyul yang tinggal disana. Awalnya ia ragu untuk menerima tawaran itu, tapi mengingat Moonbyul sudah terlampau sering membantunya selama ini Seulgi tidak bisa untuk tidak setuju.

Terlebih Moonbyul tak tau mengenai permasalahannya. Putri keluarga Moon itu hanya tau bahwa Seulgi berasal dari kota itu dan hanya ia yang bisa ia mintai tolong.

"Ayah, bukannya aku ingin menjadi anak durhaka, tapi aku harap aku tak bertemu kalian disana. Tidak sampai aku dan Seungyoun siap." Seulgi mengelus perlahan foto ayah dan ibunya. Matanya berkaca-kaca, siap kapan saja menumpahkan segala jenis emosi yang menguasai relung hatinya.

"Aku dan Seungyoun sangat merindukan kalian. Sangat. Tapi luka kami masih basah," satu isakan keluar dair bibir Seulgi. Airmatanya jatuh tak sanggup lagi ia tahan. "Seandainya saja bisa, aku tak ingin semua ini terjadi. Aku masih ingin melihat kalian, memeluk kalian seperti dulu. Ayah, Ibu, aku takut disini."

Seulgi jatuh terduduk. memeluk lututnya sendiri sembari berusaha menahan isaknya. Tanpa ia sadari, bahwa gejolak feromonnya mampu tercium jelas oleh Seungyoun.

.
.
.
.
.
.

Seungyoun hanya bisa berdiri diam di depan pintu kamar Seulgi. Ia mendengar semua ucapan sang kakak. Airmatanya pun tumpah. Ia menangis dalam diam.

Ia sudah tau semuanya. Tentang apa yang Seulgi berusah sembunyikan. Beberapa hari yang lalu ia bertemu dengan Moonbyul. Wanita itu menceritakan semua tentang permintaan kecilnya pada Seulgi. Hal yang membuat amarah Seungyoun nyaris meledak. Hingga butuh dua hari baginya untuk menenangkan diri.

Hari ini, ia ingin meminta penjelasan Seulgi sekaligus meminta maaf pada sang kakak. Namun tepat saat ia hendak mengetuk pintu, suara penuh kesakitan milik Seulgi terdengar. Ia bisa merasakan aura terluka milik Seulgi begitu pekat di udara. Membuatnya tak sanggup untuk sekedar mengetuk pintu ataupun bersuara.

Ingatannya kembali melayang ke masa lalu. Seulgi seringkali berkata untuk berhenti merasa bersalah. Namun sulit. Semuanya terasa terlalu sulit bagi Seungyoun. Berbagai perandaian muncul dalam benaknya.

Seandainya ia tak lemah, seandainya ia mengikuti saran Seulgi untuk belajar bela diri, seandainya saja ia bukan omega. Semua itu terus berputar di kepalanya.

.
.
.
.
.
.
.

"Kau yakin akan berangkat sendiri?"

Seulgi mengangguk sembari trus memperhatikan ponsel miliknya. Perasaannya tak tenang sebab sebelum ia berangkat ia bisa merasakan feromon Seungyoun yang kacau.

Ia takut jika nanti ia pergi heat Seungyoun datang mendadak sementara ia tak ada disana.

"Kau kenapa?"

AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang