Kakak Adik

438 91 13
                                    

Seulgi masuk ke dalam rumah dengan raut wajah mengernyit. Hidungnya mencium aroma kue coklat yang baru keluar dari oven. Aromanya cukup kuat hingga bisa menembus keluar rumah yang sudah dirancang khusus oleh Seulgi agar bisa menahan aroma apapun dari dalam rumah.

Tidak mungkin adiknya memanggang kue karena aroma kue tak sekuat ini.

Seulgi menghela nafas begitu menyadari apa yang terjadi. Adiknya pasti tengah memasuki hebatnya.

Sambil memejamkan mata, Seulgi mulai mengeluarkan feromonnya untuk menekan aroma feromon sang adik. Sekaligus memberi ketenangan pada adiknya yang dari aroma feromonnya terasa tengah kacau.

Seulgi masuk ke ruang keluarga dan menemukan Seungyoun tengah meringkuk di dalam nest yang ia bangun di depan tv menggunakan boneka-boneka miliknya dan baju-baju Seulgi.

Tawa kecil menguat dari bibir Seulgi. Tanpa repot berganti baju, ia ikut masuk ke dalam nest Seungyoun dan memeluknya dari belakang. Membuat Seungyoun secara refleks berbalik dan balas memeluk Seulgi dengan menautkan kakinya pada kaki sang kakak.

"Sudah minum suppressant?"

Seungyoun mengangguk kecil kemudian merangsek ke perpotongan leher Seulgi. Mencoba menghirup lebih banyak aroma Seulgi.

Kondisi Seulgi yang masih sedikit berkeringat membuat aroma feromonnya jadi lebih kuat. Dan aroma ini adalah favorit Seungyoun setelah aroma sang ayah.

"Sejak kapan?"

"Pagi tadi waktu kakak sudah berangkat."

"Pantas semalam kamu manja sekali. Memaksa tidur bersama." ucap Seulgi sembari terkekeh kecil. Menimbulkan rengutan dari yang lebih muda.

"Tapi bukannya bulan lalu sudah?"

Seulgi bisa merasakan gelengan kepala Seungyoun. Rambut tebalnya menggelitik leher dan dagu Seulgi.

"Nggak tau. Rasanya sudah tak nyaman sejak kemarin."

Tangan kanan Seulgi mengelus pelan kepala Seungyoun sementara tangan kirinya kini menjadi bantalan untuk Seungyoun. Sedikit pegal memang, namun rasanya nyaman hingga Seulgi tak merasa keberatan.

"Aneh. Heat mu memang tak teratur tapi belum pernah jaraknya sedekat ini. Apa kita perlu ke dokter Kim?"

Seungyoun diam sejenak sebelum mendongak untuk menatap mata Seulgi. Rautnya tampak serius hingga menghilangkan garis lembut di wajahnya. Menampakkan wajah tegas selayaknya seorang alpha.

"Apa mungkin karena kemarin aku bertemu dengan seorang alpha?"

Seulgi terkejut dan melonggarkan pelukan keduanya. "Kamu bertemu dengan alpha? Kenapa tak bilang pada Kakak?"

"Karena seharusnya bukan dia yang kutemui. Kakak ingat dengan editor majalah yang pernah kemari untuk membahas artikel yang ku tulis? Seharusnya kemarin aku bertemu dengannya untuk membahas tentang kemungkinan aku bekerja secara tetap pada mereka. Tapi yang datang justru manager nya yang seorang alpha."

Seulgi mengangguk kecil. Tangannya lalu beralih mengelus dahi Seungyoun untuk menghilangkan kerutan yang muncul disana.

"Lalu bagaimana? Feromon mu tak tercium bukan?"

"Sayangnya, iya. Entah bagaimana pria itu berhasil mencium feromon ku padahal aku sudah menyemprot parfum cukup banyak sebelumnya. Tapi beruntung karena kami bertemu di kafe hingga aku berdalih bahwa itu hanya aroma kue yang baru dipanggang. Dan dia percaya."

Seulgi terhenyak. Ucapan adiknya membuatnya langsung teringat tentang kejadian beberapa hari lalu. Bagaimana bisa ada orang asing yang mampu mencium feromon keduanya yang tipis ini? Bahkan dengan parfum lavender yang bertahun-tahun mampu menyamarkan aroma mereka pun seolah tak memberi efek lagi.

AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang