Awal Jumpa

598 102 19
                                    

Hujan yang turun tiba-tiba di sore ini membuat Seulgi menghela nafas berat. Kafenya menjadi lebih ramai karena beberapa pengunjung yang memilih berteduh saat hujan turun deras juga mereka yang terjebak dan tak punya pilihan selain memesan minuman hangat sembari menanti hujan reda. Namun bukan itu masalahnya.

Ia masih memiliki beberapa urusan yang harus diselesaikan sore ini sementara ia justru terjebak di kafenya sendiri. Membuatnya sedikit menyesali keputusan mengijinkan mobilnya dibawa sang adik pagi ini.

Matanya melirik ke arah jam di atas meja kasir. Setengah jam lagi ia sudah harus ada di butik untuk membantu temannya memilih pakaian. Dan hujan belum juga menampakkan tanda-tanda akan reda. Sepertinya ia harus memesan taksi online jika tak ingin terlambat. Beruntung masih ada satu payung milik salah satu karyawannya yang tertinggal di ruang loker. Ia bisa meminjamnya untuk sementara.

Tak lama, taksi online pesanannya tiba di depan kafe. Hujan benar-benar turun dengan deras saat ini. Bahkan Seulgi yang hanya melangkah sebentar di bawah payung menemukan bagian bawah celananya sudah basah oleh air hujan saat ia sudah duduk dengan aman di kursi belakang taksi.

Hujan yang turun tiba-tiba membuat jalanan menjadi lebih lenggang sehingga ia tak perlu terjebak macet. Jalan pun menjadi lebih licin, membuat sang supir harus melajukan kendarannya dengan pelan dan sangat berhati-hati. Apalagi dengan jarak pandang yang cukup terbatas.

Sepanjang jalan Seulgi hanya memandangi hujan tanpa minat. Pikirannya melayang pada Moonbyul, teman yang akan ia temui di butik nanti. Gadis alpha yang sebentar lagi akan menikah dengan seorang beta itu benar-benar beruntung. Lahir dan tumbuh besar di keluarga yang tak lagi berpikiran kolot membuatnya bebas mengungkapkan jati diri pada siapapun. Tak perlu topeng apalagi sandiwara. Belum lagi ia berhasil meminang seorang gadis cantik yang amat mencintainya.

Ah, cinta. Seumur hidup Seulgi hanya percaya pada cinta yang kedua orang tua dan adiknya berikan. Ia tak yakin jika diluar sana akan ada orang yang mau mencintainya setulus keluarganya.

Lamunan Seulgi terhenti saat taksi yang ditumpanginya turun. Setelah membayar, Seulgi bergegas berlari di bawah payung menuju ke butik tujuannya. Hujan lagi-lagi membuat ujung celananya yang mulai kering kembali basah.

Saat ia sibuk menyimpan payungnya, sebuah suara nan halus menyapa indra pendengarannya. Serasa sebuah adegan klasik sebuah film, pandangan Seulgi perlahan terpaku pada sesosok gadis mungil yang memandangnya sedikit cemas. Wajah kecil dengan proporsi yang sempurna untuk mata, hidung, dan mulut, sebuah tahi lalat kecil di bawah mata sebelah kanan, juga kulit putih halus tanpa cela sukses membuat pandangan Seulgi akan sekitarnya buram.

Seolah kedua matanya secara otomatis mengatur fokus hanya pada pahatan indah milik gadis itu.

Debaran kencang menyeruak tepat di jantungnya takkala sebuah sentuhan kecil di telapak tangan ia rasakan. Hangat. Hanya itu yang Seulgi bisa ungkapkan. Hangat yang mampu menepis semua hawa dingin yang ia rasakan sejak tadi.

"Maaf, apa anda baik-baik saja?"

Kesadaran Seulgi kembali detik itu juga. Dalam sekejap, diaturnya kembali mimik wwajahnya. Menunjukkan raut cerah khas miliknya lengkap dengan senyuman manis yang bawa kesan hangat.

"Ah iya. Hanya sedikit kedinginan. Ah maaf membuat lantainya basah."

Gadis itu hanya tersenyum kecil dan menarik tangannya dari lengan Seulgi. Untuk sepersekian detik Seulgi merasa kehilangan. Seolah tak rela hangat itu hanya bertahan sesaat.

"Tak masalah. Lagipula tak seburuk itu. Apa anda Kang Seulgi? Teman nona Moonbyul?"

Seulgi mengangguk kecil, masih dengan senyum yang melekat di wajahnya.

AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang