Bertemu

419 86 11
                                    

Seulgi memandang foto keluarga yang terpajang di kamar Seungyoun. Satu-satunya foto keluarga yang berhasil ia dan Seungyoun bawa saat kabur 5 tahun lalu. Foto itu sengaja ia letakkan di kamar Seungyoun agar adiknya itu bisa terus merasa tenang dan nyaman mengingat saat awal kepindahan keduanya di kota ini Seungyoun kesulitan untuk bisa beradaptasi.

Ingatan Seulgi lalu berputar pada masa lalunya. Saat bukti identitas keduanya keluar saat ia sudah di bangku SMA, saat keluarga besarnya memandang Seungyoun dengan pandangan penuh penghakiman setelah heat pertama adiknya itu datang, saat ia harus bertengkar dengan kedua orang tuanya atas sikap keluarga besar pada dirinya dan Seungyoun, saat ia akhirnya memutuskan untuk hengkang bersama sang adik dan menyembunyikan diri sejauh mungkin dari jangkauan keluarga besarnya. Termasuk dari kedua orang tuanya.

Seulgi masih ingat dengan jelas, bagaimana ia berusaha memulai hidup barunya di kota ini. Ia yang harus bekerja di beberapa tempat sekaligus dengan banyak identitas berbeda demi menutupi jejak hingga akhirnya tabungannya mulai cukup untuk memulai bisnisnya sendiri.

Kondisi ekonomi Seulgi memang tak sejatuh itu. Ia kabur dengan membawa seluruh tabungannya, pun Seungyoun yang sebelumnya secara diam-diam berhasil menjual mobil milik keduanya. Membuat keduanya tak harus terlunta-lunta di jalanan ataupun merasa kelaparan. Namun bukan berarti hidup keduanya mulus begitu saja.

Demi menutupi identitas, keduanya harus berusaha mencari parfume yang cocok untuk menutupi feromon mereka. Entah sudah berapa kali tubuh keduanya secara terang-terangan menolak bahan kimia yang disemprotkan ke tubuh mereka. Hingga akhirnya Seulgi nekat memanggil dokter ke rumah mereka. Membuka satu rahasia besar pada orang asing.

Tak ada pilihan lain karena kondisi Seungyoun saat itu benar-benar mengkhawatirkan. Tubuhnya demam dengan ruam merah nyaris di sekujur tubuh. 

Seulgi tersenyum tipis saat memori itu melintas dalam benaknya. Di balik kejadian itu setidaknya Seulgi bersyukur ia bertemu dengan sosok sebaik dokter Kim. Pria paruh baya itu bersedia menyimpan semua rahasia Seulgi dan Seungyooun untuk dirinya sendiri. Bahkan membantu keduanya mencari parfum yang cocok.

Kegiatan nostalgia Seulgi terhenti saat Seungyoun masuk ke dalam kamar dengan membawa segelas susu dan setoples kue kering. "Kupikir Kakak sedang bekerja di kamar." ucapnya sambil meletakkan susu dan kue miliknya di nakas samping tempat tidur.

Seulgi menggeleng lalu ikut duduk disamping Seungyoun. Tangannya mengelus pelan rambut sang adik yang mulai memanjang.

"Jangan dipotong ya, Youn. Kakak suka rambutmu panjang seperti ini. Kamu cantik."

Semburat merah menjalar di kedua pipi Seungyoun. Meski sejak kecil ia kerap dipuji oleh sang kakak namun rasanya tetap saja malu. Terlebih di usianya sekarang. "Dengan tubuh sebesar ini, mana mungkin aku bisa terlihat cantik, Kak." elaknya.

Seulgi menggeleng. Sejak tahu dirinya seorang omega, kepercayaan diri Seungyoun memang meredup drastis. Fisiknya yang tak seperti omega pada umumnya membuat ia kerap merasa rendah diri. Padahal Seungyoun itu benar-benar cantik. Dengan pipi tembam dan eye smile manis, adiknya itu seolah bisa membuat musim dingin sekalipun mendadak terasa hangat.

"Ya udah terserah. Jadi bagaimana dengan pihak majalah kemarin? Bukankah hari ini kalian bertemu lagi"

Terdengar helaan nafas berat dari Seungyoun. Ia bergeser sedikit agar bisa berhadapan dengan Seulgi. "Iya. Dan aku bertemu lagi dengan dia."

"Dia? Manager itu? Bagaimana bisa?"

"Itu juga yang membuatku bingung. Aku sudah mengkonfirmasi Yohan, editor majalah itu, bahwa aku hanya ingin bertemu berdua saja dengannya. Dan Yohan juga menyetujuinya. Lalu tiba-tiba saja saat di tengah meeting, manager itu datang dan bergabung dengan kami."

AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang