Pertolongan

457 72 10
                                    

Seulgi menggosok kedua telapak tangannya. Udara semakin dingin belakangan ini. Terlebih tinggal menghitung hari memasuki musim dingin. Dan sebuah kesalahan bagi Seulgi keluar tanpa sarung tangan di cuaca seperti ini.

Langkahnya semakin ia pacu ketika kafenya sudah berada dalam jarak pandangnya. Mobilnya masuk ke bengkel kemarin untuk perawatan rutin membuatnya harus berjalan kaki untuk menuju ke kafe. Beruntung jarak antara rumah dengan kafenya tak terlalu jauh dan hari ini ia tak punya rencana untuk pergi keluar.

Lonceng diatas pintu berdenting pelan saat ia membuka pintu. Sebuh sapaan ramah dari Kun ia balas dengan senyuman kecil. Kedua pipinya terasa sedikit kaku akibat udara dingin membuatnya tak leluasa untuk menggerakkan wajahnya. Setelah menyerahkan mantel dan juga syal kepada Kun untuk disimpan, Seulgi berjalan ke salah satu sudut kafe. Disana sudah duduk seorang wanita dengan rambut platina yang di urai cantik di punggung.

"Menunggu lama?" tanya Seulgi sembari duduk dihadapan wanita itu.

Sebuah gelengan singkat di dapat Seulgi bersamaan dengan Kun yang membawakan secangkir coklat hangat untuknya. Seluruh pegawai di kafenya sudah diberi peringatan oleh Seungyoun agar tidak menyajikan kopi untuk Seulgi di pagi hari.

"Ini baru 2 minggu dari terakhir kita bertemu tapi mengapa rasanya sudah sangat lama."

Seulgi mengangkat kedua bahunya. Sepasang telapak tangannya merengkuh cangkir minumannya erat. Mencoba menyalurkan rasa hangat ke seluruh tubuhnya. 

"Jangan bilang jika itu yang menjadi alasanmu memaksa untuk bertemu dengan ku hari ini."

"Alasan apa?"

"Merindukanku tentu saja." jawab Seulgi ringan yang dihadiahi gelak tawa dari lawan bicaranya.

"Jadi, bagaimana kabar perkembangan rencana pernikahanmu?" tanya Seulgi kemudian.

"Hampir selesai. Tinggal menunggu penyelesaian dekorasi gedung."

Keduanya lalu terdiam. Seulgi memandang ke luar jendela. Melihat lalu lalang mereka yang tengah diburu waktu atau sekedar berjalan cepat demi menghindar dari dinginnya penghujung musim gugur. Lalu ingatannya berlabuh pada masa 4 tahun silam. Saat ia pertama kali bertemu dan mengenal wanita yang duduk di hadapannya kini.

"Kau ingat, dulu saat kita pertama bertemu, kupikir kau hanya seorang wanita dingin yang gila kerja. Aku bertemu denganmu di 3 tempat berbeda di hari yang sama dan di 3 tempat itu kau sama-sama bekerja."

Rupanya, bukan hanya Seulgi yang larut dalam nostalgia. Senyumnya terkembang mengingat saat itu. "Dan aku melihatmu sebagai seorang anak angkuh kaya raya yang hidupnya selalu dikelilingi hal-hal glamour. Terlebih setelah mengetahui jika salah satu tempat kerjaku berada di bawah namamu. 'Ah, jadi ini nona muda Moonbyul, putri pertama keluarga Moon yang terkenal itu. Pasti hidupnya sangat menyenangkan.' Begitu kira-kira yang terlintas saat kita bertemu untuk ketiga kalinya hari itu."

Moonbyul kembali tergelak. Tak menampik ucapan Seulgi karena beberapa tahun lalu hidupnya memang tak lepas dari hal-hal glamour dan mewah sebelum akhirnya ia memutuskan untuk berubah dan tampil lebih sederhana seperti sekarang.

"Aku sempat berpikir, jika hari itu kita tidak bertemu dan aku tak mencoba untuk berteman denganmu, mungkin hingga saat ini aku masihlah jadi si anak angkuh kaya raya itu. Dan mungkin juga aku tidak bertemu dengan Yongsun dan memutuskan untuk menikahinya."

Seulgi terkekeh geli. "Lucu juga ya, padahal aku ingat jelas jika kau tahun lalu masih kukuh tak mau menikah. Tapi lihat sekarang. Minggu depan kau resmi menikahi Solar."

"Aku juga awalnya tak menyangka sama sekali akan menikah. Terlebih dalam waktu secepat ini. Tapi saat bertemu Yongsun untuk pertama kalinya, aku tiba-tiba merasa yakin jika dia adalah mate ku dan aku harus segera mengklaim-nya."

AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang