Siapa

168 38 4
                                    

Maaf ya untuk hiatus yang sangat lama dan tanpa kabar. Ada banyak kejadian RL yang bikin aku jadi susah buat balik nulis ke WP. Tapi aku usahakan mulai sekarang buat lebih rajin up. Sekalipun ga rajin-rajin amat tapi kupastikan kalo cerita ini nggak bakal discontinued alias akan kuselesaikan sampai tamat. Terimakasih untuk semua yang masih mau nunggu dan happy reading.






Seungyoun terbangun dengan rasa sakit yang luar biasa di kepalanya. Tubuhnya terasa remuk dan tak nyaman. Mata Seungyoun mengerjap, berusaha membiasakan diri dengan sekitarnya.

Saat pandangannya kembali jelas, tubuhnya mematung.

Ini, dimana?

Sekelilingnya tampak begitu asing. Membuat rasa sakit di kepalanya semakin bergejolak. Juga rasa mual yang seolah mengaduk-aduk perutnya. Sulit bagi Seungyoun untuk berpikir di situasi seperti ini jadi yang bisa ia lakukan hanyalah menenangkan diri agar rasa sakit di tubuhnya mereda. Beberapa menit kemudian, Seungyoun mulai merasa bahwa sakit di kepalanya mulai reda. Ia bisa membuka mata tanpa merasa ada sesuatu yang menghantam kepalanya. Pandangannya pun mulai jernih hingga ia bisa menelaah seluruh ruangan yang didominasi warna abu itu.

Ruangan ini tampak lebih luas dibanding kamar milik Seungyoun. Mungkin seluas kamar orangtuanya dulu. Membuat Seungyoun berpikir, siapapun pemilik kamar ini, ia pasti datang dari kalangan menengah ke atas. Ayolah, harga tanah dan bangunan di kota ini bahkan lebih mahal dari kota asal Seungyoun dulu. Sekalipun ini merupakan hunian sewa, harga sewanya pun pastilah tinggi.

Tak ada banyak barang yang bisa membuat Seungyoun mengidentifikasi siapa pemilik ruangan itu. Tak ada foto yang tergantung di dinding. Dindingnya saja bahkan polos tanpa hiasan apapun. Kamar luas itu hanya memiliki sebuah ranjang besar dengan meja kecil di kanan kirinya, sebuah lemari besar, dan meja kerja di pojok ruangan dekat dengan jendela besar yang tertutup tirai berwarna hitam. Sepertinya ruangan ini milik seorang pemuda lajang. Fakta yang membuat Seungyoun semakin tak nyaman.

Respon tubuh yang Seungyoun rasakan saat ini jelas pertanda bahwa ia baru saja melewati heat nya. Padahal seingat Seungyoun ia sudah meminum supressant sebelum ia keluar dari rumah tadi pagi. Ia juga yakin bahwa jadwal heat nya masih satu minggu lagi. Mengingat semua itu, Seungyoun terkesiap. Ia ingat sekarang. Harusnya hari ini ia bertemu dengan Yohan dan managernya. Membahas terkait artikel baru Seungyoun.

Seungyoun kembali mencoba mengingat-ingat semua kejadian sejak ia keluar dari rumahnya pagi tadi. Ia naik taksi menuju kafe tempat ia dan Yohan akan bertemu. Ia juga sempat bertemu dengan Yohan. Berbicara banyak hal sebelum manager Yohan datang. Saat itu ia sudah merasa tak nyaman dengan tubuhnya. Namun ia menampik dan berfikir itu hanya efek karena ia memang tak pernah lagi merasa nyaman jika dekat dengan manager Yohan yang kerap dipanggil Pak Han itu. Terutama sejak pria itu bisa mencium feromon Seungyoun meskipun ia sudah menyemprotkan parfum sebanyak mungkin.

"Kau sudah bangun?"

Seungyoun terperanjat. Sepasang matanya membulat saat menemukan sosok manager Yohan berdiri di ambang pintu dengan membawa nampan di tangannya. Seungyoun memundurkan tubuhnya hingga punggungnya menyentuh kepala ranjang saat manager Yohan berjalan mendekat ke arahnya.

"Aku hanya ingin meletakkan ini di atas nakas. Aku tidak akan berbuat macam-macam." ucap pria itu. Dan benar saja, setelah ia meletakkan nampan yang berisi sup dan segelas air putih, ia segera menjauh dan berdiri di ambang pintu. Cukup jauh dari tempat Seungyoun semula berbaring.

AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang