-Chapter 9-
----------------Dreamer------------------
"Aku hanya ingin merasakan bagaimana rasanya hidup bersama orang yang benar-benar mencintaiku"
Author's POV.
Cuaca hari ini cukup terik, matahari bersinar begitu terang. Cahayanya menembus atap sebuah gazebo yang tampak sejuk karena tersusun dari bambu-bambu yang ditata rapi. Suasana alami begitu terlihat jelas disana, terdengar suara gemericik air yang bersumber dari kolam buatan di samping gazebo yang di kelilingi oleh tanaman-tanaman hias yang hijau dan segar. Seorang laki-laki tengah berteduh di gazebo tersebut sambil menikmati sekotak es krim.
"Really Justin? Apa aku tidak salah lihat? Kau menghabiskan sekotak penuh es krim? Tidak biasanya."
Justin tidak menjawabnya, dia hanya terkekeh sambil menyuapkan es krim yang masih tersisa kemulutnya.
"Berani taruhan Lyla pasti marah padamu karena kau menghabiskan es krim miliknya." Mr.Sai melangkahkan kakinya mendekat dan turut duduk di atas gazebo di belakang rumahnya.
"Ayolah Uncle, aku hanya mengambil yang vanilla. Masih banyak es krim lainya kan."
Mr.Sai terkekeh, "Ya ya, terserah kau saja. Aku pikir kau tidak terlalu suka es krim Justin, tapi melihat dari caramu memakannya, aku jadi ragu untuk berkata seperti itu."
Justin menghentikan kegiatannya, dia menolehkan kepalanya pada Mr.Sai, dan tersenyum padanya. "Aku tidak tahu Uncle, tapi seseorang berkata padaku bahwa es krim vanilla itu enak. Jadi aku memutuskan untuk mencobanya."
"Lalu?." Mr.Sai mengangkat sebelah alisnya pada Justin.
"Memang enak." dan mengingatkanku pada Justmine, batin Justin. Yeah, Justin menjadi sangat menyukai es krim vanilla, begitu manis dan lembut, seperti sikap Justmine padanya. Memakan es krim vanilla seperti ini membuatnya teringat pada saat di mana dia menghabiskan waktunya bersama Justmine, melihat tawanya yang lepas yang begitu di sukai oleh Justin. Membuat Justin berpikir bahwa dia sedang merindukan tawa gadis itu.
Mr.Sai mengangguk-anggukkan kepalanya, dia berpikir sejenak sebelum akhirnya kembali menyentakkan kepalanya "Justin apa hubunganmu dengan Justmine?."
Justin langsung tersedak dengan es krimnya sendiri, terbatuk kemudian menjawab setelah melegakan tenggorokannya. "Apa maksudmu Uncle Sai?."
"Yeah, tentang kedekatanmu dengan Justmine."
"Umm, kami hanya berteman." ucap Justin sambil kembali menikmati es krimnya.
"Sungguh?, tapi dari cerita yang kudengar tampak tidak seperti itu." Mr.Sai mengerutkan keningnya.
"Aku tidak mengerti." Justin menjawab dengan polos, dia menutup kotak es krim yang sudah habis tanpa tersisa. Kemudian mengarahkan kepalanya, dan memandang pamannya dengan serius. "Cerita yang kau dengar? Memangnya cerita apa?."
"Kau tahu Mrs.Linec? Dia yang sedikit pendek, dan dandanannya selalu paling menor dari pada guru lainnya. Guru paling cerewet dan pandai bergosip di sekolah?."
Justin menggedikkan bahunya tampak tidak mengerti.
"Untung saja kau belum pernah bertemu dengannya, kau tahu suara cemprengnya itu mengerikan. Yeah, dia tadi memberitahuku, dia bilang kau datang ke sekolah bersama Justmine, dan kau terus menggandeng tangannya tanpa melepasnya sedikitpun. Kau tahu? Seperti sepasang kekasih. Aku tidak terlalu percaya padanya, makanya aku langsung bertanya padamu. Apakah itu benar Justin?."
Justin tidak langsung menjawab, dia menghabiskan beberapa detik untuk berpikir, mencari jawaban yang tepat untuk dia katakan pada Mr.Sai. "Sebenarnya, aku memang berangkat bersamanya pagi ini, dan menggandeng tangannya mungkin. Tapi sungguh, tidak ada hubungan spesial di antara kami berdua."