-Chapter 7-
----------------Dreamer------------------
"We're not the dreamer if we're not dreaming."
Author's POV.
Sheryl tengah memasuki rumahnya dengan langkah gontai, wajahnya begitu kusut dan tampak tidak bersemangat. Hari sudah menjelang petang, sehingga tentu saja orang tuanya sudah berada dirumah, dan gadis itu memang baru datang karena pergi melancong untuk menyegarkan pikirannya meski sebenarnya hal itu sama sekali tidak berhasil membuatnya merasa lebih baik.
Gadis itu sedang kecewa dengan seseorang, hari ini dia kembali ditolak oleh pangerannya, ya---meski tidak secara langsung. Ricky sudah lebih dulu pergi sebelum gadis itu sampai di kantornya, membuat acara makan siangnya bersama Ricky secara otomatis gagal total. Kalau begini, percuma saja dia kemarin menghabiskan waktu untuk menempel tulisan-tulisan konyol yang nyatanya sama sekali tidak berpengaruh pada Ricky.
"Hey... Apa yang tengah terjadi pada gadisku ini, hmm?" wajah Sheryl terangkat ketika mendengar suara lembut milik ibunya. Yeah, begitulah. Ibu Sheryl memang sama absurdnya seperti dirinya. Kadang bisa menggila dan histeris seperti anak tk, namun kadang bisa menjadi benar-benar dewasa dan lembut seperti karakter seorang ibu pada umumnya.
Sheryl masih tidak menjawab, dia hanya memberikan tatapan menyedihkan pada ibunya, dan tanpa aba-aba di langsung memeluk ibunya dengan erat. "Hey, ada apa sayang? Ceritakan pada mom." ibu Sheryl membalas pelukan anaknya, dan mengecup puncak kepala Sheryl dengan penuh kasih sayang.
Sheryl merenggangkan pelukannya, tapi tangannya masih melingkar di pinggang ibunya. Gadis itu mengarahkan wajahnya untuk menatap ibunya kemudian berkata dangan nada yang menyedihkan "Ricky mom, dia kembali menolak makan siangku. Dia sudah pergi sebelum aku datang ke kantor." dan setelah berkata seperti itu gadis itu kembali memeluk ibunya dengan erat.
"Ayolah, anak mom tidak boleh bersedih... Baiklah, bagaimana kalau mom memberitahumu berita bagus saja? Supaya rasa sedihmu itu hilang."
"Terserah mom" gumaman gadis itu tidak terdengar begitu jelas karena ia mengubur wajahnya di bahu ibunya.
"Sheryl, kalau kau masih dalam posisi seperti ini, mom tidak akan enak untuk bercerita, bagaimana kalau kita duduk di sofa?"
Gadis itu digiring ibunya untuk menuju ke sofa, tapi setelah mereka menghempaskan tubuh di sofa, gadis itu kembali memeluk ibunya dengan erat. Membuat ibunya mendengus, tapi setelahnya sebuah senyum mengembang diwajahnya.
"Kau tahu Sheryl, mom dan dad baru saja mendapatkan undangan makan malam."
Kalimat ibunya sontak membuat Sheryl langsung menarik dirinya dari pelukan ibunya, "Mom!! Tega sekali kau! Meninggalkanku sendirian saat hatiku sedang kacau?! Apa maksudmu??" gadis itu berbicara dengan kesal.
Ibunya terkekeh, membuat Sheryl mengangkat kedua alisnya. "Tentu saja tidak sayang, kau pikir mom sekejam itu, hm?"
Sheryl mengangkat sebelah alisnya, membuat ibunya kembali terkekeh. "Kau akan ikut ke acara makan malam."
"Mom tap-----" kalimat Sheryl terputus saat ibunya kembali melanjutkan kalimatnya.
"Bersama Ricky dan Richard." dan suara pekikan langsung terdengar, sekejap suasana menjadi hening. Sheryl hanya menatap ibunya dengan ekspresi terkejut sambil membekap mulutnya. Yang dibalas oleh ibunya dengan ekspresi antusias yang begitu berlebih. Oh ayolah---aku rasa sebuah kegilaan akan kembali terjadi.
Dan seperti sudah menjadi gerak refleks, Sheryl menaikkan kakinya ke atas sofa sambil berteriak histeris. Gadis itu meloncat-loncat di atasnya, dan ibunya hanya tertawa melihat tingkah anak gadisnya. Dan setelah puas dengan apa yang telah ia lakukan, Sheryl kembali memeluk ibunya sambil terharu. "Thank you mom, i love you so much" ucap gadis itu sambil mencium pipi ibunya.