"Jikalau hari ini saya benar-benar kehilangan apa-apa yang sudah saya rancang, tolong ingatkan saya kembali bahwa rencana milik-Mu jauh lebih indah dari segala rencana yang sudah ku susun susah payah."
~~~
"Ya udah, kalo gitu saya duluan, ya...""Iya..."
"Jangan lupa sarapan."
"Hemm"
"Nanti kalo udah selesai, langsung saya hubungi."
"Iya."
"Oh ya, nanti kalo---"
"Iya, Jung. Udah sana, nanti telat."
Aku mendorong punggungnya pelan dengan tasku, menyuruhnya untuk cepat-cepat masuk. Jujur, aku hanya tidak tahan dengan ocehannya. Ini masih pagi loh, aku tidak ingin mengeluarkan banyak tenaga untuk meladeninya.
Akhirnya, Dae-Jung pun masuk ke dalam kelasnya setelah mengangguk sekali padaku. Dan tanpa pikir panjang lagi, aku langsung melesat pergi dari aula kampus. Masih banyak mahasiswa lain yang berkeliaran di koridor. Aku tidak mempedulikan itu, terus berjalan keluar kemanapun langkah kakiku membawaku.
~~~
Iringan musik lagu Yummy dari Justin Bieber saat ini menjadi penghantar di pagi hari yang penuh kesibukan. Lagu yang terdengar sangat menggembirakan itu justru bertolak belakang dengan isi pikiranku. Yang kurasakan sekarang hanya kosong, tidak bahagia juga tidak sedih.
Suara lonceng terus berbunyi tatkala ada pengunjung baru yang datang. Suasana yang terasa begitu sangat pas dengan musim gugur saat ini. Aku berada di salah satu cafe yang pengunjungnya rata-rata hanya anak muda, sepertiku.
Pagi ini aku tidak ada kelas, dosen pembimbing tiba-tiba ada urusan mendadak, katanya. Daripada bosan mondar-mandir di kampus tanpa adanya tujuan, aku memutuskan untuk jalan-jalan sebentar, dan akhirnya kakiku menetap di cafe ini. Rasanya sedikit lebih tenang, karena tidak ada si Dae-Jung.
Ngomong-ngomong, kurang lebih sudah seminggu aku kenal dengan pria bernama Dae-Jung itu. Awalnya kupikir pertemuan di taman malam itu hanya pertemuan singkat, tidak ada lanjutannya. Ternyata ya... bisa kalian simpulkan sendiri.
Hampir setiap hari dia selalu mengekoriku, setiap kata yang terucap dari bibirnya justru membuatku terus berpikir, dia sungguh pria aneh.
Aku tahu, niat nya itu baik karena ingin menghiburku, tapi bagiku justru terkesan sedikit memaksa. Aku jadi merasa tidak nyaman. Dia selalu tahu di mana pun aku berada, untuk menghindar juga rasanya tidak mungkin. Dae-Jung tidak melakukan kesalahan apa pun, jadi tidak ada alasan bagiku untuk membencinya.
Hingga perlahan-lahan, aku mulai mencoba menerima kehadirannya. Meski ada sedikit rasa dongkol karena sikapnya yang selalu mengejutkan. Dia juga mengatakan bahwa ingin bersahabat denganku, awalnya aku bingung. Untuk apa seorang pria bersahabat dengan perempuan, bukankah jadi sedikit kurang leluasa?
Keduanya jelas memiliki privasi yang berbeda, untuk bercerita seperti halnya curhat juga rasanya sedikit canggung, menurutku. Karena dari pengalamanku sendiri, aku tidak pernah memiliki sahabat. Hanya teman, tidak lebih.
"Justru itu, persahabatan antara laki-laki dan perempuan banyak diidam-idamkan oleh banyak orang. Dan saya ingin merasakan itu, sekali seumur hidup, denganmu. Jangan tanya kenapa, karena saya juga tidak tau. Intinya, biarkan saya yang menjadi pelindungmu, sebagai sahabat." Katanya, yang sampai sekarang masih ku ingat dengan jelas ketika aku bertanya 'untuk apa bersahabat kalo berteman saja sudah cukup?'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Korea | Na Jaemin
Fanfiction"Inginku hanya satu, memilikimu. Meski kenyataannya mustahil, karena kamu di sana adalah bintang dan aku di sini hanyalah satu di antara banyaknya ilalang yang berharap bisa menggapai mu." - Teruntuk Na Jaemin