TRAGEDI

1.3K 50 7
                                    


Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa apapun hasilnya Tuhanlah yang menentukan segalanya. Apa yang kita rencanakan dan diikhtiarkan hasilnya tetaplah semesta yang bekerja dengan tangan-Nya. Begitulah kiranya kisah dua sejoli yang merencanakan masa depan menggapai mahligai pernikahan akhirnya kandas di tengah jalan dikarenakan takdir yang memilukan. Dimana kebahagiaan di depan mata usai sudah. Ini sebuah cerita tentang Hendri dan Melisa yang harus terpisah di saat dua bulan menjelang pernikahannya  karena skenario yang ditulis semesta atas takdir yang tak pernah mereka duga.

Pagi itu cuaca agak mendung sehingga sang mentari tampak sayup dan hawa pun terasa dingin menusuk tulang diiringi rinai gerimis yang kian deras. Ketika itu mobil Honda Civic yang membawa Melisa menuju perbukitan dengan kondisi jalanan naik turun dan curam melaju dengan kecepatan sedang. Siapa sangka nasib buruk menimpanya pagi itu. Saat mobil itu melintasi turunan dengan tikungan tajam tiba-tiba ada sebuah mobil dari arah berlawanan melaju kencang membuat sang pengemudi  tersentak kaget. Demi menghindari tabrakan, sopir tersebut membanting setir ke arah kiri yang mengakibatkan mobil itu oleng dan tidak bisa dikendalikan lajunya. Si sopir hendak menginjak rem namun naas, rem mobil tersebut ternyata bermasalah akhirnya mobil itu tak bisa dihentikan langsung terperosok ke jurang kemudian meledak.

💠💠💠

Di kediaman keluarga Wiratama

Seperti biasa tiap pagi Hendri memulai aktifitasnya untuk siap-siap berangkat ke kantor. Sebelumnya ia menyempatkan untuk sarapan pagi terlebih dulu dan setelahnya menikmati secangkir kopi.  Saat ia meminum secangkir kopi capucino sambil berdiri tanpa sengaja siku tangannya menyenggol pigura di meja kerjanya.

Pyaaarrrrr...

Dia terkejut dan segera meletakkan cangkir itu di meja kemudian jongkok  memungut pecahan kaca di pigura tersebut. Hatinya mendadak diliputi  gelisah kian tumpah ruah. Ia merasakan firasat buruk sedang menimpa sang kekasih.

'Ya Tuhan, apa yang terjadi dengan Melisa?' gumamnya dalam hati.

Ponselnya kini berbunyi sangat nyaring pertanda panggilan masuk. Ia pun berdiri dan segera meletakkan pigura itu di atas meja. Setelah meraih ponselnya  ia pun menyentuh aplikasi hijau untuk menerima panggilan.

"Halo selamat pagi!" sapa seseorang di seberang sana.

"Ya, selamat pagi," jawab Hendri.

"Apa benar, saya sedang berbincang dengan Bapak Hendri Anggara Wiratama?" tanya orang itu sekali lagi.

"Benar, saya sendiri?" lanjut Hendri.

"Maaf sebelumnya, saya hanya menyampaikan bahwa saudari Melisa Rahmawati sedang mengalami kecelakaan di area perbukitan Argo Wilis dan mobilnya masuk jurang. Kami dari pihak kepolisian masih di TKP mengevakuasi korban untuk segera dilarikan ke rumah sakit Medical Center," papar orang tersebut.

"Apa?"

Hendri terhenyak mendengar penjelasan dari aparat kepolisian yang menelponnya itu. Kakinya mendadak lemas tak mampu menopang tubuhnya dan kini jatuh terduduk. Dengan terbata-bata ia melanjutkan obrolan dengan orang di seberang sana.

"I-iya, Pak. Saya segera ke sana." Hendri menutup panggilan itu.

Dia langsung menyambar kunci mobilnya yang terletak di meja kerjanya bergegas turun ke lantai bawah dengan langkah tergesa. Kini ia sampai di parkiran dimana mobilnya diparkirkan. Ia pun  tak lupa pamit  pada Umar satpam penjaga rumahnya.

"Pak, saya pergi dulu, jika Anin mencariku bilang padanya aku tidak masuk kantor hari ini," pesan Hendri pada Umar.

"Iya, Mas. Sampeyan kenapa to? Kok buru-buru?" tanya Umar heran.

SEGENGGAM   SETIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang