2. Motif Tersembunyi

283 24 0
                                    


Galih telah kembali untuk sementara di rumah orang tuanya. Januar dan Rahayu ingin memastikan pernikahan Galih dan Mona berjalan dengan baik.

"Gila ya, tujuh tahun hilang, ternyata masuk hotel prodeo, terus tahunya nikah bulan depan," kata Tristan, sepupu Galih sekaligus teman SMA lelaki itu.

Tristan sudah biasa menginap dan tinggal di rumah Galih. Orang tuanya yang sama-sama dokter, kerap membuat Tristan merasa kesepian sewaktu sekolah hingga memutuskan sering main ke rumah Galih.

"Kau akan datang bukan?" tanya Galih hanya tersenyum mendengar celotehan Tristan yang frontal. Bahkan tidak segan mengungkit masalahnya yang pernah masuk penjara.

Tristan mendesah. "Kau juga mendadak nikah. Bulan depan aku sudah harus residen," jawabnya membahas tentang Pendidikan Dokter Spesialis yang mesti diikutinya sesuai arahan orang tuanya.

"Tapi katanya dia ... janda?" Tristan bertanya hati-hati. Meski Galih telah mengetahui dan terbiasa dengan sifat bar-barnya dalam berkata sesuatu, tapi tak jarang dirinya merasa Galih cukup seram jika marah.

"Suaminya meninggal setelah seminggu menikah," jawab Galih menuntaskan rasa penasaran Tristan. Ia kemudian mengambil sebatang rokok, lalu membakar ujungnya.

Tristan terdiam. Pria itu awalnya berpikir bahwa calon istri Galih adalah wanita yang bercerai dari suaminya, karena menikah muda.

"Lalu apa alasanmu setuju menikah dengannya?" tanya Tristan masih tidak habis pikir bahwa Galih tidak mempermasalahkan dinikahkan dengan wanita yang bahkan tidak dikenalnya.

"Dia cantik. Sepertinya akan menjadi istri yang baik," jawab Galih mulai menyesap rokok yang diselipkan antara jari telunjuk dan jari tengahnya. Ia tidak berbohong ketika mengatakan bahwa Mona adalah wanita yang cantik. Namun memang itu saja faktor untuk menikahi seseorang?

Tristan mendengkus pelan. Meski reputasi Galih dulu tidak seburuk dirinya mengenai wanita, tetapi Tristan sangat mengenal tipikal wanita idaman Galih.

"Aku bertemu dengan Intan sebulan yang lalu pada acara pernikahan seniorku," ujar Tristan bangkir berdiri. Bersiap kembali ke rumah sakit, setelah menghabiskan waktu istirahatnya mengunjungi Galih yang sedang bersantai di kafe.

Galih memicingkan matanya memandang ke arah Tristan. Ia masih setia menghirup tembakau bercampur nikotin yang terkandung dalam rokok di tangannya.

Tristan seolah membeku pada tempatnya mendapati tatapan dingin dan tajam Galih kepadanya. Ia tadi tidak sadar membahas tentang Intan, wanita seolah menjadi luka abadi dalam hati Galih.

Konon, cinta yang paling amat menyakitkan adalah cinta yang tak tergantikan.

"Segera lah kembali ke rumah sakit. Aku juga sebentar lagi mau pulang," balas Galih memalingkan wajahnya.

"Oh baiklah. Hubungi aku kalau kau sudah akan kembali ke Kota Tembagau," ucap Tristan mengambil kunci mobilnya di atas meja, lalu menepuk bahu Galih sekilas sebelum beranjak keluar dari kafe.

Sedangkan Galih menghabiskan sisa rokok di tangannya. Ia kemudian ikut beranjak, lalu membayar minumannya dengan Tristan. Tanpa pergi ke lain tempat, Galih langsung pulang ke rumah orang tuanya.

"Kau darimana lagi? Nanti malam kita akan kedatangan Mona dan Ibunya," ujar Rahayu melihat Galih baru kembali.

"Mereka ke sini?" Galih terkejut karena tidak mendengar kabar kedatangan Mona dan Ibu wanita itu.

"Biasa, pihak wanita akan membeli kain untuk dibagikan ke keluarga perempuan mereka," balas Rahayu menjadikan Galih hanya mengangguk singkat.

Galih tidak paham akan adat atau kebiasaan orang-orang dalam pernikahan. Ia juga tidak mau pusing memikirkannya. Memaklumi bahwa keluarga Mona berasal dari kota yang lebih kecil dari Jakarta, sehingga adat juga masih dipegang teguh.

Ikatan SuciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang