Galih dan Mona resmi memasuki kediaman mereka yang baru. Itu semua berkat kekayaan yang dimiliki Januar selaku mertua Mona. Sebuah rumah model berhasil disulap oleh seorang arsitektur yang ditunjuk secara langsung oleh Januar untuk membenahi rumah tersebut, hingga bisa layak huni.
Meski masih berada di Kota Tembagau, kediaman Galih dan Mona tersebut berada di luar pusat keramaian kota. Bahkan di belakang rumah itu tampak adanya kebun kelapa sawit yang rimbun, menjadikan daerah itu cukup asri, meski juga akan menakutkan pada malam hari. Belum lagi jarak antara satu rumah dengan yang lainnya cukup berjauhan.
Perabotan kediaman baru tersebut juga telah diletakkan dengan baik pada berbagai sudut ruangan, sehingga Galih dan Mona benar-benar hanya perlu memasukinya tanpa harus repot membuat tangan mereka berdebu.
"Semoga kalian bisa menjalani biduk rumah tangga yang harmonis," ujar Masita yang ikut mengantar putrinya untuk memasuki rumah barunya.
"Terima kasih Ibu, kami akan sering berkunjung," balas Galih tersenyum sekilas.
"Tidak perlu buru-buru. Kalian ... harus menikmati kebersamaan kalian berdua." Masita berkata seperti itu dan langsung ditimpali dengan kekehan dari Januar dan Rahayu.
Sedangkan Mona hanya tersipu mendengarnya. Setelah memastikan tempat tinggal barunya tidak kekurangan apapun, ia serta Galih mulai mengantar ibu serta kedua mertuanya untuk pulang.
"Mona Sayang, jika kau butuh sesuatu langsung hubungi Ibu saja," ujar Rahayu membelai lembut wajah menantunya itu.
"Ibu juga ya Nak, apalagi Galih, jangan sungkan telepon," tambah Masita yang baru lagi merasakan pisah rumah dengan Mona, setelah sekian lama. Terakhir adalah ketika putrinya itu harus menempuh bangku kuliah.
Januar hanya terkekeh. "Mereka itu bukan anak-anak, pasti bilang kalau butuh."
"Iya, Ibu tidak perlu khawatir," balas Mona sambil memandang Masita dan Rahayu secara bergantian.
Galih kemudian maju dan merangkul bahu Mona. "Kalian tenang saja. Aku akan menjaga Mona dengan baik."
Dengan ucapan Galih, maka menutup acara memasuki rumah baru tersebut. Akhirnya Januar, Rahayu dan Masita meninggalkan kediaman Galih dan Mona. Pasangan itu kemudian kembali masuk ke dalam.
Asing dan sepi. Setidaknya itulah dua kata yang menggambarkan kesan Mona kepada rumah barunya tersebut. Tengah menatap ruang tengah, tiba-tiba ia merasakan Galih menarik tangannya.
"Ini adalah kamar kita," tunjuk Galih mempertegas, padahal orang tuanya telah menunjukkan hal itu kepada Mona sebelumnya.
Mona mengangguk pelan. "Lalu kamar ini?" Ia menunjuk kepada satu-satunya kamar yang tak diperlihatkan oleh Januar tadi.
Galih mengubah posisinya dan berdiri di hadapan Mona. "Itu adalah ruangan kerjaku. Kau ... tidak bisa masuk ke sana."
Mata Mona mengerjap. "Kenapa?" tanyanya heran.
"Aku akan lebih senang jika kau tak penasaran. Lagipula di sana isinya cukup padat, sehingga aku takut kau akan celaka."
Kebingungan langsung melanda Mona. Ia kembali melirik pintu kamar itu. Tidak seperti ruangan lainnya yang memakai kunci biasa. Terlihat alat pemindai kata sandi yang menjadikan ruangan itu tampak sangat misterius.
"Baiklah Mas Galih." Mona berusaha menahan rasa ingin tahunya. Ia tak pernah lupa akan pesan ibunya untuk menuruti perkataan suaminya, apabila memang bukan sebuah pertentangan yang membuat rugi dirinya.
Mona kemudian memilih masuk ke kamar. Membongkar isi koper untuk memasukkan baju-bajunya juga milik Galih ke dalam lemari panjang yang telah tersedia. Ternyata Galih ikut masuk dan membantu istrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikatan Suci
Romance[18+] Mona adalah seorang janda dari pria yang gugur dalam sebuah tugas sebagai abdi negara. Dia kemudian dinikahkan oleh ayahnya dengan seorang pria bernama Galih. Galih yang diketahui pernah masuk penjara dalam kasus obat-obatan terlarang. Tidak...