03 : Misteri

173 35 6
                                    

Itu semua takdir bukan?


Apa aku salah?


Mengapa kini aku terus merasa bersalah?












Suasana sekolah yang tadinya sangat ramai mendadak sepi karena hanya beberapa siswa yang berani untuk kembali masuk sekolah, aktivitas sekolah pun tidak berjalan seperti biasanya.

Langit pagi sangat cerah seperti biasanya, udara yang sangat sejuk, burung berkicauan namun disekitaran sangatlah hening, Yeji, Lia, dan juga Haechan berbincang kecil di pinggir koridor sekolah.

"Gila, sih, serem banget kejadian kemaren" Lia menatap lapangan persis di tempat kemarin kepala sekolah itu tewas.

"Pertama kalinya gue liat jasad orang mati bunuh diri secara langsung"  ujar Haechan dengan pandangan kosong.

"Kayaknya gue bakal pindah sekolah" kedua netra milik Lia  menatap jelas pada wajah Haechan dan Yeji.

"Kok pindah? Lo ninggalin gue?"  jawab Yeji dengan sedikit rasa kecewa didalam benaknya.

"Besok gue juga pindah sekolah, makasih ya udah jadi temen gue walau lo pada nyebelin" seraya merangkul Lia dan Yeji, Haechan bicara yang diiringi dengan tawa kecilnya. Meski tawanya kini tidak terdengar seperti biasanya.

"Deh, lo yang nyebelin!" Lia melepas rangkulan tangan Haechan kemudian meraih tubuh Yeji untuk dipeluknya.

"Yejiyaa, makasih udah jadi temen pertama Lia" pelukan Lia yang terasa sangat hangat baginya pada saat itu.

Cukup lama berada didalam pelukan seakan-akan itu memang hari terakhir mereka bertemu.

"Jahat lo pada ninggalin gue" 

Meski kedua matanya berlinang namun ia tidak bisa menumpahkannya, karna bagaimana pun juga itu adalah keputusan sahabatnya, tidak ada hak apapun dirinya untuk melarang.

Haechan menatap sekeliling gedung sekolah itu teringat dengan saat-saat pertama ia memasuki sekolah, ditatapnya Yeji dan Lia yang sedang berpelukan berusaha menahan air matanya jatuh, mendengar suara Yeji bicara dengan nada rendahnya hatinya tersentuh dan merasa berat untuk meninggalkan sekolah ini, bahu yang lebar dan tangannya yang panjang serta tubuhnya yang hangat ia memeluk kedua sahabatnya tanda sebagai pertemuan terakhirnya. Namun, entah di masa depan.

Pertemuan awal mereka memang biasa saja bahkan tidak ada hal yang menarik. Tetapi, lambat laun mereka bisa menjadi sangat dekat, mungkin itulah takdir, meski awal yang sangat biasa namun di akhir mereka sama-sama meninggalkan kenangan dan kesan yang sangat indah.

Yeji tidak ingin menyusahkan kedua orang tuannya dan ia memilih untuk melanjutkan sekolahnya disini.

Hampir dari setengah murid mendadak pindah sekolah, setiap kelas pun hanya tersisa beberapa murid saja.

Sekolah ini ramai diberitakan yang menjadikan reputasi sekolah ini turun drastis.

Sekolah pun sudah tidak lagi menerima siswa baru.

Fakta yang lebih menyakitkan dari semua kejadian yang baru saja terjadi adalah, bahwa Yeji tahu hari ini akan datang, hari dimana teman-temannya pergi meninggalkannya, sebab itu ia bertekad kuat untuk menyelidiki apa yang tadinya ingin ia abaikan.

Tetapi pada akhirnya ia gagal untuk melakukannya, hari ini sudah terjadi, dan tidak dapat di ubah kembali.
























__________




























TIME TRAVEL GIRL [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang