Obscuur Libel

37 7 13
                                    

Suara desingan peluru memecah keheningan malam.

Damian merutuk pelan pada sosok yang berusaha melawan sekelompok serigala sendirian. Tubuh itu tampak gesit, sesekali memuntahkan peluru dari senapannya.

"Hoi, mau sampai kapan kalian mau bersembunyi?" Teriakan gadis itu sontak membuat kedua pria yang masih diam di tempat akhirnya bergerak juga.

Damian berlari kearah sekawanan serigala yang mengepung adiknya lalu menebas kepala mereka dengan kapak besar miliknya. Disaat yang sama, pria lainnya segera menjatuhkan dirinya untuk menghindari cakaran serigala yang berusaha mengoyaknya, lalu menendang serigala itu, sebelum akhirnya menyobek leher serigala itu dengan belatinya.

"Yosh, kerja bagus." Damian menepuk-nepuk kepala adiknya yang dihadiahi tatapan tajam.

"Jangan menyentuhku dengan tangan kotormu, Damian." Sergahnya sebal. "Aku membenci bau busuk darah yang menempel pada kepalaku."

"Kau kesal karena karena tangan Damian kotor, atau karena slalu dijadikan umpan setiap kali kita melakukan perburuan?" Araqiel, pria lainnya tampak terkekeh saat mendengar dengusan dari gadis itu sebagai balasan.

"Keduanya, tentu saja."

Rui—nama gadis itu—menyingkap lengan bajunya hingga ke lengan atas yang terluka akibat cakaran serigala. Untungnya dia adalah seorang dokter, penanganan luka sepele seperti ini dia bisa lakukan.

Meski sebenarnya harus ditangani lebih serius lagi, karena yang mereka lawan bukanlah serigala biasa, melainkan serigala yang katanya dapat mengubah seseorang menjadi kawanannya.

"Ah, kau terluka, Rui."

"Hm, tapi aku tidak merasakan infeksi sama sekali. Padahal seharusnya aku berubah menjadi serigala, bukan?"

"Mungkin karena serigalanya tahu kau menyeramkan, makanya dia tak ingin kau menjadi kawanannya."

Celetukan Damian segera dibalas dengan lemparan kotak perban.

"Baiklah, kalian berdua. Berhentilah bertengkar." Araqiel menengahi kakak-beradik yang adu pelototan sedaritadi. "Jangan lupa kalau misi kita bukan hanya perburuan biasa, melainkan menuju pusat manusia serigala untuk membunuh 2 pimpinannya."

Ya, kali ini misi mereka tidak sesederhana yang biasanya, melainkan misi untuk menghancurkan peradaban manusia serigala yang semakin hari semakin meresahkan dunia manusia. Sebenarnya, mereka bertiga bukan tipe yang peduli dengan masalah kritis dunia, tapi karena dendam, ketiganya memutuskan untuk maju dan menghancurkan peradaban itu.

___OL___

"Mama! Daddy! Lihat, Rui mendapat nilai 100! Rui hebat, 'kan?!"

Teriakan gadis berumur 12 tahun yang muncul dari pintu depan rumah membuat Kei dan Rio yang sedang berpelukan menengok ke arah Rui. Sementara Rui sendiri mendadak cemberut karena ternyata dia mengganggu acara romantis kedua orang tuanya.

"Kau mengganggu mereka, bocah." Celetuk Damian yang juga baru muncul dari pintu depan. Pemuda yang berumur 17 tahun itu tampak tak acuh pada pemandangan manis di depannya, jadi pada akhirnya dia memilih masuk ke kamarnya begitu saja.

"Gapapa Rui, kemarilah sayang! Dapat 100? Rui hebat sekali!" Kei yang tak ingin merusak euforia anak tengahnya segera memeluk dan memuji. Sementara Sang Ayah hanya tersenyum geli melihat betapa manisnya anak dan istrinya yang tengah mengobrol.

"Di mana Runne, Ma?"

"Runne sedang tidur. Kalau kau mau kau bisa mendatanginya."

"Oke! Rui ke kamar Runne dulu, Mama sama Daddy bermesraan saja lagi!"

FABULA LINEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang