Hari yang melelahkan

15 11 5
                                    

Maaf typo bertebaran
 

                       Selamat membaca
.
.
.
.


.
.
Setelah mengikuti semua pelajaran hari ini membuat Hani sangat capek dia ingin merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk miliknya hanya membayangkan saja sudah membuat Hani nyaman rasanya dia ingin cepat sampai dirumah.

"Lala gue pulang duluan ya"

"Iya hati hati Lo jangan ngebut"

"Siap Bu bos" Dengan tangan yang diangkat seperti sedang hormat.

"Babay Lala"

Hanya disauti dengan tangan yang bergerak ke kanan dan ke kiri oleh Lala dan jangan lupa senyuman manis Lala juga.

Setelah mengendarai motor selama sekitar 20 menit lamanya akhirnya Hani sampai didepan rumahnya.

Tin     tin     tin

"Pak Maman bukain gerbangnya"

"Sebentar non" Teriak pak Maman sambil berlari menuju gerbang. Setelah dibuka kan gerbang oleh pak Maman motor kesayangannya masuk ke dalam rumah. Sumpah Hani tidak sabar ingin rasanya tidur. Tapi...

"Eh ada apa pak?"

Hani bingung kenapa dengan pak Maman ini, tiba tiba tangan Hani dipegang olehnya. Oh apa jangan jangan pak Maman suka sama gue ah apaansih ngaco aja lu Han begitu lah yang dipikirkan oleh Hani.

"Anu non aduh gimana ya non anu itu Lo non ahh pokonya non jangan masuk rumah dulu ya mendingan non jalan jalan aja dulu"

Hani bingung dia tak mengerti kenapa pak Maman sangat aneh sekali saat ini.

"Aduh pak Maman Hani itu capek pengen tidur masa orang capek disuruh main sih aneh aneh aja pak Maman ini"

Tanpa dihiraukan teriakan pak Maman Hani tetap melangkah menuju pintu rumahnya ia tak sabar ingin rebahan.

Brukk

Ahh

Prangg

Dukk

Tanpa Hani melihatnya pun dia sudah tau apa yang terjadi.

"Oh ini toh alasan pak Maman nyuruh gue jangan masuk kerumah ternyata" hanya diangguki oleh Hani.

Setelah itu Hani pergi tanpa membuka pintu rumahnya moodnya sudah hancur rasa yang ingin sekali rebahan tiba tiba lenyap dia tak mood untuk rebahan sekarang. Yang dia inginkan hanya ketenangan.

"Eh non aduh maafin pak Maman ya non"

"Apaan sih pak bapak itu gak salah Hani aja yang gak dengerin ucapan bapak"

"Baik baik ya non"

Senyuman yang manis hanya itulah yang diberikan untuk menjawab pak Maman.

Hani lelah dengan hidupnya Hani capek tapi mau gimana lagi ini sudah takdirnya.
Setelah berpamitan kepada pak Maman Hani langsung pergi meninggalkan rumahnya rumah yang hanya ada hawa panas dan dingin didalamnya tak ada rasa hangat didalam keluarga hani.

***

Sudah 2 jam lebih Hani mengendarai motor tanpa arah tujuan sekarang yang hanya dibutuhkan oleh Hani hanya ketenangan untuk menghilangkan rasa sesak di dadanya.

Mana ada seorang anak yang melihat atau mendengarkan debat orang tuanya akan senang yang dirasakan cuma takut, sesak, dan ya rasanya ingin sekali berteriak dan menangis sekencang kencangnya.

Tapi itu bukanlah hani, Hani itu akan memendam segala masalahnya sendiri dia tak ingin menangis dia hanya bisa menguatkan dirinya sendiri agar tidak gantung diri dan mati dengan mengenaskan.

Hari sudah malam dengan masih mengendarai motornya tanpa arah tujuan dan masih menggunakan seragam sekolah Hani memutuskan untuk pulang dia tak peduli jika orang tuanya masih bertengkar.

Setelah sampai dirumah Hani langsung menuju ke kamarnya saat dia ingin membuka kamar...

"Dari mana kamu anak perempuan kok pulangnya malam mau jadi apa kamu hah?"

"Hani capek yah Hani pengen tidur saat ini Hani lagi gak pengen meladeni debat ayah Hani lelah" Ucapnya tanpa membalikkan tubuhnya Hani tetap memandang pintu kamarnya dengan tubuh yang bergetar.

"Ayah ini sekolahin kamu biar kamu itu pinter tapi kok gak tau diuntung kamu sering tidur dikelas kan sering bolos pelajaran kan apa sih gunanya itu gak guna tau gak sih"

"Saat udah besar kamu tuh mau jadi apa jadi jelang kaya bundamu itu kalau mau jadi jelang gak usah sekolah sana pergi sama om om biar kamu ada gunanya biar gak nyusahin saya terus." Ucap sang ayah.

"MAU AYAH ITU APA SIH, UDAH CUKUP HANI SELALU DIAM YA YAH HANI ITU CAPEK DENGER KALIAN BERTENGKAR MULU HAMPIR SETIAP HARI PAGI SORE MALAM KALIAN HANYA BISA BERTENGKAR TERUSS APA KALIAN GAK SADAR ADA HANI DI SINI MAUNYA KALIAN ITU APA SIH?"  Teriak hani sambil menahan agar air matanya tidak jatuh dia tidak ingin terlihat lemah didepan orang.

Sudah cukup Hani selama ini diam sekarang dia ingin mengungkapkan unek uneknya selama ini.

Plak

Sebuah tamparan yang sangat keras mendarat di pipi manis Hani. Hani tak terkejut dengan hal semacam ini dia sudah biasa dikasih hadiah ini, indah bukan?

"ANAK GAK TAU DIUNTUNG GAK TAU MALU GAK PUNYA SOPAN SANTUN AYAH GAK PERNAH NGAJARIN KAMU TERIAK SAMA ORANG TUA YA HAN UDAH CUKUP AYAH NGURUSIN KAMU SAMA JELANG ITU BUNDAMU ITU HANYA BISA MENGHAMBURKAN UANG FOYA FOYA DIMANA MANA SAMA BOSNYA GA TAU MALU ANAK SAMA IBUNYA"  Setelah ayah berteriak ayah lalu pergi meninggalkan Hani yang masih mematung didepan pintu kamarnya jika dibilang sakit pasti siapa sih yang gak sih jika ayah kalian berbicara seperti itu.

Lalu Hani masuk ke kamarnya dan tengkurap dengan wajah yang di tenggelamkan dibantalnya.

Sekali kali nangis juga boleh kan ya, Hani sekarang jadi Hani yang rapuh saat ini dia menangis dikamarnya hanya itu yang bisa ia lakukan.

Dan akhirnya Hani terlelap masih ditempat dan posisi yang sama dia menuju mimpinya siapa tau dia bermimpi indah yang bisa mengurangi sedikit rasa sesak di dadanya.

Sungguh miris sekali hidup hani...

***

(Maaf typo bertebaran)

Jangan lupa vote dan komen ya

Tunggu terus cerita ini dari part ke part sampai akhir pokonya

Pokonya love you

Thanks.

Lanjut part berikutnya.

Jangan lupa follow Ig ku dong @niaa.k__

Jangan lupa juga follow diwattpad ku
Makasih

My life [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang