.
.
.
Wendy masih terdiam kaget disaat Tama narik dia buat masuk kembali kedalam gedung itu, malah sekarang dia udah terduduk manis disalah satu sofa diruangan yang cukup besar juga luas."Kok kamu tau roti kesukaan saya?"
Wendy terperanjat, sadar kembali saat suara Tama masuk kedalam gendang telinganya.
"Oh? Iya? Apa?"
Tama tersenyum kala melihat reaksi Wendy yang lucu barusan. Gadis itu tampak terkaget dengan lucu.
"Kamu tau roti kesukaan saya dari siapa?"
Tanyanya lagi, kini dia duduk bersisian dengan Wendy setelah melihat isi paperbag yang gadis itu bawa untuknya.
"Oh, itu.."
Wendy garuk dulu sisi kepalanya, lalu melanjutkan.
"Aku juga gak tau sih, Mama yang ambilin katanya itu roti yang paling enak"
Wendy jawab sambil buka bungkusan satu roti yang dia ambil dari dalam paperbag.
"Bukannya ini roti dari toko 'keluarga bakery' ya?"
Wendy angguk sampai poni dia bergerak, mulut dia udah penuh sama roti yang dia makan.
"Emang! Kan itu tokonya punya Mama Papa aku, emang kamu gak tau?"
Kini Tama yang terdiam.
Dia baru tau tentang fakta itu, pasalnya orang tua Tama cuman bilang kalo orang tua Wendy punya sebuah toko makanan tanpa tau toko makanan apa itu, atau bahkan tau letak dan namanya.
"Oh iya, aku juga pernah liat kamu sama pacar kamu loh ketoko. Pacar kamu ternyata cantik banget, pantesan kamu gak mau putus sama dia walaupun Tante Amel gak setuju"
Wendy anteng nyemilin roti yang dia bawa, tanpa melihat bagaimana ekspresi Tama sekarang. Tama terdiam seketika, mengingat kembali sudah berapa banyak usaha agar dia dan Jennyta bisa direstui oleh orang tuanya, bahkan Tama sampai melawan sang Mama yang tak merestui mereka karena ego yang membuat dia buta, tapi sekarang rasanya semua usaha itu terasa sia-sia.
"Diem aja dimakan dong rotinya"
Wendy dengan tidak sopan memasukan satu potong roti kemulut Tama.
Tama mengerjap, lalu tersenyum kembali. Mengunyah pelan roti lembut nan enak ini.
"Bilangin sama Mama kamu, makasih buat rotinya, ini enak"
Tama membuka bungkusan roti yang lain, tanpa tau Wendy yang udah memicingkan matanya kearah dia.
"Idih! Makasihnya buat Mama aja? Buat akunya nggak?"
Wendy lipat tangan, bibir terpout, lalu berpura-pura marah.
"Kamu tau, aku cape loh kesini, naik ojol panas-panasan, terus tadi nungguin kamunya lama sampe jamuran, tapi akunya gak dimakasihin"
Wendy buang muka dengan lucu buat Tama gak tahan buat ngunyel-ngubyel pipi putih dan lembut milik Wendy. Dia raih pipi itu, tangkup nyaman sama kedua tangannya.
"Ya, udah makasih juga buat kamu. Makasih buat rotinya, makasih udah jauh-jauh mau kesini, makasih banget"
Kini Wendy senyum disela tekanan lembut tangan Tama diwajahnya.
"Iya, sama-sama"
Balas Wendy senang pada akhirnya.
Tama terdiam diposisinya begitu juga Wendy.
Diperhatikan dengan sayang, wajah Wendy begitu lucu terlihat, apalagi dengan pipi yang dia tekan, membuat mulut kecil itu maju terpout dengan lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh 💕 Taehyung ♡ Wendy
Short Story"Wendyy, kalau kamu Mama jodohin mau gak?" Wenv