14

476 83 45
                                    

.
.
.
"Teteh?"

Kia masuk lalu sibak selimut yang membungkus tubuh sang kaka Wendy.

Wendypun bangkit dan hanya diam, lalu balas menatap jengah.

"Jangan ganggu! Keluar sana"

Wendy tarik kembali selimutnya dan kembali mengurung diri.

Kia kacak pinggang, ini udah dua hari tetehnya ngurung diri, terus pundung kayak gini.

"Kenapa sih Teh?"

Kia ikut duduk dipinggiran kasur Wendy, lalu ikut beraring dan memeluk gumpalan manusia itu dengan kuat.

Kaki berototnya dia tindihkan dikaki berbalut selimut juga tangan yang memeluk erat, serta kepala yang sengaja dia satukan.

"Cerita sama Kia, hm?"

Wendy lagi-lagi bungkam, lantas menggeleng.

Kia hela nafas. Dia gak suka liat tetehnya yang kayak gini. Karena tetehnya itu seharusnya ceria, bersinar, bersemangat walau kadang nyebelin tapi liat tetehnya kayak gini rasanya aneh juga tidak nyaman.

"Teteh, kalo Kia punya salah maafin ya? Teteh marah ya sama Kia?"

Wendy menggeleng lantas membalik badan dan balas memeluk tubuh kekar sang adik.

"Ki, kayaknya teteh dihukum karena terlalu berharap sama manusia"

Wendy dusal didada Kia.

Dia masih merasa sakit hati.

Ternyata jatuh cinta bisa sesakit hatinya sekarang ini.

"Cowo itu apain teteh sampe teteh kayak gini?"

Suara Kia sedikit meninggi, ada kilatan marah terdengar.

"Kalo dia nyakitin teteh, biar Kia samper sekarang juga terus Kia gebukin sampe dia babak belur!"

Wendy tertawa pelan dengar suara Kia yang menggebu-gebu. Tangan lembut itu usap sayang rambut tebal sang adik yang ternyata sudah sebesar ini.

"Dia gak salah apa-apa kok Ki. Teteh aja yang terlalu berharap sama berekspektasi terus nyakitin diri sendiri"

"Teteh pikir kalo teteh usaha buat deketin dia, dia juga bakalan bisa terima Teteh. Taunya dia masih belum bisa moveon dari cewe yang dia suka"

Kia bisa melihat pada mata indah itu yang kini meredup sedih, menahan lelehan air mata agar tak keluar.

"Ki, kalo nanti teteh terus sendiri sampe tua kamu mau ya jagain teteh? Temenin teteh?"

Kia hela nafas lagi.

Sepatah hati itukah tetehnya sekarang ini?

Sampe bisa mikir bahwa dia bakalan sendirian sampe tua?

"Teh, dengerin ya. Kia bakalan jagain Teteh sama Papa juga Mama. Kia yang bakalan bahagiain kalian. Jadi teteh gak usah sedih, Kia bakalan sama Teteh sampe Teteh bosen sama Kia"

Wendy tersenyum lembut.

Adiknya sudah sebesar ini.

Sudah bisa dia andalkan.

"Ki, kamu tau kan teteh sayang kamu"

Kia angguk terus kekeh ringan.

"Teh, jan melow-melow dong. Merinding nih Kia"

Kia nunjukin bulu tangannya yang berdiri karena pernyataan cinta dadakan dari sang Kaka untuknya.

"Iih! Kia mah!"

Jodoh 💕 Taehyung ♡ WendyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang