08

337 88 182
                                    

.
.
.
"Pak, mbak Jennyta ingin ketemu Bapak"

Sambungan telpon dari resepsionis terhubung langsung ketelepon ruangan Tama.

Tama menghela.

"Bilang saya sedang sibuk, tidak bisa ditemui"

"Baik Pak"

Sambungan telpon itu diputus cepat.

Tama mengambil handphone canggih miliknya yang udah dia biarkan selama dua hari didalam laci meja kerjanya.

Sejak dua hari lalu Tama memang memutuskan untuk menghindari Jennyta.

Rasanya dia belum bisa bertatap muka dengan wanita itu, rasa kecewa terlalu besar bahkan hanya untuk saling membalas pesan saja.

"Apa yang kurang dari Aku..."

Tama menjatuhkan kepala diatas meja yang dingin. Matanya menerawang jauh.

Kemarin, sebelum tanpa sengaja Tama bertemu Wendy yang sedang meneduh sebenarnya dia bertemu terlebih dahulu dengan Jennyta.

Niat Tama hanya ingin menemui sang kekasih setelah satu bulan tak berjumpa, dan setau dia Jennyta sedang ada pekerjaan disebuah hotel untuk pemotretan.

Tama tidak menghubungi Jennyta terlebih dahulu, dia ingin memberi kejutan atas kepulangannya tapi setelah sampai, Tama tak mendapati Jennyta diantara para kru kerja, mereka bilang Jennyta ada disalah satu kamar hotel untuk berganti baju.

Bahkan asisten Jennyta dengan ramah memberikan kunci cadangan pada Tama saking sudah dekatnya mereka.

Tama sama sekali tidak punya pikiran buruk tetapi apa yang dia lihat ketika membuka pintu kamar hotel itu adalah seorang Jennyta dengan pakaian yang sudah tidak bisa dikatakan utuh duduk dalam pangkuan seorang laki-laki yang tidak Tama ketahui.

Tama terdiam dengan pandangan mata yang mendingin.

Jennyta dan laki-laki itu masih sibuk bercumbu sampai mata sang laki-laki terbuka dan melihat kearah Tama.

"Siapa Lo?!"

Laki-laki itu mendorong tubuh Jennyta agar sedikit menjauh.

"Ada apa?"

Jennyta yang tau gelagat aneh partner kerjanya itu putar kepala dan mata indah itu kini melebar dengan sempurna.

"T-tama..."

Jennyta tersentak, terburu turun dari pangkuan dan berjalan terhuyung dengan tangan yang menutupi dadanya yang tak tertutup sama sekali.

"Sayang, aku bisa jelasin.."

Sebelah tangan Jennyta meraih tubuh Tama yang perlahan berjalan kebelakang.

Tama tak bereaksi apapun, bahkan matanya menatap lurus kedapan tanpa ekspresi. Dan tak banyak bicara, dia balik badan dan pergi dengan bantingan keras dipintu.

Suara dari telpon berdering membawa kembali kesadaran Tama.

"Ya?"

"Pak, mbak Jennyta masih menunggu dilobi"

Tanpa menjawab Tama menutup sambungan dan lekas berdiri, mengambil handphone dan memakai jasnya dengan rapi.

Semua karyawan merasa aura berbeda ketika pimpinan mereka melintas dengan langkah kaki lebar. Aura yang terpancar begitu manakutkan terlihat.

"Tama"

Jennyta langsung berdiri kala melihat Tama akhirnya mau turun dan menemui dia.

"Sayang, aku mau minta maaf. Aku bisa jelasin semua"

Jodoh 💕 Taehyung ♡ WendyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang