4. Akan Hilang

85 14 0
                                    

Jangan tanya soal hukuman yang Sunwoo bilang beberapa saat lalu, sebab cowok itu sekarang tengah sibuk dengan asap dan bara rokok, meninggalkan aku terduduk dengan ujung bibir berdarah.

"Maaf,"

Aku menutup kedua mata ku, membiarkan angin yang bercampur dengan asap rokok memenuhi rongga paru-paru ku yang mulai sesak.

"Kamu marah?"

Aku marah. Tapi emosiku abstrak. Aku sama sekali tak mengerti kenapa aku marah.

"Tidak."

"Bohong."

Dia masih saja sama.

Aku menggeleng pelan, berusaha membungkam suara-suara di otakku yang makin berisik.

"Terserah."

Sunwoo bangkit, menjatuhkan sisa rokok pada lantai lalu menginjak hingga baranya  mati. Langkahnya mendekat ke arahku lalu berjongkok. Netra obsidian itu menatap wajah ku lamat-lamat. "Cantik."

Ternyata selain emosiku, sikap Sunwoo sama abstrak nya.

Aku mendengus, "terimakasih." Sunwoo mengerjap, "aku bersungguh sungguh." Aku mengangguk tidak peduli, "iya aku percaya." Tangannya terangkat menyentuh ujung bibir ku, "apa sakit?" Aku merotasi bola mata ku malas. "Kamu akan tau hanya jika kamu merasakannya."

Wajahnya mendekat, seringainya melebar. "Kalau begitu cobalah." Aku memundurkan kepalaku, "kamu bau asap rokok. Menjijikkan."

Sunwoo terkekeh, "setelah aku sikat gigi?"

"Aku lapar." Sunwoo menjauhkan kepala, mengusak rambut ku sebentar lalu berdiri. "Tunggu disini, aku belikan makanan sekalian sikat gigi. Aku harus merasakan apa yang kamu rasakan."

Dia tidak akan pernah benar-benar bisa merasakan apa yang aku rasakan.

Dia tau apa? Lancang sekali berani berkata dengan intonasi seringan itu?

"Kamu tidak mengerti."

"Aku mengerti. Aku mengerti segala hal tentang kamu."

"Buktikan."

"Tidak bisa. Itu perasaan ku saja. Tapi aku bersungguh-sungguh, aku merasa seperti sangat mengenal kamu."

"Sunwoo, aku beri tau satu hal,"

"Hm?"

Aku menggerakkan kepala ku perlahan untuk mendongak dan menatap netra obsidian Sunwoo.

"2 bulan kurang." Sebelah alis Sunwoo terangkat, "maksud kamu?"

Aku bangkit dari posisi ku, menepuk bagian belakangku beberapa kali agar debu yang sempat menempel terbang menjauh lalu melangkah mendekati Sunwoo. "2 bilang kurang, kamu harus mulai menghitung mundur."

"Untuk apa?"

"Aku akan pergi."

Ya, kamu juga akan pergi. Kita akan pergi, sayangnya kita mendapatkan destinasi yang berbeda.

Sunwoo mengerjap sekali, "mau pergi ke mana?" Aku berhenti selangkah di depan Sunwoo lalu menatap netra pekat itu. "Hilang."

"Kenapa?"

"Tugas ku hampir selesai," aku maju hingga badan kami menempel, aku jinjitkan kaki ku agar mensejajari telinga nya, "aku mau kamu mengingat hal itu, setiap malam."

Sebelah tangan Sunwoo melingkari pinggang ku cepat, "kamu tidak akan kemana-mana apalagi hilang. Kamu sepertinya sangat kelaparan hingga berbicara omong kosong seperti itu."

"Aku tidak berbicara omong kosong."

"Aku tidak percaya."

Dia keras kepala. Seperti biasanya.

—00—

©Nalovzz

Taste Of Memories|Kim Sunwoo| ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang