8. DID

95 17 0
                                    

"Dokter itu gila, berani-beraninya dia berkata bahwa aku membutuhkan terapi untuk perilaku kognitif."

"Aku tidak membutuhkan keterangan yang mengatakan aku gila."

"Aku tidak perlu dokter. Aku hanya mau kebebasan."

Rambut sepundakku bergerak pelan, "aku bisa mengingat segalanya sekarang Sunwoo, kita sungguhan pernah dekat dari usia kita enam tahun, kamu sendiri yang mengapusku semua itu dari ingatanmu dan hanya menyisakan fakta bahwa aku yang membunuh adikmu."

"Sunwoo, bisa kita berteman?"

Sunwoo mengerjap kala sepintas ingatan itu lewat begitu saja. Aku harus membunuhnya untuk adikku. Tenggorokan Sunwoo terasa tercekat, kehilangan kata dan juga rasa percaya.

"Kamu memiliki pemahaman bahwa aku yang membunuh adik mu, hingga membuat kamu trauma pada ku."

"Kamu sebaiknya menjauhi dia atau dia bisa saja membahayakan kamu."

Baru kali ini aku merasakan emosi nyata yang terasa membakar dengan bara yang menyala-nyala dan bersiap melahap siapapun. Aku menghela napas gusar, menyebalkan.

Sunwoo hanya diam dengan netra yang menatapku beku.

"Multiple Personality Disorder, kamu mengidap ini juga karena trauma masa lalu yang membuat kamu selalu ingin lari dari jati diri mu sendiri. Kamu bukan Sunwoo yang aku kenal."

"Omong kosong, aku tidak sakit. Aku bukan pasien." Ujarnya datar, makin membekukan malam tanpa gemerlap bintang hari itu. Surainya bergerak perlahan seiring dengan badan yang dia balikkan dan mulai melangkah menjauh.

Aku tertawa sengau, mengikuti langkahnya dengan perlahan seraya menikmati tekstur pasir pantai yang kasar, sepenuhnya mengabaikan kakiku yang tergores batu karang mati dan juga pecahan kaca kecil.

Rasanya masih sama seperti dulu, hari terakhir dimana aku adalah manusia. Hari dimana aku bertemu dengan ajal dan menyapa malaikat bersayap hitam lebar. Hari terakhir dimana aku merasakan debur jantung yang berpacu kelewat cepat hingga rasanya aku kesulitan bernapas.

"Sunwoo, jangan lari. Waktumu hanya tinggal hari ini."

"Berhenti mengikutiku, aku benci omong kosongmu. Lebih baik sekarang pergilah ke neraka, aku menyusul kamu suatu saat nanti."

"Sunwoo, tidakkah kamu berpikir untuk meminta maaf pada orang yang kamu sakiti?"

"Pergi, bodoh."

"Bagaimana kalau kita ke rumah ku saja? Aku ingat soal semua berkas yang kamu buang, aku menyimpannya dengan baik di rak coklat tua di dalam kamar ku."

"Pergi."

"Anehnya, setiap kali kepribadian mu berubah, namamu hanya satu, Kim Sunwoo. Tapi latar belakang mu selalu berubah, mulai dari lelaki kaya yang dibuang orang tua, hingga lelaki putus asa tanpa keluarga. Aku mengenali setiap kepribadian mu."

Langkah Sunwoo terhenti, badannya berbalik dan menatap ku nyalang, menyala-nyala seperti disiram minyak tanah.

"Aku bilang diam."

"Bukankah harusnya kamu menyerah? Besok pukul 10 pagi malaikat bersayap hitam lebar itu menjemput kamu. Kamu hanya dapat melihat ku sampai hari itu, setelah itu kita tidak akan bertemu, bahkan di reinkarnasi selanjutnya karena semesta mengabulkan satu doa mu."

—00—

©Nalovzz

Taste Of Memories|Kim Sunwoo| ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang