6. Hantaman fakta

92 18 0
                                    

Sunwoo sungguhan tidak percaya, padahal aku tidak berbohong soal dua bulan yang pernah aku ucapkan beberapa puluh hari yang lalu hingga sekarang. Dia hanya menganggap ucapanku sebagai omong kosong, padahal setiap hari aku menghitung mundur dan mengatakan padanya untuk bersiap.

Beberapa hari terakhir banyak berisi gerutuan dari kepala ku. Mereka makin berisik. Sisanya masih berjalan seperti biasanya, tidak ada yang berubah, makin membosankan.

"Kita akan kemana?" Pertanyaan ku mengudara, terperangkap dalam langit-langit mobil dengan wangi kopi.

Sunwoo menekan pedal gas transportasi pribadi beroda empat yang kami naiki, membuat mobil ini melaju makin kencang membelah jalanan sore ini yang semi ramai. Langit sore terlihat cantik dengan semburat oranye-putih-merah-dan ungu, membuatnya nampak seperti lukisan dua dimensi yang biasa terlihat di galeri seni.

"Memastikan sesuatu." Ujarnya singkat dengan raut kaku. Aku menyenderkan badan ku, "tentang apa?"

"Kamu."

Aku mengerjap, "kenapa tidak langsung bertanya padaku saja?" Raut Sunwoo nampak makin gusar, "karena kamu tidak akan bisa menjawabnya."

Aku tidak akan bisa menjawab jika pertanyaan mu, 'mengapa kamu terus ada di sekeliling ku?'

Aku tidak bisa menjawabnya. Meskipun alasan ku jelas, menemani kematian mu, tapi aku masih tidak mengerti, kenapa harus aku.

Aku menarik senyum, "aku tau apa yang kamu pertanyakan." Sunwoo menggeleng, "aku harus memastikannya sendiri--"

"Soal aku yang hanya bisa kamu lihat seorang diri?"

Sunwoo berdecak, "bukan. Lelucon kamu sama sekali tidak lucu, lagipula bukan itu."

"Tapi aku sungguhan hanya bisa kamu lihat seorang diri."

"Lalu orang lain menganggap kamu seorang malaikat begitu?" Sunwoo terkekeh, "ah, rasanya seperti deja vu."

"Sunwoo, aku sungguhan arwah."

Mobil yang kami naiki berhenti mendadak, sungguhan berhenti di tengah jalan raya, membuat klakson memenuhi langit sore itu. Sunwoo menatap ku, "ck, berhenti bercanda."

"Kamu tidak memperhatikan sekitar kamu? Bagaimana mereka menatap kamu saat kamu berbicara dengan ku?"

Tangan ku tergerak menyibak poni Sunwoo, "tidakkah kamu merasa janggal saat kamu memelukku? Tidakkah kamu sadar saat bibir mu menyentuh bibir ku yang kamu rasakan adalah kebekuan?"

"Sunwoo, aku adalah jiwa yang telah mati."

Kaca jendela mobil Sunwoo diketuk kasar, membuat atensi Sunwoo mau tidak mau berpindah. Sunwoo menurunkan kaca mobilnya, "apa?"

"Jangan berhenti di tengah jalan seperti ini, bodoh!"

Ah, Kim Bodoh Sunwoo.

"Bisa kau melihat gadis yang duduk disebelahku?" Sosok laki-laki di luar mobil itu makin menatap Sunwoo dengan pandangan mencemooh.

"Hei, kau nampaknya masih di bawah umur. Kau mabuk?"

"Ck, kamu melihatnya tidak?!"

"Kau sendirian di mobil ini bodoh!"

Sunwoo berdecak, menutup kaca mobil lalu menekan pedal gas dalam. Aku tersentak kebelakang, "kita akan kemana?"

"Sepertinya memang benar, aku mengenal kamu dengan baik."

Perkataan Sunwoo mengambang di udara, aku mengangguk sekali. "Sepertinya memang seperti itu konsepnya."

Mobil yang kami tumpangi melaju melewati hutan hutan lalu berhenti saat roda mobil menyentuh putih pasir dengan buih dalam deburan yang saling bertabrakan. Aku menatap sekeliling ku, langit sore hari dengan pemandangan laut yang bersih adalah salah satu hal yang aku suka.

"Kamu mengingat sesuatu?"

Aku menggeleng, membuka pintu setelah melepas sepatu yang melekat pada kaki ku lalu berjalan pada hamparan pasir putih. Sunwoo tampak menyusul di belakang, tetapi hanya sampai kap mobil sementara aku sudah berlarian, dan berputar.

"Kenapa kita disini?"

"Aku ingin memberi kamu sebuah kejutan."

"Huh?"

"Kematian abadi."

Aku mendadak mengingat segalanya, termasuk setiap rasa sakitnya.

—00—

©Nalovzz

Taste Of Memories|Kim Sunwoo| ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang