"ALLISYA."
Aku dikejutkan dengan suara teriakan Mas Emilio dari dalam kamar. Segera kuambil bathrobe, keluar dari kamar mandi untuk menghampirinya. Karena Mas Emilio tidak pernah berteriak seperti ini, aku khawatir sudah terjadi apa-apa.
"ALLISYA, KAMU DIMANA?"
"Mas, Mas kenapa?"
Dia masih terduduk di atas tempat tidur. Jelas terlihat di wajahnya kalau dia sangat panik. Peluh keringat membanjiri wajahnya, napasnya bahkan terengah-engah. Padahal tadi saat kutinggal ke kamar mandi Mas Emilio masih tidur nyenyak. Tapi baru saja aku melepas pakaian, dia sudah berteriak seperti itu. Bahkan sekarang memelukku erat sampai membuatku sesak.
"Mas mimpi buruk, yah?" tanyaku, sambil menumpu daguku di atas pundaknya.
"Maaf, Allisya."
Suaranya lirih dan bergetar. Seperti apa mimpinya sampai membuat Mas Emilio menangis seperti ini?
"Mas mimpi apa? Kenapa minta maaf?"
Aku tak mendapat jawaban darinya. Kurasakan wajahnya di ceruk leherku. Punggungnya aku usap naik turun dengan pelan. Kurasakan dia lebih rileks sekarang.
"Jangan jauh-jauh dari Mas, yah."
Aku mengangguk.
"Mas gak akan ninggalin kamu."
Aku tersenyum lalu mencium rahangnya. Pelukannya sudah mengendur, jadi aku bisa sedikit menjaga jarak darinya. Ada jejak garis air mata di pipi kanannya, Aku mengusapnya pelan lalu memberi kecupan di sana.
"Aku juga gak akan ninggalin Mas."
Dia tersenyum. Matanya bergerak melihatku lebih teliti.
"Kamu udah mandi?"
Aku menggeleng.
"Baru mau mandi."
Dia langsung turun dari tempat tidur, lalu menggendongku menuju kamar mandi. Ukiran senyuman di bibir itu membuatku merasa lebih lega.
***
Seperti janjinya semalam, dia membuatkan aku sarapan pagi ini. Nama makanannya pincho de tortilla. Katanya ini adalah hidangan omelet khas spanyol. Bahan utamanya adalah kentang dan telur. Sebenarnya kalau di Indonesia dia punya nama lain, yakni perkedel kentang. Tapi buatan Indonesia biasanya berbentuk bulat-bulat. Kalau buatan suamiku bentuknya lebih aesthetic. Dan disajikan dengan cantik di atas piring.
"Di tempat tinggal Mas dulu, Mas juga suka masak, yah?"
Dia mengangguk. "Kalau untuk dimakan sendiri di rumah, biasanya Mas masak sendiri."
"Gak ada pelayan?"
"Ada. Tapi mereka masak kalau ada jamuan besar aja. Mas juga jarang ada di rumah, jadi selagi ada di rumah, biasanya semua dikerjain sendiri."
Subuh tadi Mas Emilio bilang untuk jangan jauh-jauh darinya. Tapi aku tidak mengira kalau kita harus sangat sedekat ini. Sekarang kami sedang sarapan, Mas Emilio duduk di sebelahku tanpa jarak sedikitpun, bahkan satu tangannya melingkari pinggangku. Aku sampai kesulitan makan karena siku tanganku selalu menabrak dadanya.
"Mas, ini duduknya memang harus sedeket ini?"
"Iya."
"Aku susah makannya."
"Kenapa gak bilang dari tadi?"
Kukira setelah mengucapkan itu, dia akan sedikit memberi jarak, taunya malah merebut sendokku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex-Mafia Husband [SELESAI]
RomanceRomance - Thriller WARNING!!! 18+ [SELESAI] Apa yang akan kamu lakukan jika terbangun di atas pembuangan sampah dengan luka tembak dan kepala yang rasanya hampir pecah? Mungkin kamu akan merasa... Kalau malam itu adalah akhir hidupmu. Namun, tidak u...