2. Malam berdarah (2)

5.4K 990 223
                                    

Jadwal update
Setiap hari Rabu
🔥

***

Aku dimana?

Kali pertama yang kulihat saat kedua mataku terbuka adalah taburan bintang di langit malam yang gelap. Lambat laun, bau tak sedap menghinggapi indra penciumanku, disusul rasa nyeri di kepala dan rasa terbakar di perutku yang amat teramat sakit.

Aku bangkit dengan tanganku yang menopang berat tubuh, berusaha untuk duduk. Sekarang aku tahu dari mana asal bau menyengat itu datang. Ternyata aku ada di atas tumpukan sampah. Kulupakan sejenak fakta itu dan meraba perutku yang sepertinya terluka.

Darah.

"Akh," aku merintih kesakitan. Perutku berdarah, sangat banyak. Kemeja hitam yang kupakai basah karena cairan merah itu. Aku berusaha berdiri sambil menekan luka di perutku untuk menghentikan pendarahannya.

Namun sia-sia.

Dengan pandangan kabur dan penglihatan yang terasa berputar-putar, aku berjalan, berusaha mencari pertolongan. Sampai detik ini aku tidak tahu aku ada dimana. Atau bagaimana bisa aku ada di tempat ini. Apa yang terjadi sebelumnya? Aku bahkan tidak punya sepotong memori pun tentang itu.

Dan dari semua itu, ada satu pertanyaan penting yang benar-benar membuat kepalaku semakin terasa nyeri.

Siapa aku?

Penglihatanku semakin kabur. Bau amis darah dari luka yang kutekan rasanya semakin menusuk hidung, bahkan bau sampah yang menguar dari tubuhku pun tak bisa menyamarkan bau darah yang kucium. Kuseret kakiku untuk terus berjalan. Ada beberapa kendaraan yang lewat di jalanan, namun mereka mengabaikanku, mungkin dari kegelapan aku terlihat seperti orang gila atau seorang tunawisma yang kelaparan hingga berjalan terhuyung-huyung.

"Uhuk uhuk."

Aku terbatuk, napasku semakin sesak. Tapi aku tidak boleh mati di sini. Tidak sampai aku menemukan semua jawaban yang kupertanyakan. Aku bahkan tidak tahu siapa diriku. Ini benar-benar malam yang gila. Aku kehilangan ingatanku. Apa kepalaku terbentur? Kusentuh rasa nyeri di bagian belakang kepalaku. Darah. Ya, ternyata kepalaku juga berdarah. Apakah aku korban kejahatan jalanan? Apa mereka kira aku sudah mati karena itu aku dilempar di tempat pembuangan sampah?

Arrgh, sial. Aku tidak bisa mengingat apapun.

Pukul berapa sekarang? Kenapa sangat sepi? Apa sudah lewat tengah malam?

Beberapa menit menyeret lengkahku sambil menahan sakit dari seluruh tubuh, akhirnya aku melihat secercah cahaya dari sebuah toko di pinggiran jalan ini. Kudorong pintu kaca itu, meninggalkan jejak darah dari tanganku. Aku tidak sanggup lagi untuk berdiri, kepalaku semakin terasa berat, perutku rasanya seperti ditusuk dan terbakar. Aku jatuh berlutut, lalu terkapar di atas lantai toko yang dingin.

Terakhir yang kudengar adalah jeritan seorang wanita disusul oleh rintihan lirihku meminta pertolongannya.

"Tolong... Aku."

Setelah itu semuanya gelap.

Apa aku akan mati?

***

Aku dimana?

Seperti deja vu, aku membuka mata dan mendapati diriku kembali berada di tempat yang asing. Kali ini bukan taburan bintang yang kulihat, bukan pula langit malam, melainkan atap ruangan yang serba putih. Perlahan kuangkat tanganku, ada jarum infus yang tertanam di sana. Pakaianku pun sudah diganti. Dapat ku simpulkan kalau sekarang aku ada di rumah sakit. Siapa yang membawaku?

Ex-Mafia Husband [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang