1

233 23 1
                                    




"Sini lo anjir." Gue narik telinga Haechan kenceng begitu gue masuk kelas.

"Maap, nyaii. Serius gue lupa," pelas Haechan.

Gue gak akan ketipu. "Lupa, lupa, kemarin lo kemana?"

Haechan diem. Gue narik telinganya lebih kenceng yang ngebuat Haechan ngejerit.

"Kalau lo kabur lagi hari ini. Gue coret nama lo," ancam gue lalu gue duduk di bangku gue.

Gue mulai makan bekel yang dibawa dari rumah sambil merhatiin seseorang yang ada di baris sebelah dan satu bangku depan dari bangku gue.
















"Prakteknya ngebuat apa sih? Gue gak ngerti sumpah," keluh Haechan sambil makan.

"Lo pintain amplas sana ke Jeno atau Jaemin," suruh gue ke Haechan.

"Emang gue babu lo?"

"Lo babu gue." Gue lalu fokus dengan apa yang ada di depan gue.

Plis, kenapa ni orang depan gue, tangannya aja ganteng anjir?!

Gue mencoba fokus dengan apa yang kelompok gue buat tanpa ngehirauin orang yang ada depan gue ini.

"Butuh apa? Amplas?" tanya gue.

"Hm." Renjun cuma ngangguk.

Gue langsung teriak ke Haechan minta amplas yang tadi gue suruh.

Setelah dapet, gue ngasih tuh amplas ke Renjun.

Muka gue tambah panas pas tangan gue juga tangan Renjun gak sengaja bersentuhan.

Gue makin nunduk dan nahan tangan gue yang gemeter.




Siapa pun, tolong keluarin gue dari situasi ini!

Hotspot | Huang Renjun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang