Malam ini sepertinya sedang tidak bersahabat. Petir, hujan deras dan juga angin kencang mewarnai perjalanan seorang pemuda mungil ringkih. Tak ada payung yang bisa menghalau pemuda itu dari air hujan. Tangannya semakin menggenggam erat tali tasnya.
Sesekali matanya menutup saat ada kilat. Hatinya tidak tenang, memikirkan seseorang di rumah kecilnya sendirian. Apalagi di tengah malam yang mencekam ini.
Memang, jam baru menunjukkan pukul tujuh malam, namun karena cuaca yang seperti ini membuat jalanan semakin sepi. Pemuda bernama Renjun tersebut melangkahkan kakinya dengan cepat, berharap segera sampai di rumahnya.
Renjun adalah seorang pekerja rumah tangga atau biasa kita kenal dengan pembantu. Apa yang harus dia harapkan hanya dengan ijazah SMAnya? Bekerja sebagai pekerja rumah tangga juga sudah cukup untuk menghidupinya dengan anaknya yang sudah menginjak usia enam tahun.
Dia pindah tempat kerja dan sudah satu tahun setengah bekerja pada Tuan dan Nyonya Jung. Nyonya dan Tuannya juga sangat baik kepadanya. Mungkin karena Renjun adalah seorang single parent. Ya, dia menghidupi anaknya sendirian. Dia tidak ambil pusing dengan semua itu, ia bersyukur karena tidak sendirian.
Ayah Renjun sudah meninggal sejak tiga tahun yang lalu karena menderita batu ginjal. Hidupnya yang sangat pas-pasan membuat ayahnya tidak bisa mendapatkan perawatan yang baik. Renjun bahkan masih menyesalinya hingga sekarang, melihat ayahnya meninggal di atas tempat tidur tanpa bantuan medis.
Kemudian Ibu Renjun yang telah meninggal sejak Renjun lahir. Ya, dia tidak pernah merasakan bagaimana mendapat kasih sayang dari sang ibu. Tapi dia bersyukur, karena Ayahnya berperan baik menjadi Ayah sekaligus Ibu.
Cklek...
Renjun membuka pintu yang sebentar lagi pasti akan rusak.
"Mama!" Teriak bocah lelaki berusia enam tahun itu. Renjun tersenyum senang. Rasanya beban yang ada di pundaknya hilang seketika saat melihat putranya.
"Chenle, Mama mau ganti baju dulu ya. Chenle tunggu Mama di kamar!" Perintah Renjun dan diangguki dengan mantap oleh bocah di depannya. Bocah bernama Chenle itu langsung melesat ke dalam kamar.
Renjun segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia termenung.
'Chenle semakin mirip denganmu, Jen.'
Renjun menggeleng dan segera membersihkan dirinya.
.
.
.Setelah membersihkan diri, Renjun segera menuju kamar. Dilihatnya Chenle tengah membaca sambil berbaring. Dia tersenyum.
"Sayang, tidak baik membaca sambil tiduran." Ujar Renjun lalu mendudukkan dirinya di tepi ranjang. Chenle segera menaruh bukunya dan memandang appanya.
"Maafkan Lele, Mama..." Renjun terkekeh lalu mengusak rambut itu dengan sayang. Diciumnya pipi itu dengan gemas.
"Chenle lanjutkan membaca, Mama mau memasak untuk Chenle. Tunggu ya!" Chenle mengangguk semangat. Diraihnya buku itu lagi.
"Ingat! Jangan sambil berbaring!" Renjun memperingati Chenle. Bocah itu mempoutkan bibirnya sebelum tersenyum dan mengangguk.
"Iya, Mama!" Balasnya dengan penuh semangat. Renjun tersenyum sebelum akhirnya meninggalkan Chenle di kamar untuk memasak. Hujan masih terus mengguyur, namun petir sudah berhenti.
Renjun membuka kulkas dan hanya mendapati telur.
"Besok aku harus berbelanja." Gumam Renjun sambil mengambil tiga butir telur untuk dimasak. Ia bersyukur, karena Chenle selalu memakan apa pun yang dia masak tanpa mengeluh. Bocah itu sudah dapat mengerti keadaan Mama nya yang pas pasan bahkan menjurus kekurangan.
.
.
."Jeno, tadi ibu menghubungiku." Ujar seorang wanita yang tengah menggendong seorang bayi. Seseorang yang dipanggil Jeno pun menghampiri istrinya dan mencium pipi anaknya dengan gemas.
"Kenapa?" Tanya Jeno sambil menatap istrinya -Siyeon dengan lembut.
"Ibu bertanya kapan kita akan berkunjung ke sana." Balas Siyeon sambil menepuk pantat bayinya dengan pelan.
"Aku juga merindukan rumah. Terakhir kali aku ke sana saat meminta restu untuk menikahimu. Ahh... mungkin dua tahun yang lalu." Ujar Jeno. Memang dirinya dan Siyeon menikah di usia yang terbilang sangat muda. Jeno tidak ingin kehilangan Siyeon makanya dia memilih untuk menikahi wanita yang sangat-sangat dicintainya.
"Bagaimana kalau besok?" Saran Siyeon dan diangguki oleh Jeno.
TBC
Hayyyy pasti kalian udah tau kan aku siapa??? (Hehehe pede amat)😂 kaya yg pernah aku bilang di tiktok aku bikin Book Noren😘😘
Ohh iya ini Hasil Remake book ongniel punya kak snghynbn_ yang belum selesai dan bakal aku lanjutin.
Semoga kalian sukak yaaaa😘😘
Aylufyuu oll😘😍Jangan lupa vote dan komen nyaa yaa jellies😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Be -NOREN- (Hiatus)
RomanceKetika aku sudah merelakan dan hidup baik bersama buah hatiku yang belum sempat ku katakan padamu, mengapa kau kembali lalu menorehkan luka lagi? -Hrj Percayalah aku masih mencintai mu renjun kembali lah padaku, dan beri aku kesempatan lagi untuk bi...