Bagian 5 (Flashback)

4.4K 558 77
                                    

Flashback.....

Selama dua tahun bersekolah di Hannyoung High School, Renjun tidak pernah menginjakkan kaki di kantin sekolahnya. Ada alasan kenapa dia tidak pernah menyinggahi tempat itu.

Pertama, dia tidak memiliki banyak teman. Sekolah ini merupakan sekolah favorit di mana murid-muridnya berasal dari kalangan atas. Cara mereka berteman juga pilih-pilih.

Murid beasiswa seperti Renjun pasti akan rendah diri jika berteman dengan mereka.

Dari gaya hidup yang sangat berbeda, Renjun jelas tidak bisa mengimbanginya.

Kadang, hal itulah yang membuat Renjun menutup diri dari teman-temannya.

Kedua, Renjun tidak pernah membawa uang saku. Uang saku yang diberi oleh ayahnya dan hasil dari kerjanya sengaja ia tinggal. Alasannya simpel, dia tidak ingin menggunakan uang itu untuk sesuatu yang tidak penting seperti makan di kantin sekolah yang harganya mahal. Dia lebih memilih memasak sendiri dan membawanya untuk bekal. Itu lebih hemat.

"SIALAN!" Suara seorang lelaki berbadan bongsor yang baru saja memasuki kelasnya sambil mengelap kemejanya yang kotor akibat tinta spidol dengan kertas. Padahal lelaki bongsor itu tahu, kertas tersebut tidak akan membersihkan noda hitam pekat itu. Namun dengan bodohnya dia masih saja mengelap noda itu dengan kertas.

Saat hendak mengisi spidol dengan tinta, lelaki bongsor itu yang memang dasarnya ceroboh, membuat tinta itu tumpah dan mengenai baju seragamnya di mana-mana. Noda itu sangat sulit untuk hilangkan. Ia berniat akan membeli seragam baru setelah ini.

Renjun mengamati lelaki berbadan bongsor itu dengan pandangan yang sulit untuk dibaca. Noda itu hampir memenuhi baju seragam lelaki bongsor itu.

Renjun ingin sekali mengatakan bahwa dia membawa kemeja. Dia ingin meminjaminya.

Tapi, belum pernah sekalipun Renjun berbicara dengan Jeno, meskipun mereka dua tahun sekelas.

Renjun masih memandangi Jeno yang tiada hentinya mengumpat.

Haruskah Renjun meminjamkan kemeja miliknya?

"J-jung Jeno-ssi... kau bisa menggunakan kemejaku lebih dulu." Lelaki yang ternyata bernama Jeno itu menghadap ke arah Renjun. Memang hanya ada mereka berdua di kelas mengingat semua orang sedang berada di kantin.

Jeno sempat terkejut begitu orang yang mengajak bicara dengannya adalah Renjun, orang yang jarang berinteraksi dengan teman sekelasnya. Ia mengamati Renjun yang sedang menggigiti bibirnya dan bola mata yang bergerak random. Jeno tebak, Renjun sedang gugup.

Jeno berdehem sebentar sebelum mengeluarkan suaranya.

"Kau sekolah membawa kemeja? Untuk apa?" Tanya Jeno. Renjun tersentak begitu Jeno menanggapi ucapannya. Ia pikir tadi Jeno akan mengacuhkannya.

Renjun segera menatap Jeno.

"Aku bekerja setelah pulang sekolah." Jawab Renjun lalu menunduk kembali. Ia tidak kuat terus ditatap oleh Jeno.

"Bolehkah aku meminjam?" Tanya Jeno dan dianggukki semangat oleh Renjun. Renjun masih setia menunduk.

Jeno pun lalu menghampirinya. Renjun segera membuka tasnya dan memberikan kemeja pada Jeno dengan mata yang tidak menatap ke arah Jeno. Jeno menerima kemeja itu begitu saja.

"Kau tidak ke kantin?" Tanya Jeno dan dijawab gelengan oleh Renjun. Renjun menatap ke arah jam dinding yang ada di dalam kelas. Sepuluh menit lagi bel masuk.

"Apa Jeno-ssi sudah makan siang?" Giliran Renjun yang bertanya. Jeno kini mendudukkan dirinya di samping Renjun. Ya, kursi di sebelah Renjun memang kosong.

Let It Be -NOREN- (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang