Bagian 11

4.8K 658 167
                                    

Hayy aku update!!!!

Yang belum vote chapter sebelum nya boleh minta vote nyaa? Ama jangan lupa votement chapter ini yaa silahkan dibacaa😘

Jeno membolos kerja hanya demi melakukan tes DNA. Kini dia setia mengikuti ke mana arah mobil Guanlin melaju. Ya, dia sudah melakukan tes DNA dengan Chenle.

Mereka menggunakan sampel darah dan hal itu memerlukan waktu 24 jam untuk mengetahui hasilnya.

Jeno tahu, Renjun tidak berbohong. Dia juga tahu, bahwa Chenle adalah anak kandungnya.

Bocah itu memang sangat mirip dengannya.

Namun dia tidak bisa menerima begitu saja. Ada sebagian dalam dirinya yang masih tidak percaya.

Dia takut dibodohi. (Kok tulul banget sihh jen)

Mobil Jeno ikut berhenti saat mobil di depannya berhenti di sebuah rumah yang terlihat sangat mungil. Memang halamannya terlihat sangat luas, tapi dia yakin, itu bukan tanah milik si rumah mungil itu.

Dia meringis melihat rumah di depannya yang dia yakini adalah rumah Renjun.

Dirinya mengamati bagaimana Guanlin turun dan membukakan pintu untuk Renjun.

Tangan pria itu bahkan terlihat menepuk punggung Renjun dengan lembut.

Jeno menggeram kesal melihat bagaimana Guanlin memperlakukan Renjun.

Kemudian Pria bernama Guanlin itu membukakan pintu mobil bagian belakang. Muncullah Chenle dan seorang bocah seusianya yang tidak Jeno tahu siapa tapi pernah bertemu dengannya di mini market waktu itu.

Guanlin terlihat menggendong Chenle dan bocah seusia Chenle secara bersamaan. Chenle di sebelah kiri dan bocah satunya di sebelah kanan.

Pegangan tangan Jeno pada stir mobilnya semakin erat. Dia marah melihat pemandangan itu.

Apalagi pemandangan Chenle yang terlihat nyaman bersama Guanlin, berbanding terbalik jika dengannya. Bocah itu tidak akan berani bahkan hanya untuk menatap ke dalam matanya.

Mereka berempat mulai masuk ke dalam rumah Renjun.

Jeno berdecih melihat itu semua. Telinganya memerah menahan amarah.

"Untuk apa pula aku mengikuti mereka?! Jangan bodoh, Jeno!" Ujar Jeno sambil menghidupkan mobilnya.

Sebelum dia pergi, dia menatap tajam ke arah rumah Renjun.
.
.
.

Hari ini Siyeon kedapatan shift malam. Jadi wanita itu hanya menghabiskan waktunya untuk bersantai.

Dia sebenarnya kesal mendapati Jeno yang lebih memilih melakukan tes DNA daripada berangkat ke kantor.

Dia bersumpah, tidak akan membiarkan Renjun menghancurkan rumah tangganya.

Kini Jari lentiknya terlihat menscroll ponselnya yang menampilkan berbagai macam paket tour. Dia memiliki rencana untuk terbang.

Sudah genap sebulan wanita cantik itu tidak pergi ke luar negeri.

"Aku harus pergi ke luar negeri bulan ini. Oh ayolah... aku benar-benar bosan dengan Korea Selatan." Gumam Siyeon sambil menyeruput jus jeruknya. Tangannya bergerak aktif memainkan ponsel mahalnya.

"Dubai? Ah... aku belum pernah ke sana! Baiklah... sabtu minggu ini akan ku habiskan di dubai! Tidak masalah hanya dua hari!" Ujar Siyeon senang.

Namun kegiatan menyenangkannya diinterupsi oleh suara tangisan anaknya. Dia segera menaruh ponselnya dan menatap sang anak yang tengah digendong oleh sang mertua.

Let It Be -NOREN- (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang