Bagian 6

4.5K 645 139
                                    

Renjun kesal sekali, karena hari ini Chenle yang penurut menjadi pemberontak. Anaknya itu ngotot mau ikut dengannya ke tempat kerja. Bahkan Chenle mengancam akan menginap saja di rumah Dongpyo jika ia tidak memperbolehkannya untuk ikut ke tempat kerjanya.

Renjun sebenarnya tidak masalah dengan itu, namun Lee Jeno lah yang menjadi masalahnya. Sungguh, ia takut dekat dengan Jeno mengingat anaknya itu gampang sekali berteman dengan siapa saja.

"Mama mama! Apa di lumah tempat mama kelja ada kolam lenangnya?! Uuu~ Lele mau belajal belenang, ma... Dongpyo bisa belenang ma dan itu kelen! Kemalin Lele liat video Dongpyo belenang di handphone paman Alin!" Ujar Chenle semangat sambil memainkan jari-jemari Renjun. Bocah itu tidak tahu saja kalau sang Mama sedang menahan kekesalan karena dirinya.

"Ini yang terakhir Chenle ikut mama. Besok besok mama tidak akan mengizinkan Chenle ikut mama." Balas Renjun membuat Chenle merengut. Dia pun memanyunkan bibirnya.

"No! Lele tetap akan ikut mama!" Chenle berjalan menghentak. Renjun yakin anaknya sekarang pasti sangat menggemaskan.

"Uwooo~ kita sudah sampai! Bukankah dulu Lele pelnah ke sini dengan mama? Tapi tidak sampai dalam lumah! Lele yakin di dalam pasti lebih menyenangkan!" Chenle memang sangat cerewet dan Renjun suka itu. Tapi tidak dengan sekarang.

Renjun berjongkok untuk menyamai tinggi badannya dengan sang anak. Dielusnya rambut itu dengan pelan.

"Chenle dengarkan mama! Chenle tidak boleh keluar kamar, Chenle harus selalu di dalam kamar!" Peringat Renjun, tapi Chenle menggelengkan kepalanya tanda menolak. Renjun menghela nafas lelah.

"Ya sudah jangan ikut mama lagi!" Balas Renjun kesal. Ia pun kembali berjalan sambil menarik lengan anaknya. Chenle merengut tidak suka. Mamanya baru saja membentaknya.

Mereka terus berjalan hingga sampailah di dalam rumah. Renjun membawa Renjun ke dalam kamar khusus pembantu. Bocah itu menurut saja.

Karena Renjun tidak membawa pakaian ganti Chenle, akhirnya dengan terpaksa Chenle mengenakan seragam TKnya. Ditaruhnya tas Chenle di gantungan.

"Sekarang belajarlah! Mama mau memasak." Perintah Renjun sambil menyodorkan buku untuk Chenle baca. Chenle menurut dan mulai membaca buku itu di atas ranjang. Renjun buru-buru keluar untuk membuat makan siang.
.
.
.

Sudah satu jam lamanya Chenle membaca. Ia merasa bosan jika harus berdiam diri di dalam kamar.

Namun matanya membulat lucu saat mendengar suara tangisan bayi.

"Adik bayi!" Pekik Chenle dengan binar di wajahnya. Lagi-lagi dia teringat dengan Dongpyo, temannya itu memiliki adik yang sangat menggemaskan, Chenle melihatnya di ponsel milik paman Alin lagi.

Chenle sebenarnya ingin punya adik bayi, haruskah dia mengatakannya pada sang Mama? Apa Mamanya nanti tidak marah dan mengabulkan permintaannya?

Suara tangisan bayi kembali terdengar dan Chenle sangat penasaran. Dia pun turun dari ranjang dan berjalan mengendap-endap agar sang Mama tidak melihatnya.

Kakinya berjalan ke arah sumber suara tangisan bayi. Langkahnya dipercepat saat suara tangisan itu semakin jelas.

Matanya menatap takjub objek bayi yang tengah duduk dengan mainan di depannya dengan seorang Pria paruh baya sambil menangis. Chenle tidak tahu alasan bayi itu menangis.

Sungguh, Chenle gemas sekali dengan bayi itu. Langkahnya pun semakin mendekat.

"Hai adik bayi." Sapa Chenle membuat pria paruh baya itu tersentak. Beliau tidak menyadari kedatangan Chenle karena sibuk menenangkan si kecil. Bayi tersebut berhenti menangis dan menatap Chenle dengan pandangan polos.

Let It Be -NOREN- (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang