Bagian 6

39 3 0
                                    

Sumpah demi apapun Genara rasanya ingin menjual saja mukanya. Bagaimana tidak Orlando menggendongnya sampai depan pintu apartemennya. Pita suara Genara sudah hampir putus, bagaimana tidak orang Orlando menggendong di depan mata umum. Satpam apartemennya bahkan sampai tersenyum melihatnya.

"Ka, sumpah gue masih punya kaki buat jalan," kata Genara di lift.

Orlando menurunkan dengan kilat, tapi saat ingin berjalan Genara merasa nyeri di bagian lukanya. Dengan cepat Orlando kembali menggendongnya.

"Lo tuh susah jalan, gak usah gaya-gayaan," jawab Orlando pedas.

Saat sampai di depan pintu apartemennya pintu Orlando tidak menurunkan Genara.

Genara malah menatap Orlando yang tidak peka.

"Apa?" tanya Orlando.

"Merem gue mau masukkin kode."

Orlando menghela napas, tanpa membantah mengikuti saja perkataan Genara. Setelah selesai Orlando baru menurunkan cewek itu di sofa.

Kepala Orlando berputar memperhatikan apartemen cewek tersebut. "Ortu atau pembantu lo mana?"

"Ada tapi bibi cuma dateng seminggu sekali, kenapa?" Genara menaikkan alisnya bingung dengan pertanyaan Orlando.

Orlando menatap Genara dan sekelilingnya berulang kali. "Mending lo tinggal di apartemen gue."

"APA?"

"Gue belom budeg, lo nggak perlu teriak."

"Dengan sangat hormat Kak Orlando mending lo balik, gue mau istirahat dan gue nggak kenapa-napa. Lagian temen gue pasti bakal nginep di sini, karena nggak bakal tega ngeliat gue begini sendirian," jelas Genara panjang lebar.

"Oke. Kalo kenapa-kenapa telpon gue." Setelah mengucapkan itu Orlando pergi dari hadapan Genara.

Melihat Orlando benar-benar pergi, Genara menyenderkan badannya ke sofa. Lukanya lumayan nyeri dan tadi Orlando bilang apa? Telpon? Ngayal kali.

"Lagian gue mau nelpon pake apa telepati nomernye ae kaga punya," kata Genara

Setelah melihat Orlando pergi, Genara menghela napas dan memejamkan matanya. Rasa ngilu dibagian pinggangnya sangat berasa.

"Kenapa si Tuhan nggak pernah ngasih gue sekali aja satu kebahagiaan. Ada aja musibah mulu," keluh Genara sambil tertawa dan tiba-tiba air matanya jatuh.

Rasanya hidupnya dari tahun ke tahun makin berat. Perceraian orang tuanya, buli waktu smp. Genara bahkan sampai tidak merasakan jatuh cinta malah tidak terpikirkan juga.

Hari ini suasana hatinya buruk dan lama kelamaan Genara pun mengantuk sambil memegang lukanya.

***

Pagi harinya saat Genara sampai lobi dia sangat terkejut, karena Orlando sudah ada di lobi.

Orlando melangkah mendekati Genara dan memapahnya. "Kenapa si batu banget berangkat sendiri mana temen lo katanya mau nemenin."

Dengan cepat tangan Genara menepisnya. "Gue nggak butuh dikasihanin dan gue bisa jalan sendiri, thanks."

Genara melangkah dengan langkah tertatih-tatih. Orlando dengan muka datarnya langsung saja membopong Genara dan meminta tolong salah satu satpam di situ untuk membantu membukakan pintu mobilnya.

Yang hanya bisa dilakukan Genara adalah menghela napas, dia malas harus membuang tenaga mengomeli Orlando yang dasarnya menyebalkan.

Dari mulai parkiran satu sekolah geger, karena Orlando memapah wanita. Genara hanya cuek bebek saja, toh hidupnua sudah ribet.

Setelah mengantarkan ke kelas Genara berbicara, "terima kasih Kak Orlando dan besok-besok nggak usah anter atau jemput gue, karena gue nggak ngerti nanti cara balas budinya."

Orlando hanya menaikkan bahu dan pergi begitu saja.

Saat Orlando pergi, anak-anak kelasnya terutama cewek mulai. Vita langsung maju, "tolong ya kelean semua nggak ada konfrensi pers, jadi silakan duduk. Si Genara juga lagi nggak enak badan."

Semuanya mendesah kecewa, Gemara tersenyum dan menjatuhkan wajahnya kemeja. Efek tusukkan kemarin terasa ngilu.

Sepanjang pelajaran Genara mengeluarkan banyak keringat. Lukanya kini terasa sangat sakit.

"Kamu Ara, kenapa mukamu berkeringat seperti itu?" kata salah satu guru yang sedang mengajar.

Vita langsung menoleh dan terkejut, "God, Ra, lo keringet dingin?"

Genara hanya diam menahan sakit di bekas luka tusukkannya.

"Ibu saya izin membawa Ara ke uks boleh?"

"Iya, bawa silakan. Kasian dia tuh udah sampe banjir keringet gitu."

Setelah perjuangan panjang mereka akhirnya sampai di uks, Mike salah satu anak Vogus yang sedang tiduran pun langsung bangkit.

"Lho, lho cewek kemarin kan yang di bopong ama si Bos."

Mereka hanya diam, Vita fokus ke tempat luka tusukkan Genara saat ingin membuka kemeja Genara, Vita mempelototi Mike.

"Ka, lo sono malah ngeliatin temen gue."

"YaAllah maaf khikaf kan, masa gue kaga liat mubazir."

Vita makin mempelototi Mike membuat Mike nyengir dan berjalan balik ke kelasnya.

"Gue mau tidur bentar boleh nggak?" ujar Genara. Vita menganggukkan kepala dan menyelimuti mnya sambil mengelap keringat dari dahi Genara.

Baru saja 10 menit Genara terlelap, Vita kaget saat ada yang membuka pintu dengan kasar. Ternyata Orlando.

"Ka, pelan-pelan Ara lagi tidur."

Orlando hanya diam dan memandangi Genara.

"Dia kenapa?"

"Nggak tau, keringet dingin tadi."

Orlando berdecak, "ngapain si maksa masuk sekolah."

"Mending Genara di sekolah Ka, kalo kenapa-napa gue jadi tau. Kalo di apartemen gue nggak bakal tau."

Orlando menatap lurus ke arah Genara, makin lama di pandang kenap wajahnya bagi Orlando tidak asing.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Start AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang