Sepertinya hanya beberapa waktu yang lalu, Adaline masih menangis sendirian di dalam kamarnya.
Tapi saat ini, dia berdiri sangat tegak, dikagumi semua orang, dan bahkan memandang gadis di bawah kakinya dengan tatapan dingin.
"Minggir. Seorang gadis hamil harusnya diam saja dirumah dan mengurus suaminya. Apa yang kau lakukan di pesta berkelas seperti ini? Mengotori saja" Adaline meludahkan kalimat dingin yang membuat orang orang disekitarnya merinding.
"Kakak... kenapa kau begini padaku?" Gadis itu mulai menangis.
Orang orang mulai memandang Adaline dengan tatapan aneh. Mereka berbisik, membicarakan kekejaman Adaline pada seorang gadis kecil yang hamil.
Senyum muncul di sudut mulut Adaline. "Mainkan sandiwaramu di tempat lain. Aku sedang tak melakukan syuting disini" katanya.
"Sayang?" Sebuah suara berat yang penuh kharisma terdengar.
Adaline menoleh dan melihat sosok tampan dengan wajah sedingin es memanggilnya dari salah satu meja, dimana ada beberapa orang lain juga disekitarnya.
Adaline langsung tersenyum lebar. Dia menarik kakinya, membuat gadis di kakinya terdorong menjauh, lalu berjalan mendekati pria yang baru saja memanggilnya.
"Sayang, rupanya kau disini?" Adaline memeluk lengan pria itu.
"Ya, aku juga menunggumu sejak tadi. Apa yang sedang kau lakukan tadi?" Pria itu bertanya sambil mengelua puncak kepala Adaline.
"Tadi?" Adaline mengangkat alisnya kemudian menoleh ke arah gadis yang masih menangis di lantai.
"Oh.. aku hanya berusaha membuang beberapa sampah yang berkeliaran sembarangan" dia menjawab dengan nada dingin.
◇▪︎◇
Ini adalah kisah yang biasa.
Terlalu biasa bahkan.
Bukan cerita tentang seseorang yang mengetahui masa depan.
Bukan juga tentang seseorang yang kembali ke masa lalu.
Apalagi tentang seseorang yang mati kemudian terbangun di dunia yang baru.
Ini hanyalah kisah kehidupan pernikahan seorang wanita biasa.
Seorang wanita yang kuat dan tegas.
Juga seorang wanita yang bodoh dan kasihan di mata pengamat.
Membuang keluarganya bahkan mengabaikan status dan kekayaannya, hanya untuk datang ke dalam keluarga yang penuh masalah.
Menggantikan suaminya di caci masyarakat, juga berusaha keras membuat keluarga suaminya kaya dengan bekerja di balik layar.
Suatu hari, seorang wanita tua di pinggir jalan bertanya padanya.
"Nyonya, apakah kamu tidak lelah?"
"Lelah? Apakah aku berhak? Ini adalah kewajibanku sebagai seorang istri"
Wanita tua itu menggenggam tangannya dan menghapus air mata dari pipinya.
"Ya, kau benar. Seorang istri wajib melayani suaminya dengan sepenuh hati. Tapi, seorang istri juga berhak dilayani oleh suaminya sama tulusnya. Bekerja keras, menangis, menahan diri, semuanya nyonya lakukan sendiri bukan? Nyonya menjalankan tugas nyonya dengan baik. Tapi, coba pikirkan kembali, apakah suami nyonya sudah melakukan tugasnya dengan baik?"
"Tugas... suami?"
Ketika lelah, seorang wanita juga bisa beristirahat sejenak dari kewajibannya.
Wanita itu belajar, bahwa berhenti ketika ingin, itu tidak menjadi masalah sama sekali.
Jadi, dia berhenti dan memulai kehidupan yang baru melalui perjanjian dengan seorang pria yang bahkan tak pernah ia pikirkan.
Lari dari sebuah pernikahan, hanya untuk masuk ke dalam pernikahan yang lain.
Di mata orang lain disekitarnya, itu adalah tindakan yang bodoh dan egois.
Tapi bagi kita, para pembaca kisahnya, itu adalah tindakan yang terbaik.
Setidaknya, tidak seperti beberapa orang, kita tidak akan berhenti hanya setelah melihat sampul dan cerita awalnya.
□▪︎□
Huwaa ini bener bener cerita paling asing yang pernah Ar coba!!
Memang masih bersama protagonist wanita yang kuat dan hebat, tapi benar benar berasal dari latar kisah yang jauh berbeda.
Cerita tentang pernikahan yang sepertinya masih jauh sekali untuk bisa Ar bahas.
Alur cerita awalnya memang agak lambat dan kalian harus endure sama emosi yang dijamin bakalan membludak setiap baca chapternya.
But, Hope you guys like it♥︎!
JANGAN LUPA VOTE & KOMEN
DANNN
MAMPIR KE CERITA AR YANG LAIN!ily♥︎
KAMU SEDANG MEMBACA
New Married Life
Romance[Original story from Aleiarr♡] [Follow for more story(◍•ᴗ•◍)] [On-going!] Adaline menatap wanita yang tersungkur di ujung kakinya dengan tatapan malas, seolah olah memandang sampah yang dibuang sembarangan. "Bisakah kamu pergi sekarang? Urus bayi da...