Senja terdiam sambil menatap handphone miliknya, mata nya tak berhenti melihat gerbang sekolah. Harusnya Supir nya menjemput Senja sejak 15 menit yang lalu, tapi Supir pribadi Senja belum muncul sampai sekarang dan parahnya handphone Senja mati kehabisan baterai.
"Aihh mana nggak bawa power bank, hp mati, Pak Toni belum jemput" Senja memasukkan handphone miliknya kedalam tas
Senja yang tadi berada diparkiran sekolah masuk kembali kedalam sekolah, ia duduk di kursi dekat lapangan Basket. Terlihat beberapa siswa yang mengikuti ekstrakulikuler masih berada disekolah.
Mata Senja tak sengaja menangkap sosok Langit yang kini sedang bermain basket bersama siswa lainnya. Pikiran Senja tiba-tiba saja melayang bagaimana jika Langit mempunyai Attitude yang baik? Mungkin Ia tak akan berurusan dengan banyak orang.
Senja kembali menulis beberapa kata sambil menatap Langit bergantian.
Dear Semesta
Kamu terlalu lama,
Aku bisa saja berhenti.-Senja2k21
Senja tak sadar jika beberapa siswa mulai menatap nya, Saat angin menerbangkan rambutnya membuat Senja berkali lipat lebih cantik dari biasanya. Dengan senyuman tipis yang jarang ia tampilkan membuat beberapa siswa terpana melihatnya.
Langit yang tersadar jika teman-temannya mulai tak fokus pada permainan mengedarkan pandangannya pada sekitar, mencari apa sekiranya yang membuat mereka tak fokus. Nerta nya kemudian tak sengaja mendapati Senja yang tengah duduk sambil mendengarkan musik, Langit menghela nafasnya kasar.
"Woy kalian mau lanjut main apa nggak?!" Teriakan Langit membuat beberapa siswa mengerjap lalu tersenyum kikuk
"Fokus dong bentaran lagi ada lomba, cewe mulu yang diliatin herman Gw" celetuk Leon
"Herman nama Guru Sejarah anjir, Gw laporin Lu Yon" Farhan berteriak sambil berlari
"Farhan bangke, jangan lah nanti nilai Gw minus tolol" Leon masih mengejar Farhan yang berlari lebih cepat dari nya
"GAK PEDULI GW, LAGIAN NILAI LU TETEP MINUS KAN LU GOBLOK"
"FARHANN!!"
Senja masih disana tanpa menghiraukan teriakan Leon yang mampu memekakkan telinga dan tatapan memuja dari beberapa Siswa. Saat Senja hendak memasukkan buku diary miliknya sebuah teriakan mengalihkan atensi nya.
"AWAS BOLA NYASAR" Senja belum sempat menghindar
Senja merasakan hantaman yang mengenai tepat dikepala nya, terdengar teriakan sebelum semua yang Senja lihat perlahan menghitam dan semua suara menghilang.
Saat pertama kali Senja membuka matanya, hal yang pertama kali ia lihat adalah ruangan putih dan bau obat-obatan. Senja tau jika Ia berada di Rumah Sakit, entah siapa yang membawanya tapi setidaknya Senja mendapat penanganan meskipun tidak terluka parah.
"Baru bangun? Sorry ya buat yang tadi, Gw nggak sengaja" Senja hanya menatap nya heran
"Senja please napa, sorry serius deh tadi tuh gara-gara si Farhan.."
Suara pintu yang terbuka mengalihkan atensi Senja sesaat
"Eh Leon Lu yang salah kenapa nyalahin Gw, emang siapa yang lempar bola nya kekecengan? Siapa yang nggak liat-liat? Siapa yang asal lempar sampe kena Senja? Hah!" Leon yang ditanya bertubi-tubi meringis pelan, ini memang murni kesalahannya bukan karena orang lain
"Iya iya, Senja maafin Gw ya tadi Gw.."
"Iya udah Gw maafin" Senja langsung memotong perkataan Leon
Senja menatap mereka berdua sambil mengerjapkan matanya, pening masih sedikit Ia rasakan. Senja memijit pelan kepala nya.
"Masih pusing bentar Gw panggilan anak PMR mau nanya obat dimana" Farhan yang hendak keluar tak jadi karena Senja yang menolaknya
"Nggak usah, Gw mending langsung pulang aja" Senja yang hendak turun dari kasur hampir jatuh jika saja seseorang tak menangkapnya
"Ishh Lu berdua bisa jagain ni bocah kagak sih" semua tampak ternganga mendengar penuturan Lang..
"Kalo jatoh gimana Bang Vernan pasti ngebacok Gw anjir" Farhan dan Leon menatap malas Langit
"Bacot" Farhan segera keluar malas meladeni Langit
"Minggir Lu, Gw mau pulang" Senja melepas tangan Langit kasar
"Lu masih lemes tolol, kalo pas jalan jatoh, nyusruk, ngajungkel aing beak dicarekanan ku Aa Vernan"
Trans : Jatuh Gw abis dimarahin sama Bang Vernan
Senja menatap bingung Langit yang berbicara bahasa sunda, pasalnya baru kali ini Senja mendengar orang berbicara bahasa sunda padanya.
"Ai Sia kumaha sih Ngit, Senja teh teu ngarti"
Trans : Ai Lu gimana sih Ngit, Senja nggak ngerti
Langit hanya mengangkat bahunya acuh sambil menatap Senja
"Gw yang anterin Lu" Senja hendak menolak
"Ini disuruh Bang Vernan, kalo bukan males banget Gw nganterin orang yang paling Gw benci" kata Langit sambil menatap tajam Senja
"Gw.gak.peduli.Langit" Senja menekankan setiap kata yang Ia ucapkan
Senja mengambil tas miliknya dan pergi dari sana, orang tuanya pasti mengkhawatirkan Senja. Masa bodoh dengan semua biaya yang ingin Senja lakukan sekarang hanya segera pulang.
Brukk..
Senja tanpa sengaja menabrak seseorang, membuatnya kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh mencium lantai jika saja orang itu tak menangkap Senja.
"Gak papa kan?" Senja hanya menangguk sekilas
"Iya, sorry tadi gak sengaja" kata Senja yang hendak pergi
"Eh bentar sama Gw aja lagian tadi Farhan bilang sama Gw kalo Lu baru aja sadar, daripada Lu kenapa-kenapa mending balik bareng Gw, tenang Gw yang tanggung jawab sebagai Ketos soalnya Lu sampe pingsan gini" Angkasa mengerjap beberapa kali sebelum sadar apa yang baru saja Ia katakan
"Eh bukan gitu Senja tapi maksudnya kalo orang tua Lu nanya, itu jadi urusan Gw gitu" Angkasa tersenyum sambil menampilkan cengiran nya
"Terserah"
Akhirnya Angkasa mengantar Senja kerumah nya, dan untungnya orang tua Senja sedang ada diluar kota jadi masalah bola basket ini cepat selesai dan tidak berkepanjangan.
"Mau mampir" ayolah sedingin dan sejutek apapun Senja masih tau berterima kasih kan
"Nggak deh udah sore, nanti Gw di cariin sama Ortu" Senja hanya mengangguk sekilas
"Duluan ya Senja nanti kapan-kapan Gw ajak Lu jalan" teriak Angkasa saat motornya melaju meninggalkan Senja yang menyerngit saat mendengar perkataan Angkasa
Senja menggeleng pelan, lalu memasuki rumahnya saat Angkasa sudah tak terlihat lagi.
-Maret2021
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT SENJA & SEMESTA
Teen FictionLangit itu benci Senja. Senja juga kurang menyukai Langit. Tapi bagaimana jika keduanya terlalu sering bersama, entah itu sengaja maupun tidak sengaja. Membuat perasaan yang tak pernah terpikirkan sedikitpun, muncul diantara keduanya? Bagaimana jik...