.
.
.
.
"Ugh ..." erangan pelan terdengar.
Pemuda itu cemas, sosoknya mondar-mandir tak tenang di depan ruang pertemuan petinggi penyihir. Tak bisa disalahkan memang, karena tadi ia merasakan dengan jelas, Megumi berada dalam bahaya plus sosok kutukan yang seharusnya tiada hidup kembali.
Kuroba Hayato memiliki suatu anugrah, di dalam pikiran tidak sadarnya ia bisa terhubung dengan orang-orang yang hidup saat ini. Maksud terhubung di sini pun bukan seperti bisa melakukan telepati atau yang lain sebagainya, namun ia bisa merasakan orang tersebut dalam bahaya ataupun kematian.
Hubungan ini pun bisa ia atur, seperti hanya terhubung dengan orang-orang yang ia kenal saja ataupun terhubung dengan seluruh manusia di suatu wilayah bahkan seluruh manusia yang berada di bumi. Hal ini biasanya ia lakukan dalam misi, walaupun nantinya akan menguras energinya jika terlalu lama digunakan.
Pemuda ini biasanya akan menemukan dirinya berada di dalam dimensi gelapnya sendiri, ditubuh ada senar emas dari segala penjuru yang meliliti perut, lengan, kaki dan lehernya. Jikalau orang itu sedang berada dalam keadaan berbahaya, salah satu benang atau senar ditubuhnya akan tertarik kuat, seperti senar shamisen yang dipetik kasar. Jikalau orang itu meninggal, maka senar itu akan putus.
Sayangnya Kuroba bukanlah Gojo yang bisa dengan mudahnya berteleportasi setiap kali ini terjadi, jadi ia tidak bisa dengan segera datang untuk menolong, terlebih ia juga tidak tahu keberadaan orang itu dimana.
Dari pembicaraannya dengan si anak bujangan kemarin, Megumi ditugaskan si manusia setengah cacing kremi untuk mengambil pusaka terutuk namun pusaka itu tiba-tiba hilang, akibatnya Megumi malang harus mencari sendiri sampai ketemu. Gojo? Hilang, menimpakan pencarian ini ditangan Megumi, meski Kuroba tahu jikalau si cacing kremi juga punya masalah lain dari petinggi atas yang harus ditangani.
Oh, betapa murkanya Kuroba dengan sahabatnya itu.
Entah panjang umur atau memang benar jika setan dibicarakan maka akan langsung datang, Gojo Satoru tiba dengan cengiran khas yang dimata Kuroba sangat mengundang pertumpahan darah.
"WOOOOSHHHHH!!!"
Semua asisten yang lewat serentak menoleh ngeri. Kedua orang itu menghilang dari tempat sepersekian detik, kemudian muncul tiba-tiba dengan tinju Kuroba yang bergetar hebat di depan wajah Gojo, dan tinju Gojo yang menembus perut Kuroba.
"Oi, Cacing. Non aktifin 'mugen'lu, gua mo cium muka lu pake kepalan tangan!" desis Kuroba, masih mencoba menembus dinding penghalang yang memperlambat segalanya milik manusia dihadapan yang tertawa pelan.
"Haya-chan, Kau bilang begitu tapi 'kukyo'mu juga aktif kan? Wah~ gak fair. Kayak biasanya kau menyambut dengan tinju, padahal ku lebih suka pelukan lho~ shinyu~ (teman baik)"
Semua asisten disana tak ada yang bergerak, ketakutan. Namun mereka tidak heran, karena semenjak Gojo dan Kuroba masih bersekolah di SMK Jujutsu mereka selalu bertikai sebagai ajang perebutan gelar "penyihir jujutsu terkuat" ataupun karena Gojo senang memendekan sumbu sabar seorang Kuroba Hayato.
"Halah! Shinyu-Shinyu omong kosong! Ujung-ujungnya juga entar lu nyerang gua dari belakang!" sentak Kuroba datar namun tajam, ia tiba-tiba menendang keras perut lelaki bertubuh lebih besar.
Gojo terlempar, namun saat ia akan menabrak dinding, pemuda itu malah menembusnya.
"He~ tipikal Hayato, kau memindahkan dindingnya ke dimensi lain sementara ya. Yap, masih gak mau ngehancurin tempat seperti dulu." Ujar Gojo, padahal ia berharap setidaknya pertengkarannya dengan Kuroba bisa menjadi ajang penghancuran tempat para atasan secara terselubung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kukyo : Kekosongan (Jujutsu Kaisen x Male OC)
Fanfiction"KENAPA AKU TIBA-TIBA MERASAKAN KEHIDUPAN SUKUNA RYOMEN?!!!" -Kuroba Hayato, 28 Tahun, Penyihir Jujutsu Tingkat 1 warning : - Lebih banyak fokus ke sisi Male OC. - Ini yaoi, gay, homo, hombreng. Anda telah diperingati. - OC switch tergantung patner ...