Painkiller

17 4 1
                                    

"Udah lama, kak? Maaf Kayana terlambat" ucap ku ketika melihat Tama dengan secangkir kopi di depannya.

"Gak, duduk Kay" masih dengan Tama dan senyumnya yang selalu buat darah ku berdesir.

"Gimana skripsinya, Kak?"

"Hampir selesai, kamu gimana kuliahnya?"

"Ya gitu-gitu aja."

Lantunan lagu Pelangi di Matamu dari Jamrud yang saat ini di putar oleh pekerja Kafe Vission seolah sengaja di putar untuk aku yang mengulur waktu.

Tama yang sibuk dengan ponselnya dan aku yang sibuk dengan rasa takut, masih saja enggan memulai percakapan yang menjadi alasan kita bertemu hari ini.

Kebodohan apalagi yang aku lakukan, aku malah mengirim pesan kepada Hendery untuk menemui ku di Kafe ini.

"Kak"

"Iya?"

"Perasaan Kayana untuk kakak, gak pernah terkikis barang satu senti. Kayana selalu punya banyak mimpi tentang hidup Kayana di masa depan, dengan kakak di dalamnya-

Kayana terluka berkali-kali, sebab kakak yang gak lagi utuh digenggaman Kayana. Kayana yang masih aja percaya bahwa hubungan ini berhasil sebab Kayana terikat dengan Kak Tama. Tapi, Kayana sadar bahwa gak selamanya perasaan kakak ke Kayana itu penuh. Kayana sayang sama kakak."

"Kayana-"

"Ayo berhenti, Kak."

"Kay?"

"Makasih, Kak."

"Untuk?"

"Mau mencari lagi alasan mengapa hubungan ini harus diselamatkan. Tapi, memang hubungannnya gak bisa diselamatkan. Jadi, ayo berhenti kak."

"Kayana, kakak minta maaf."

"Katanya memaafkan itu mudah kak, tapi melupakan itu sulit."

"Kamu berhak mengutuk kakak"

"Kayana mau mengutuk kakak, tapi itu akan jauh lebih menyakiti Kayana, sebab Kayana harus mengingat kakak untuk sekedar mengutuk."

"Kay, you desserved better"

"I know. Jadi, kita selesai ya, kak?"

**

"Makan."

"Gak mau."

"Mau lo apa sih, Kay?"

"Mau Kak Tama" 

"Terus kenapa diputusin?"

"Hubungannya udah gak bisa diterusin."

"Kata siapa?"

"Mark."

Mendengar jawabanku, Hendery cuma tertawa dan pergi meninggalkan aku di ruang tamu apartement nya sendiri. 

Pikiran ku kembali melayang pada delapan tahun terakhir ketika aku dengan Tama masih baik-baik saja, atau berhenti pada dua tahun yang lalu? 

"Lo tahu gak, Kay?" ucap Hendery sambil mengeluarkan bahan masakan dari kulkasnya.

"Komitmen itu kesepakatan, maka begitu juga dengan perpisahan. Tapi, Kay, yang berhak untuk menyepakati perpisahan itu lo dan Kak Tama, bukan Mark dan Kak Tama." lanjutnya

"Terus, harusnya gue gak putus sama Kak Tama gitu?"

"Bukan"

"Terus?"

"Lo tanya sama diri lo dulu, Kay. Perpisahan ini bener-bener yang lo mau? atau lo cuma mengambil keputusan saat emosi? Jangan menyesal, Kayana."

Hopeless RomanticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang