Finding Krist

1.6K 126 42
                                    



Waktu sudah menunjukkan jam makan siang tapi meeting yang berlangsung sejak tadi pagi belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Singto melirik jam tangannya dengan resah. Perutnya sudah keroncongan. Boro-boro sarapan, hanya untuk menyeruput teh hangat saja dia tak sempat.

Bangun kesiangan membuatnya bergerak secepat kilat agar cepat sampai kantor. Salahkan game Mobile Legend yang terinstall di ponselnya terlalu sayang untuk ditinggalkan malam kemarin hingga membuatnya begadang.

Dengan mata fokus pada pimpinannya yang kini sedang mengeluarkan nada tegasnya, Singto sedikit menggeser kursinya kearah Off yang duduk di sebelahnya.

“Ini mau rapat sampai kapan, sih? Aku sudah sangat lapar!” bisiknya pada Off dengan nada mengeluh.
Off mencondongkan tubuhnya pada Singto. “Sepertinya—“

“Baik, sepertinya semuanya sudah paham dan jika ada pertanyaan silakan bertanya langsung pada saya. Rapat kita akhiri sampai disini, selamat siang!”

Singto dan Off mengalihkan pandangannya pada sang pimpinan yang kini berpamitan keluar ruangan.

“Rapat baru saja berakhir,” lanjut Off yang perkataannya sempat terpotong oleh pimpinan mereka.

Tanpa babibu lagi, Singto segera membereskan dokumennya dan bergegas keluar ruangan disusul oleh Off juga yang lainnya.

Kini Singto dan Off berada di seberang gedung kantor. Mereka terlalu malas untuk menikmati makan siang di cafetaria kantor, alasannya karena menu yang itu itu saja.

“Apa di perutmu terbentuk sebuah kota kecil berisi sekumpulan cacing?” pertanyaan Off yang menyindirnya, membuat Singto mengangkat wajahnya dengan mulut penuh makanan hingga kedua pipinya menggembung. Bagaimana tidak, Singto seperti orang kesurupan saat makan.

“Kauppfff pikirmm peruffhhtttkupffhtt—uhuk!” Singto segera meraih segelas air mineral dan ditenggaknya hingga separuh. Sedang Off menatapnya dengan jijik sampai-sampai mata sipitnya semakin sipit kala dahinya mengernyit.

“Kalau mau bicara, ditelan dulu!” seru Off. “Jorok, nasimu nyembur kemana-mana!”

Singto menelan makanannya. “Kau pikir perutku apaan! Aku belum makan dari semalaman.”

“Bukannya kau makan malam bersama game-mu itu? Bahkan kalian dinner romantis, ‘kan?”

“Sialan kau!”

Off menggelengkan kepalanya melihat Singto meneruskan makannya dengan rakus. Mereka berdua pun menikmati makan siang masing-masing. Hening, tak ada yang bicara lagi hanya ada suara dentingan sendok dan piring yang terdengar.

“Oh ya, Sing ... selesai makan antar aku ke minimarket sebentar, ya? Aku mau beli sesuatu.”

Tanpa melihat lagi Singto mengangguk dengan asal. Off hanya dapat mendengus melihat kelakuan sahabatnya ini.

***

“Menurutmu penampilan prima itu seperti apa?” tanya Singto sambil mengambil satu botol krim pencukur dan memasukkannya kedalam keranjang.

“Rapi, wangi dan bersih.”

“Kupikir aku sudah mendapatkan itu semua bahkan wajahku juga tampan tapi kenapa aku tidak punya pacar, ya?” Singto memiringkan kepalanya, mengerutkan dahinya dengan mimik wajah yang serius.

“Kau ceroboh, bodoh, dan garing. Mana ada yang mau sama orang sepertimu!” sewot Off.

“Hoiihh ... lihatlah,  seperti kau tidak pernah melakukan kecerobohan. Apa kau seorang pria yang pintar dan menyenangkan? Bahkan wajahmu biasa saja dibanding denganku. Kau iri ya, padaku?” balas Singto.

Finding KristTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang