17. Zeventien

6K 421 20
                                    

Di mana sebenarnya letak rumah?

Abi sudah kehilangan arah pulang sejak lama, ia yang dibesarkan tanpa dikenalkan oleh secuil pun tentang agama. Baginya hal itu mungkin hanyalah status semata, bukan sebagai identitas yang melekat kuat di dalam diri dan perlu untuk dijaga.

Berkat dibesarkan oleh Lastri, seorang wanita berdarah asli Jawa yang berkepribadian lembut serta begitu dekat dengan aturan agama. Sejak kecil Alen juga perlahan ia bina hingga memiliki pandangan yang jauh dari sang Papa.

Setelah lulus dari sekolah dasar, Alen pernah dikirim untuk melanjutkan pendidikan disebuah madrasah, sebelum akhirnya kembali pulang saat akan masuk ke sekolah menengah atas.

Suara Adzan Isya mulai dikumandangkan. Menggetarkan hati dan telinga, mungkin bagi satu dari sekian banyak orang saat mendengarnya, tersentuh.

Kalimat-kalimat yang Maha dahsyat berupa tauhid dan keimanan, ajakan untuk menunaikan kewajiaban solat dan meraih kemenangan. Meninggalkan sejenak aktivitas yang tengah dilakukan untuk bersujud, dan bersimpuh dihadapan Rabb pencipta alam semesta beserta segala isinya, milik-Nya lah apa yang ada di langit dan di bumi. 

Lailahailallah.

Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah.

Pria itu kini merintih, menangis, menyesal, merasa malu, tak sanggup untuk melangkah menuju rumah bagi setiap mukmin.

Pantaskah kaki yang biasanya selalu melangkah ketempat maksiat itu masuk kedalam sana?

Pantaskah tangan yang selalu ia gunakan untuk keburukan, menadah keatas, berdoa, merintih untuk meminta pertolongan dan ampunan?

Pantaskah ia yang selama ini senantiasa berjalan dengan arogan, angkuh, dan senantiasa mengangkat wajah keatas, kini tertunduk menatap sajadah, menyadari jika manusia begitu lemah, tidak ada apa-apanya.

"Allahuakbar."

Dengan serentak jama'ah mengangkat kedua tangan ke dekat telinga. Takbiratul ihram pertama mengikuti imam, yang memimpin sholat mereka.

Bacaan Al-Fatihah, yang mungkin saja ia sudah lupa.

Ruku.

I'tidal.

Lalu bersujud.

Menempelkan dahi dipermukaan tanah, asalnya manusia, sebagai bentuk kerendahan diri dihadapan Allah. Dalam keadaan pasrah dan berserah.

Abi tak sanggup untuk kembali bangkit dari posisi bersimpuh dengan tubuhnya yang penuh, berlumuran dosa.

Pantaskah seorang pendosa ini diterima tobatnya?

"Assalamu'alaikum warahmatullah."

Setelah imam membaca salam, diikuti oleh para jamaah yang menoleh ke kanan lalu ke kiri, menandakan rangkaian salat sudah selesai. Kemudian zikir, serta menadahkan tangan untuk berdoa.

Beberapa jamaah terlihat mulai membubarkan diri.

Akmal yang merupakan imam salat, biasa memang akan menjadi orang terakhir yang akan pulang. Biasanya ia akan menyempatkan diri untuk tadarus Al-Qur'an, atau biasa membantu para marbot masjid dan berbincang-bincang sedikit.

Akmal lihat seorang pria yang asing bahkan tak pernah ia lihat sebelumnya, kini berdiam disudut masjid, bibirnya bergetar, bergumam, tertunduk dalam.

"Sampeyan seorang musafir?"

Alleen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang