10.10 hari penuh kesan

7 1 0
                                    

"Aku dan kamu bagaikan gunung Sindoro- Sumbing, selalu bersama namun tak pernah bersatu"


sibuk telah datang, hari ini classmeet hari pertama. Perlombaan sudah dilakukan mulai dari bola tembak dan estafet untuk kelas 7 dan 8.

Tya sudah sibuk mempersiapkan perwakilan kelasnya hingga tak sempat bermain ponsel miliknya. Putra pun sudah sangat mengerti akan hal itu dan sangat maklum.

"Yang bola tembak siap² ya abis ini kelas kita" perintah Tya

"ehmm, Tya ini personilnya kurang 1" ucap Dian dengan ragu

"Loh kok bisa sih, kan kemarin udah pas, jangan gini dong kamu yang tanggung jawab sama lomba ini dipersiapkan baik-baik" decak Tya

"Kan ga berangkat 1 Tya, harusnya Mira tapi dia sakit, kamu yang gantiin dia ya" jelas Dian

"HAH?!! Ga bisa pakaianku aja masi seragam OSIS dan aku juga ga bisa mainnya, ntar malah kalah" tolak Tya

"Kali ini aja"

"GAKK!! masi ada murid lain"

"mereka ga mau"

"Urusanku masi banyak"

Perdebatan terjadi antara Tya dan Dian, padahal 15 menit lagi kelas mereka akan maju ke lapangan, harusnya mereka sudah stay. Tya juga sudah menunjuk semua murid namun mereka mentah² menolaknya.

"Okey kalo emang ga ada yang mau, biar aku yang maju" tegas Tya, di dalam hatinya dia mengumpat. Betapa bodohnya dia, pasti ini akan memalukan.

Tak menunggu lama ia segera berganti dengan dresscode kelasnya dan menuju lapangan. Putra yang sedang duduk di depan kelasnya terkejut kala melihat Tya akan maju ke pertandingan.

"Lah ngapain si bocah ikut itu, dia kan ga bisa" dengan cepat Putra berlari menuju lantai atas agar dapat melihat lapangan lebih jelas.

1

2

3

Prriiitt!!!

Tiupan peluit dari panitia sontak mengejutkan Tya, seakan dia tak siap. Dia harusnya menjadi panitia saja, tak menjadi pemain. Toh dirinya tidak mengikuti latihan bahkan tak ada sedikit pun persiapan.

Bola mulai berkeliaran mencari mangsa, berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain. Mengenai satu persatu bagian kaki para anggota lomba, dan baru 5 menit Tya harus keluar dari lapangan. Yap! dia kena bolanya gais.

Putra sudah mengira hal ini pasti akan terjadi hanya tersenyum dan memandangi Tya dari lorong kelas lantai 2.

Umpatan dan semua emosi diluapkan Tya sesampainya di kelas, ia tak tau dari tadi dia telah diintai dan diikuti oleh Putra.

"SUMPAH DEMI APAPUN AKU GA BAKAL MAU MAIN INI LAGI" bentak Tya di depan Dian sambil menggebrak mejanya.

"Sabar Tya, aku juga gatau kalo hari ini ada yang sakit" jelas Dian

"HALAH ALESAN AJA, TINGGAL BILANG GAMAU IKUT RIBET BANGET" emosi Tya masi menggebu-gebu

Putra yang melihat dari luar segera memasuki kelas Tya dan memeluknya.

"Udah gausah marah-marah gitu, jelek kamu kalo lagi marah" usaha Putra yang sia² karna hanya mendapat penolakan dan bentakan dari Tya semata

"KAMU KALO CUMA NAMBAHIN AKU EMOSI MENDING DIEM YA, AKU MAU EMOSI DULU" bentak Tya yang mengagetkan Putra

setelah menghela nafas panjang, Putra menarik tangan Tya dan membawanya pergi menuju kantin. Ia tau bahwa gadisnya sedang PMS dan sudah dipastikan belum sarapan karna Tya tidak pernah suka dengan sarapan.

Di Tengah Tasbih Dan RosarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang