6.6 kita

5 3 1
                                    

"Memang tidak ada yang sempurna darimu hanya saja aku merasa sempurna saat bersamamu"

Jam kelas menunjukkan pukul 15.30. Tya mengira Putra sudah pulang duluan, karna perbuatannya memang sengaja menjauhi Putra meski batinnya sangat terluka.

Namun perkiraannya meleset, baru saja Tya akan menuruni tangga, seorang lelaki bertubuh jangkung sudah menghalangi jalannya. Dengan indra penciuman Tya ia sudah mengerti bahwa sosok itu adalah Putra.

"Aku bakal cerita, tapi duduk dulu, capek kalo aku harus berdiri" ucapan Tya sangat datar tetapi diikuti saja oleh Putra.

Tya mulai menceritakan semuanya mulai dari A-Z secara runtut dan sedetail mungkin kepada Putra. Memang saat ini hanya tinggal mereka berdua yang sedang duduk di tangga sebelah aula. Jadi meski Tya sesenggukan pun tidak ada temannya yang mengetahui kecuali Putra.

"Kamu gausah khawatir, kita jalanin aja dulu, tetap berdoa yang terbaik sama Tuhan, aku bakal selalu ada buat kamu kok, kalo emang akhirnya kita bakal pisah gapapa, aku bersyukur pernah bertemu sama orang kayak kamu" senyum manis Putra menghangatkan Tya dan membuatnya berhenti menangis.

"Kalo misal kita berdua akhirnya bersama juga berati itu bonus buat kita" lanjut Putra dengan tangannya yang mulai menghapus jejak air mata sosok wanita di depannya.

"Makasii yaa, kalo gitu aku pulang dulu" Lambaian tangan dan akhirnya Tya berlalu.

Kini Putra hanya seorang diri disana dengan keadaan yang menangis sesenggukan atas apa yang ia dengar dari pernyataan Tya, hanya saja ia tidak ingin menangis didepan orang yang dicintainya.

.
.

Sang surya telah berganti menjadi sang cahaya malam, kini Tya sedang mengunyah cemilan bersama adiknya sembari menonton tv, berbeda dengan Putra yang sudah pasti asyik dengan game nya. Tya memang tidak pernah mengekang Putra untuk bermain game, dia berfikir jika dia adalah prioritasnya pasti Putra akan membatasi dirinya dengan prioritas lainnya.

Tingg....

Ponsel Tya berbunyi menandakan adanya notif, ia tak menyadari bahwa grup ketua kelas dan grup kelasnya sedang ramai membahas classmeet minggu depan. Bahkan ia berkali-kali di tag untuk menanyakan hal yang berkaitan. Setelah membalas pertanyaan satu persatu Tya mulai membuka chat pribadinya dengan Putra, dan jarinya mulai lincah menarik di keyboardnya.

Cintya Kirana :
"Udah selesai kah?, kalo belum lanjut aja si hehe"

Putra Anggara :
"Bentar ya unyu ku, 10 menit lagi aja, kangen ya? Hehe maaf yaa kelamaan :("

Cintya Kirana :
"Idih paan si wkwk, yaudah sono aku juga masi nonton tv hehe"

Putra Anggara :
"Oke, tunggu bentar jangan chat cowo lain"

Cintya Kirana :
"Iya iya, posesip amat bang"
Read.

10 menit kemudian...

drrrttttt dddrrrrttt

"Ck. Siapa si yg telpon?" tanya Tya dalam hati

"Lah kak Putra, ngapain coba telpon tumben bener" sembari mengangkat telepon dari Putra

"Halo, kenapa kak?"

"Gausah manggil kak panggil sayang aja hahaha"

"Idih apaansi gaje banget aahh,kenapa si?"

"Gausah ngambek dong, aku tau kok ini akhir bulan, kamu mau apa?"

"Kok Inget si aaaaa, aku mau seblak, Boba, eskrim, Chiki, sama martabak keju yaa hehe"

"Banyak banget, emang abis? Ntar kalo tambah gendats aku tambah gumush loh"

"Tenang aja dong hehe udah cepetan, mau beliin kan?"

"Sapa yang bilang mau beliin coba, kan aku cuma nanya doang ga mau beliin"

"Ih nyebelin, yaudah ah mo ngambek aja bye"
tut....

Panggilan diakhiri secara sepihak oleh Tya, dengan rasa malu dan kesal yang menghantui pikiran nya. Ia memajukan bibirnya hingga beberapa centi dan melempar ponselnya ke sembarang tempat.

Di lain tempat Putra sudah melakukan rencananya dengan indah dan tak lupa suara tertawa kencang darinya karna telah berhasil melakukan misinya, ia tau bahwa gadisnya akan merajuk jika ia melakukan aksi jahilnya ini terlebih saat gadisnya sedang kedatangan tamu bulanan nya. Padahal ia memang ingin membelikan namun karna sudah malam ia memesan melalui go-food.

"Bisa-bisanya habis buat kesel malah ga minta maaf" gerutu Tya dengan kesal setelah 30 menit ia menunggu dan berharap bahwa Putra akan meminta maaf namun hasilnya nihil.

Tok tok tok

Ceklek..

"Dengan Mba Cintya Kirana?" sapa Bapak ojol.

"Ehm iya saya sendiri pak, ada apa ya? Sepertinya saya dan keluarga saya tidak memesan apa-apa" jawab Tya dengan terheran-heran.

"Ah ini mba ada pesanan go-food untuk Mba Cintya, yang memesan memang bukan Mba Cintya tetapi atas nama..." penjelasan Bapak Ojol terhenti karna ia lupa siapa nama pengordernya, kemudian ia mulai membuka layar ponsel dan melihat nama orang tersebut.

"Siapa Pak?" tanya Tya dengan alis terangkat satu.

"Oh ini, atas nama Mas Putra Anggara, katanya orderan ini dikirim ke alamat rumah Mba Cintya saja, tapi tenang kok Mba orderan ini sudah dibayar oleh Mas Putra melalui Go-Pay nya" jelas Pak Ojol selanjutnya.

"Hah, ehm iya Pak makasih yaa" jawab Tya dengan wajah yang terasa memanas dan hati yang bergembira atas perlakuan kekasihnya.

"Pacarnya romantis ya Mba sampe kayak begini saya jadi iri. Eh Mba Cintya sakit ya? Kok pipinya merah" pertanyaan tersebut membuyarkan lamunan Tya yang memang sedang blushing.

"eh gapapa kok Pak, ya sudah terimakasih Pak" kalimat akhir Tya kemudian ia menutup pintu setelah Ojol tersebut benar-benar pergi.

Betapa girang nya hati Tya tak menyangka bahwa Putra akan sampai seperti ini. Seketika Tya langsung menelepon pujaan hatinya untuk berterima kasih.

selesai menelepon, Tya mulai menyantap semua makanan yang ia pesan kepada Putra yang ternyata semuanya dituruti olehnya, tak habis pikir dia akan menuruti semuanya, padahal makanan yang ia pesan cukup banyak dan memakan uang yang lumayan.

Tya tidak menuntut dan meminta, dia juga hanya bercanda tadi, namun tak disangka justru akan seperti ini. Ada sedikit rasa tak enak pada Putra, namun kekasihnya itu bersikukuh bahwa semua ini sudah ia rencanakan.

Hayyy, jangan lupa vote and komen ya❣
nanti aku bakal update lagi kok tunggu yaa☺

Di Tengah Tasbih Dan RosarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang