"Tuhan itu baik ya, aku minta bahagia, lalu Dia mendatangkanmu"
Pagi telah tiba, sang mentari mulai menampakkan cahaya nya yang kini sangat berseri menyorot wajah bahagia Tya. Semenjak perkenalan tadi malam, Tya merasa hidupnya sangat bahagia dan berbeda dari biasanya, ia tampak lebih ceria dengan senyum yang terus mengembang dihiasi kedua lesung pipinya, mulai dari rumah saat hendak berangkat sekolah hingga ia sampai disekolah.
Saat ia berjalan di koridor sekolah, sudah tampak wajah tampan dari pria idaman nya sedang duduk di bangku depan kelas 8A. Langkah Tya terhenti sesaat memandangi pujaan nya yang sepertinya tidak sadar akan kehadirannya.
"Hai" sapaan dan lambaian tangan Putra mengalihkan lamunanya.
"H-hai juga kak" jawab Tya dengan gugup, entah darimana asalnya jantungnya sudah berdegup dari batas normal.
"Selamat pagi adek kelasku" suara khas putra terdengar hingga telinga Tya, tanpa disadari lelaki tadi sudah ada dihadapannya dan menatapnya.
"Selamat pagi juga kak, ih jangan kayak gini, malu diliatin banyak orang tuh, serem lagi tatapannya" kata Tya setengah berbisik pada Putra.
"Hahahaha, biarin aja kali, mereka itu iri sama kamu, makanya tatapannya kayak gitu. Gausah takut, kan ada aku" jawab Putra lembut namun diakhiri kekehan kecil karena menurutnya Tya sangat lucu.
"Ih kak malah ketawa, yaudah deh aku ke kelas dulu yaa" pamit Tya setelahnya.
"Oke adek kelasku, hati-hati yaa, jangan kena rayuan buaya di tengah jalan mau ke kelas lho" goda Putra dengan nada sedikit teriak karna Tya sudah berada 5 langkah jauh darinya , diiringi kekehan di akhir kalimatnya.
"Idih apaansih" balas Tya yang akhirnya membalikkan tubuhnya lagi menghadap Putra, dan saling tersenyum sebelum akhirnya Tya berjalan kembali untuk ke kelas.
Bel telah berbunyi menandakan apel pada pagi hari harus dilaksanakan oleh murid SMP Taruna Bangsa. Guru piket sudah mulai berlari mengelilingi kelas untuk mengomando bahwa semua murid harus segera ke lapangan utama karna apel segera dilaksanakan.
Mata Putra tak berhenti mencari keberadaan sang pujaan hatinya yang berjarak sekitar 11meter darinya. Meski di tengah kerumunan namun badan tinggi Putra tetap bisa melihat Tya yang sangat khidmat mengikuti apel pagi. Hingga selepas apel pagi pun Putra sering berjalan melewati kelas Tya hanya untuk memastikan bahwa pujaan nya baik² saja.
.
.Krrriingg Krriinggg krriingg
Bel pulang telah berbunyi, para siswa dan siswi berhamburan keluar gerbang sekolah, tak terkecuali dengan Tya dan Putra yang sedang menunggu jemputan bersama di depan toko yang tak jauh dari sekolah. Mereka merasa canggung dan bergetar, jantung mereka berdetak melebihi batas umum manusia. Seolah tegangan yang mereka dapat sangat tinggi, tadi pagi saja kalo bukan karna paksaan dari temannya Putra tidak akan melakukan hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya. Meskipun ia dapat melakukannya tetapi keringat dingin terus bercucuran di pelipisnya. Kedua mata mereka tak pernah berani untuk saling bertemu, tangan mereka tak pernah berani untuk saling menyentuh. Kesunyian pun terpecahkan saat Putra lebih dahulu di jemput oleh Nico Anggara yang terlihat bahwa dia adalah kakak dari Putra Anggara.
"Tya aku pulang dulu ya, kamu hati-hati" ucap Putra dengan bibir bergetar tak karuan.
"Eh iya kak, kamu juga hati-hati" ucap Tya tak kalah bergetar nya tubuh Tya. Namun mereka tetap saling menunduk dan mata mereka yang tetap tak ingin saling bertemu karna grogi dan rasa yang aneh menjalar di seluruh sel tubuh mereka.
Sesampainya dirumah, mereka berdua tetap saja masih bergetar tak karuan. Mereka berdua sudah merasa ada hal lain yang terjadi di hati mereka namun hanya dianggap angin lalu saja, apalagi Tya yang cuek dan bahkan tidak peka jika sebenarnya Putra memiliki rasa padanya. Dia pun sebenernya juga ada rasa hanya saja tak terlalu dianggap oleh Tya. Hingga suatu notifikasi membuyarkan semua lamunan dan kebingungannya tentang perasaan aneh yang seketika menjalar di sekujur tubuhnya.
Tingg...
Putra Anggara :
"Udah sampai rumah belum?, beberes dulu sana, abis itu makan yaa"Cintya Kirana :
"Iyaa kakak kelas ku yang paling bawel se antero indonesia raya wkwk"Putra Anggara :
"Wahahahaha aku bawel ya? Ya maap, kamu ga marah kan?"Cintya Kirana :
"Gak kok, ngapain aku marah buat apa coba"Putra Anggara :
"Yakin nih?, yaudah deh lega kalo gitu aku makan dulu, eh tapi aku lagi masak ni kamu mau?"Cintya Kirana :
"Hah?? Kamu bisa masak? Masak apaan gosong tuh ntar jadinya, wkwk"Putra Anggara :
"Idih ngeledek banget si, masak nasgor sini main rumah"Cintya Kirana :
"Gak mau ah, jauh, wkwk udah ah bye"
ReadHidup Tya yang seolah berubah drastis menjadi sangat bahagia, merasa beruntung terlebih saat ia bertemu dengan Putra, meski terkadang pikirannya terganggu dengan perbedaan yang ada pada mereka. Namun apalah daya cinta yang baru saja mekar tak bisa mengalahkan semuanya. Setiap hari mereka tetap melakukan hal sama yaitu telfon hingga malam, chat hingga larut, VC hingga ketiduran, bahkan jika ada tugas Putra tak segan membantu Tya. Terkadang mereka juga sama-sama bertukar pendapat dan pikiran untuk hal tertentu, saling mengungkapkan isi hati yang selama ini mereka pendam, rasanya sangat lega jika sudah mengatakan apapun yang ada dihati padanya, tetapi bukan tentang perasaan mereka masing-masing, masih terlalu gengsi untuk mengungkapkan.
POV Tya :
Malam telah tiba, Tya mulai merebahkan tubuh mungil nya di atas ranjang miliknya. Entah mengapa akhir-akhir ini malam terasa sangat menyenangkan baginya, hingga ia melihat keluar jendela untuk menyapa bintang dan bulan yang sedang mengintipnya dari luar jendela kamar. Kebiasaannya dengan Putra sedang tidak dilaksanakan karna Putra yang memilih untuk tidur lebih awal setelah lelah menghadapi hari-hari penuh penat di sekolah. Tiba-tiba saat Tya sedang berbicara pada sang bintang, ponselmya bergetar dan menampilkan satu buah notifikasi di ponselnya.
"Ini lagi, katanya tidur tapi malah kasih notif lagi" prediksi Tya yang mengira bahwa itu adalah Putra. Raut wajahnya seketika berubah saat mengecek siapakah sebenarnya yang memberi notif di ponselnya.
Vidi Kurniawan :
"Gimana dek rasanya dideketin sama Putra? Enak ga? mulus kan pdktnya dia?wkwkw""Wuttt!! Ni juga kakkel kenapa lagi, aneh" gerutu Tya yang tak ingin sekalipun berniat untuk membalas pesan dari Vidi kakak kelasnya yang bernotabene sebagai teman dekat dari Putra.
"Pengen bales tapi ga pengen, anjim ga ngerti sama kakak kelas aneh gini, dahlah bales aja toh juga ga bakal ga ngaruh di hidup ni orang" cerocos Tya pada ponsel yang sekarang sudah berada di tangannya.
Cintya Kirana :
"Maksud kakak apa ya?""
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Tengah Tasbih Dan Rosario
Teen Fiction🌼 - see u kekasihku, kita akan bertemu di titik terbaik menurut takdir, nanti :) Jangan lupa untuk follow dan tinggalkan jejak di setiap ceritaa✨ tulisan pertamaku nih jangan hujad yew, maaf banyak typo atau feel kurang dapet🤗😉